Soal Pernyataan 'Datang Ramai-Ramai, Ditinggal Ramai-Ramai', Ini Penjelasan Jokowi

Pernyataan Jokowi itu diucapkannya saat berpidato di Kongres III Partai Nasdem.

ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
Presiden Joko Widodo (kedua kanan) didampingi Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh (kedua kiri) membuka Kongres ke-III Partai Nasdem di Jakarta, Ahad (25/8/2024). Kongres ke-III Partai Nasdem itu mengusung tema sinergi membangun bangsa.
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjelaskan maksud pernyataannya "datang ramai-ramai dan ditinggal ramai-ramai" saat menghadiri pembukaan Kongres III Partai Nasdem. Pernyataannya itu memicu ragam interpretasi khususnya oleh warganet di media sosial.

Baca Juga


"Begini, jadi datang ramai-ramai, ya kan. Perginya juga ramai-ramai," ujar Jokowi di sela kunjungan kerja di Tasikmalaya, Jawa Barat, Kamis (29/8/2024).

Jokowi menjelaskan bahwa maksud dari pernyataan itu adalah terkait kegotongroyongan seluruh masyarakat yang sangat diperlukan. "Jangan kalau pas ada senang ramai-ramai, tetapi begitu ada banyak masalah tidak ramai-ramai lagi. Semuanya mestinya gotong-royong, diselesaikan bersama-sama, dicarikan solusinya bersama-sama," tuturnya.

Sebelumnya, saat menghadiri Kongres III Partai Nasdem di Jakarta, beberapa hari lalu, Presiden Jokowi dalam sambutannya menyampaikan bahwa dirinya sangat menghargai jiwa besar Ketua Umum Nasdem Surya Paloh dan Partai Nasdem yang tetap mendukung penuh dan mengawal penuh keberlanjutan kebijakan pembangunan dan keberlanjutan pemerintahan. Jokowi lalu mengeluarkan pernyataan tentang ditinggal ramai-ramai.

"Biasanya datang itu ramai-ramai, terakhir begitu mau pergi, ditinggal ramai-ramai. Tapi, saya yakin itu tidak dengan Bapak Surya Paloh, tidak dengan Bang Surya, dan tidak juga dengan Nasdem," ujarnya.

Sebelumnya, Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan/Presidential Communication Office (PCO) Hasan Nasbi mengatakan pernyataan Presiden Joko Widodo soal ditinggalkan ramai-ramai oleh partai politik saat jabatan selesai adalah bentuk candaan segar di dunia politik. "Menurut kami itu bukan berarti Pak Presiden mengatakan ada yang meninggalkan beliau, tapi lebih kepada melempar jokes segar dalam politik," kata Hasan saat memberikan keterangan di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (27/8/2024).

Hasan menegaskan bahwa memang biasanya ada momen banyak pihak atau partai politik meninggalkan pejabat yang hendak memasuki akhir jabatannya. Namun, pernyataan Presiden itu, kata Hasan, menegaskan bahwa partai politik, khususnya Nasdem dan Ketua Umum Surya Paloh, tidak meninggalkan Presiden Jokowi yang segera mengakhiri masa jabatannya pada Oktober mendatang.

"Kalau misalnya pernyataan becandaan itu juga ada di PAN, misalnya juga akan seperti itu. PAN tidak seperti itu. Buktinya Presiden juga bersama PAN kemarin kan. Jadi itu lebih kepada jokes-jokes segar dalam politik saja," kata Hasan.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler