Putin Mencium Alquran di Masjid Usai 13 Tahun tak Injakkan Kaki di Chechnya, Pertanda Apa?
Kunjungan tersebut bertepatan dengan serangan lintas batas Ukraina ke Rusia barat.
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA — Presiden Rusia Vladimir Putin dilaporkan mengunjungi Masjid Nabi Isa yang baru saja selesai dibangun di ibu kota Chechnya, Grozny pada Selasa (20/8/2024). Putin pun terekam di video mencium Alquran tersebut sebelum memberikannya kepada pengurus masjid.
"Vladimir Putin menghadiahkan sebuah Alqur'an yang dihiasi ornamen berlapis emas dan bertatahkan batu-batu permata untuk #masjid tersebut,"ujar akun X Kedutaan Besar Rusia seperti dikutip Republika di Jakarta, Rabu (20/8/2024).
BACA JUGA: Awal Mula Bani Israil Minta Sabtu Jadi Hari Ibadah
Associated Press melaporkan, Putin melakukan kunjungan tak terduga ke Chechnya pada Selasa. Kunjungan Putin ke republik berpenduduk mayoritas Muslim di Federasi Rusia ini menjadi yang pertama dalam 13 tahun terakhir.
Kunjungan tersebut juga bertepatan saat serangan lintas batas Ukraina ke Rusia bagian barat memasuki pekan ketiga. Putin disambut oleh pemimpin Chechnya, Ramzan Kadyrov, sebelum mengunjungi akademi pasukan khusus yang menggunakan namanya sendiri.
Putin berbicara dengan para relawan yang berlatih di sana sebelum ditugaskan di Ukraina. Saat memuji para relawan, Putin mengatakan, selama Rusia memiliki para relawan tersebut, maka mereka tidak akan terkalahkan, menurut laporan badan-badan negara Rusia.
Kadyrov mengatakan dalam sebuah postingan di saluran Telegram resminya bahwa lebih dari 47.000 pejuang, termasuk para relawan, telah berlatih di fasilitas tersebut sejak Moskow memulai apa yang disebutnya operasi militer khusus di Ukraina.
Pejuang dari Chechnya sebelumnya berupaya untuk merdeka setelah runtuhnya Uni Soviet. Perlawanan tersebut menyebabkan perang bertahun-tahun dengan militer Rusia. Konflik tersebut menyebabkan sebagian milisi berpihak kepada Ukraina.
Relawan pro-Kyiv yang setia kepada Dzhokhar Dudayev, mendiang pemimpin pro-kemerdekaan Chechnya, adalah musuh bebuyutan pasukan Chechnya yang mendukung Putin dan Kadyrov.
Kadyrov bergabung dengan Rusia dalam pengepungan selama berbulan-bulan terhadap pelabuhan utama Mariupol di Ukraina dan titik-titik konflik lainnya di selatan dan timur negara itu.
Kunjungan ke makam ayah Kadyrov..
Pada Selasa, Putin mengunjungi makam ayah Kadyrov, mantan pemimpin Chechnyam Akhmat Kadyrov. Putin juga mengunjungi sebuah pos komando dan sebuah masjid di ibu kota setempat, Grozny.
Pada pengujung hari, Putin melakukan pembicaraan dengan pemimpin Chechnya, yang mengumumkan bahwa republik tersebut memiliki puluhan ribu pasukan cadangan yang siap melawan Ukraina, menurut laporan media pemerintah Rusia. Laporan tersebut tidak merinci apakah semua pasukan tersebut dikirim untuk mengusir serangan Kyiv ke wilayah Kursk di Rusia.
Kremlin mengandalkan Kadyrov untuk menjaga stabilitas Kaukasus Utara setelah bertahun-tahun mengalami kekacauan. Kelompok hak asasi manusia internasional menuduh pasukan keamanan Kadyrov melakukan pembunuhan di luar proses hukum, penyiksaan dan penculikan terhadap orang-orang yang berbeda pendapat. Meski demikian, pihak berwenang Rusia berulang kali menolak tuntutan penyelidikan.
Kremlin mengerahkan pejuang dari Chechnya untuk membantu melindungi Moskow dari pemberontakan kepala tentara bayaran Yevgeny Prigozhin tahun lalu yang berhasil digagalkan. Meski demikian, beberapa pengamat memperingatkan bahwa ambisi Kadyrov juga berpotensi menimbulkan ancaman bagi otoritas federal.
Hingga Selasa malam, baik Kremlin maupun Kadyrov tidak memberikan rincian apa pun tentang tujuan dan waktu kunjungan tak terduga Putin. Kadyrov hanya mengatakan bahwa “jadwal sibuk” menanti pemimpin Rusia tersebut. Putin kemudian mengadakan pembicaraan dengan Kadyrov di kediaman pemimpin Chechnya di Grozny.
Sebelum kunjungan mendadaknya ke Chechnya, Putin pada Selasa sebelumnya berada di Beslan, sebuah kota di provinsi Kaukasus di Ossetia Utara. Dia mengadakan pertemuan pertamanya dalam hampir dua dekade dengan para ibu dari anak-anak yang terbunuh dalam serangan sekolah pada 2004 oleh militan Islam yang meninggalkan Chechnya. Ketika itu, lebih dari 330 orang tewas.
Pada pertemuan tersebut, ia mengecam serangan Kyiv ke wilayah Kursk di Rusia, dan menuduh Ukraina berusaha mengacaukan negara tersebut.“Kami akan menghukum para penjahat. Tidak ada keraguan tentang hal itu,” kata dia.