Rezeki Setiap Manusia tak akan Tertukar, Masihkah Perlu Berusaha?

Usaha menjadi sunnatullah dalam meraih rezeki.

Republika.co.id
Rezeki Setiap Manusia tak akan Tertukar, Masihkah Perlu Berusaha?
Rep: Muhyiddin Red: A.Syalaby Ichsan

REPUBLIKA.CO.ID, Para ulama telah memberikan penjelasan tentang rezeki dalam kitab-kitab karangannya. Seperti dalam kitab Al-Hikam, karya Ibnu Atha'illah, terdapat banyak hikmah yang membahas tentang rezeki dan bagaimana seorang hamba seharusnya menyikapi masalah tersebut.

Baca Juga


Ibnu Atha'illah menekankan bahwa rezeki setiap makhluk sudah ditentukan oleh Allah dan tidak akan tertukar. Manusia tidak perlu khawatir secara berlebihan tentang rezekinya, karena Allah telah menjamin semua makhluk-Nya akan mendapat rezeki yang cukup. Dalam salah satu hikmahnya, beliau mengatakan, 

إِجْتِهَادُكَ فِيْمَا ضُمِنَ لَكَ وَتَقْصِيْرُكَ فِيْمَا طُلِبَ مِنْكَ د َلِيْلٌ عَلَى إِنْطِمَاسِ الْبَصِيْرَةِ مِنْكَ.

Artinya: "Usaha kerasmu dalam hal yang telah dijamin Allah untukmu (dalam urusan rezeki) dan kelalaianmu dalam hal yang dituntut oleh-Nya darimu adalah pertanda kebutaan mata hatimu". 

Menurut Ibnu Atha'illah, meskipun rezeki telah dijamin, bukan berarti seseorang boleh meninggalkan usaha. Usaha adalah bagian dari sunnatullah, tetapi dalam usaha tersebut, seorang hamba harus selalu bertawakal kepada Allah.

ILUSTRASI Hindari penggugur amal. Foto - Seorang pria berdoa untuk Palestina di Masjid Pusat Lisbon, Portugal, Jumat, 13 Oktober 2023. - (AP Photo/Armando Franca)

Tawakal bukan berarti meninggalkan usaha, tetapi menyandarkan hasil usaha sepenuhnya kepada Allah. Dia menegaskan, usaha manusia hanyalah sebab, sedangkan yang menentukan hasil adalah Allah.

Ulama menjelaskan bahwa rezeki bukan semata-mata tentang harta atau kekayaan materi. Ibnu Atha'illah dalam hikmahnya juga mengingatkan bahwa rezeki bisa berupa ilmu, kesehatan, ketenangan hati, keberkahan waktu, serta hal-hal lain yang tidak bersifat materiil tetapi sangat bernilai.

Di dalam Lisan al 'Arab, Ibnu al Manzhur juga menjelaskan, Ar-rizqu adalah sebuah kata yang sudah dipahami maknanya, dan terdiri dari dua macam. Pertama, yang bersifat zhahirah (tampak), semisal bahan makanan pokok. Kedua, yang bersifat bathinah bagi hati dan jiwa, berbentuk pengetahuan dan ilmu-ilmu. 

 

Tanda kesuksesan seseorang..

 

Salah satu hikmah Ibnu Atha'illah yang juga terkenal disebutkan kitab Al-Hikam

مِنْ عَلَامَاتِ النَّجَاحِ فِي النِّهَايَاتِ الرُّجُوْعُ إِلَى اللّٰهِ فِي الْبِدَايَاتِ

“Di antara tanda suksesnya perjalanan seseorang di akhir adalah dia kembali kepada Allah SWT di awal perjalanan."

Ini mengajarkan bahwa seorang mukmin harus memfokuskan hidupnya untuk akhirat, bukan dunia. Walaupun mencari rezeki adalah suatu keharusan, hati seorang mukmin tidak boleh terlalu terikat dengan dunia dan harta, karena semua yang ada di dunia hanyalah sementara.

Dalam Al-Hikam, Ibnu Atha'illah juga memperingatkan agar manusia tidak serakah. Rezeki yang halal dan baik lebih utama meskipun sedikit, daripada rezeki yang banyak namun diperoleh dengan cara yang tidak benar. Keserakahan dan ketamakan terhadap dunia adalah penyakit hati yang akan menjauhkan manusia dari Allah.

Ibnu Atha’illah al-Iskandari menulis dalam salah satu bait Al-Hikam: “Tidaklah tumbuh dahan-dahan kehinaan, kecuali dari benih ketamakan”.

Jadi, sebenarnya Ibnu Atha'illah dalam Al-Hikam telah mengajarkan kepada kita tentang keseimbangan antara usaha duniawi dan kehidupan spiritual, serta pentingnya bergantung sepenuhnya kepada Allah dalam urusan rezeki. Ajaran ini menekankan bahwa rezeki adalah karunia dari Allah yang harus diterima dengan syukur dan sikap tawakal, bukan dengan kecemasan atau ketamakan.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler