Tantangan Reformasi Moneter China: Antara Target dan Realitas
China mendorong pengembangan pasar modal sebagai pembiayaan alternatif.
REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Bank Sentral China ingin mengubah kerangka kebijakannya untuk menargetkan biaya kredit dibandingkan pangsa pasar. Akan tetapi, risiko likuiditas dan pasar yang tidak kooperatif membuat transisi ekonomi dari pinjaman bank yang diarahkan negara menjadi sulit.
Tujuan untuk memberi pasar peran yang lebih menonjol dalam mengalokasikan sumber daya ditegaskan kembali pada pertemuan pimpinan Partai Komunis yang diadakan sekitar dua kali dalam satu dekade pada bulan Juli. Bank Rakyat China (PBOC) diharapkan memainkan peran utama dalam reformasi tersebut.
Dalam beberapa bulan terakhir, PBOC telah mengambil langkah-langkah untuk menciptakan kurva suku bunga yang lebih digerakkan oleh pasar. Ini diharapkan untuk membuat perubahan lebih lanjut sehingga permintaan kredit lebih responsif terhadap pergerakan kebijakan moneter.
Dalam jangka panjang, regulator berharap perubahan ini juga dapat mengarah pada pengembangan pasar modal sebagai sumber pembiayaan alternatif, mengurangi risiko pemborosan investasi oleh sistem perbankan yang didominasi negara.
Namun, ekonomi China saat ini masih melambat dan sangat bergantung pada investasi infrastruktur yang dipimpin negara untuk pertumbuhan dan di tengah-tengah modernisasi kompleks industrinya. Sehingga, hal itumembutuhkan likuiditas yang signifikan.
Pasar mungkin tidak bersedia menyediakan pendanaan dengan cara yang dianggap bermanfaat oleh PBOC untuk tujuan pembangunan nasional.
Dalam tarik-menarik antara PBOC dan pasar obligasi, aliran dana aman ke obligasi mendorong turun imbal hasil utang pemerintah ke level yang menandakan taruhan bearish pada prospek pertumbuhan China.
"PBOC akan terus mereformasi kerangka kebijakan moneternya secara bertahap ke arah yang diadopsi oleh bank-bank sentral utama secara global. Namun, perubahannya akan lambat," kata Louis Kuijs, kepala ekonom Asia Pasifik di S&P Global Ratings.
PBOC telah bergeser ke arah menargetkan ujung pendek kurva suku bunga dan mengumumkan rencana untuk secara bertahap meningkatkan perdagangan obligasi guna memengaruhi biaya pinjaman jangka panjang, tetapi lebih banyak langkah diperlukan untuk meningkatkan transmisi kebijakannya.
"Kami bergerak ke arah pengembangan suku bunga berbasis pasar, tetapi ini adalah tugas yang sulit dan jalannya panjang," kata seorang penasihat pemerintah yang berbicara dengan syarat anonim karena mereka tidak berwenang berbicara kepada media.