Guru Spiritual Erdogan Wafat, Ternyata Sosoknya Luar Biasa, Siapakah Almarhum?

Guru spiritual Erdogan adalah sosok penting di Eropa

dok Istimewa
Presiden Erdogan bersama Syekh Hassanein (paling kiri)
Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dikenal sebagai sosok yang memiliki kedekatan dengan ulama. Salah satu sosok yang dikenal dekat adalah Al Fatih Ali Hassanein.

Baca Juga


Bahkan, saking dekatnya, Hassanein disebut sebagai mu'allim, sang guru spiritual. Mengutip Aljazeera pada 24 Desember 2017, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan tiba di ibu kota Sudan Khartoum dalam kunjungan resmi untuk menyaksikan penandatanganan kesepakatan dan perjanjian antara kedua belah pihak, dan digambarkan penuh sesak karena berbagai aspek politik dan ekonominya.

Tetapi Presiden Turki memutuskan untuk mengunjungi syekh dan temannya untuk memastikan kesehatannya dan meminta Syekh mendoakan dirinya.

Warga lingkungan Hassanein melihat pergerakan tak biasa, banyak bendera Turki di tiang lampu, dan gambar besar presiden Sudan dan Turki di fasad rumah.

Kemudian ada desas-desus bahwa Erdogan akan mengunjungi rumah teman lamanya itu, seperti yang dia lakukan pada kunjungan terakhirnya ke Sudan ketika dia menjadi perdana menteri.

Orang-orang berbaris di depan rumah Fatih Hassanein sebelum kedatangan Erdogan, dan tetap di posisi mereka sampai dia pergi, menunggu untuk menyambutnya dan berfoto di sebelahnya.

Presiden Erdogan makan malam di rumah Hassanein dengan orang-orang lain yang diundang secara mendakak oleh Fatih Hassanein. Kemudian, kedua sahabat itu duduk secara pribadi dan berbicara tentang prospek pengembangan hubungan Sudan-Turki.

Erdogan mengirim...

 

Erdogan mengirim ke guru spiritualnya itu pesawat ambulans pribadi pada Juli Juli 2018 dengan staf medis di tingkat tertinggi, segera setelah dia mendengar bahwa Syekh Hassanein sakit dan memindahkannya untuk perawatan di Turki.

Lantas siapa Hasssanein?

Tokoh kelahiran, 1946 di Kota Karkoj di negara bagian Sennar di tenggara Sudan ini adalah dai, revolusioner, dan salah satu pemimpin terpenting yang membela kehadiran Muslim di Eropa Timur

Dokter Sudan itu menjalin hubungan dengan para pemimpin gerakan amal dan advokasi di Turki, dan mendirikan Sekolah Ghazi Ali Izzat Bey di Istanbul.

Kemudian, dia bekerja sebagai penasihat Presiden Bosnia dan Herzegovina Begovic dan Kuasa Usaha selama berbulan-bulan di tahun sembilan puluhan.

Al-Fateh memiliki hubungan dekat dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sejak tahun tujuh puluhan abad kedua puluh, dan Erdogan menggambarkan Al-Fateh sebagai syekh dan gurunya.

Sumber mengatakan bahwa Badan Dunia Ketiga yang didirikan oleh Fatih Hassanein di Austria berkontribusi secara signifikan terhadap pembentukan negara Bosnia dan Herzegovina dan mendukung kehadiran Islam di Eropa Timur, terutama di Albania dan Kosovo.

Di antara kegiatan advokasinya adalah mencetak makna Alquran dalam bahasa Bosnia, Albania, Bulgaria, Ceko dan, Rumania, dan dia juga bekerja untuk menerjemahkan banyak buku Islam ke dalam sejumlah bahasa Eropa Timur, dan menerbitkan majalah "Al-Shahida", yang membahas berita tentang minoritas Muslim di sana.

Dia memainkan peran Islam yang penting di Eropa Timur, di mana dia ditunjuk sebagai penasihat Presiden Bosnia Alija Izetbegovic, mengetuai Dewan Pengawas Asosiasi Maroko di Austria, mendirikan Dewan Islam Eropa Timur dan Sekolah Tinggi di Provinsi Bihaj di Bosnia, dan mengepalai Badan Bantuan Dunia Ketiga.

Lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Beograd ini mempunyai sejumlah karya tulis antara lain Jisr Ala Nahr ad-Dirna, Ath-Thariq Ila Fauja, Lam’an al-Buruq fi Sirat Maulana Ahmad Zaruq, Ma’sat al-Muslim fi Bulgaria, dan al-Mausu’ah al-Usar al-Magharibah wa Ansabaha fi as-Sudan.

Penyabet gelar diploma penyakit dalam dari Universitas Wina di Austria ini setelah itu Hassanein tinggal selama beberapa waktu di Turki, di mana ia bertemu dengan mendiang Alija Izetbegovic, yang kemudian menjabat sebagai Presiden Bosnia dan Herzegovina.

Keluarga Fatih Ali Hassanein mengumumkan kematiannya pada fajar pada Senin, 19 Agustus 2024 di Istanbul setelah menderita sakit.

Putranya Mohamed Al-Fateh mengatakan kepada Al Jazeera Net bahwa ayahnya dirawat di perawatan intensif dua pekan sebelum kematiannya di rumah sakit Istanbul setelah menderita efek pneumonia parah.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler