Deflasi Beruntun, Ekonom: Ekonomi Tidak Sedang Baik-baik Saja
Pelemahan daya beli sangat memengaruhi tingkat kelas menengah ke bawah.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Mohammad Faisal menyoroti besarnya korelasi pelemahan daya beli masyarakat dengan penurunan jumlah kelas menengah. Faisal mengatakan 60 persen penduduk Indonesia merupakan kelas menengah.
"Jumlah ini bisa semakin besar kalau ditambah dengan kelas menengah ke bawah," ujar Faisal saat dihubungi Republika di Jakarta, Selasa (3/9/2024).
Faisal menyampaikan jumlah penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan saat ini sebesar 10 persen dan kelas rentan miskin mencapai 30 persen. Oleh karena itu, lanjut Faisal, pelemahan daya beli sangat memengaruhi tingkat kelas menengah ke bawah.
"Konsumsi dari kelas menengah mencapai 60 persen dari seluruh nilai konsumsi masyarakat. Jadi ketika kelas menengahnya mengalami penurunan daya beli atau turun kelas menjadi lebih dekat kepada rentan miskin maka otomatis mempengaruhi daya beli domestik secara keseluruhan," ucap Faisal.
Faisal menyampaikan deflasi empat bulan berturut-turut ini juga memperkuat indikasi terjadi pelemahan daya beli masyarakat. Faisal menilai kondisi ini terbilang tidak lumrah jika disandingkan dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebesar lima persen.
Faisal mengatakan deflasi empat bulan berturut-turut ini hanya pernah terjadi pada masa-masa krisis seperti saat pandemi covid-19. Biasanya, lanjut Faisal, deflasi yang terjadi hanya satu bulan dan kemudian kembali inflasi pada bulan berikutnya.
"Jadi kalau ini terjadi maka mendekati kondisi krisis yang mana artinya ekonomi itu sebetulnya tidak sedang baik-baik saja," sambung Faisal.
Faisal mengatakan penurunan daya beli ini dan penurunan jumlah kelas menengah terkait erat dengan menurunnya pertumbuhan pendapatan masyarakat. Hal ini terlihat dari tingkat upah riil sebesar 0,7 persen pada semester pertama.
"Bahkan di 2023, upah riil itu sempat mengalami kontraksi, penurunan upah ini tidak lepas dari terbatasnya penciptaan lapangan pekerjaan, terutama pekerjaan formal sehingga kalau kita melihat jumlah orang di antara orang yang bekerja ini jumlah orang yang bekerja //full time// itu proporsinya turun, yang meningkat itu jumlah orang yang bekerja //part time// dan setengahnya menganggur," lanjut Faisal.
Pekerja sektor informal mengalami....
Faisal melanjutkan jumlah pekerja di sektor informal mengalami peningkatan, sedangkan tingkat pengangguran terbuka meski mengalami penurunan, namun tingkat pengangguran muda mengalami peningkatan. Menurut Faisal, hal ini terjadi lantaran penciptaan lapangan pekerjaan formal yang relatif terbatas dan mempengaruhi tingkat upah yang rendah atau relatif lambat pertumbuhannya.
"Walaupun inflasi itu juga relatif rendah, tapi masih lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan upah yang sangat rendah," ujar Faisal.
Faisal juga menilai pemerintah harus lebih cermat dalam membuat keputusan terkait pembatasan BBM Pertalite. Pemerintah, ucap Faisal, harus memastikan subsidi BBM dapat benar-benar tepat sasaran.
"Ini perlu menjadi perhatian bagaimana nanti implementasinya, karena kalau tidak siap malah dikhawatirkan justri bisa mendorong terjadi permasalahan yang bisa berakhir pada inflasi," sambung Faisal.
Dengan implementasi yang tepat, lanjut Faisal, dampak skema baru penyaluran BBM subsidi akan relatif rendah terhadap inflasi ketimbang menaikkan harga jual Pertalite.
"Daripada semua harga BBM bersubsidinya naik, maka dibatasi supaya yang bersubsidi harganya tidak naik, tapi tidak boleh dikonsumsi oleh kalangan ke atas," kata Faisal.