Sering Dibaca Saat Maulid, Ternyata Syair Barzanji tak Lepas dari Sejarah Perang Salib
Kitab Al-Barzanji tak dapat dipisahkan dengan momentum besar Maulid Nabi pertama kali
REPUBLIKA.CO.ID, Bulan Rabiul Awal telah datang. Salah satu momentum keagamaan yang ditunggu-tunggu umat Islam adalah perayaan hari kelahiran Nabi Besar Muhammad SAW yang lazim dsebut sebagai maulid nabi.
Salah satu kitab yang kerap dibaca dalam perayaan maulid yakni Kitab Berzanji. Kitab ini menjadi salah satu karya sastra Islam yang terkenal dalam tradisi Melayu dan Indonesia. Kitab ini sebagian besar berisi syair-syair atau puisi-puisi yang memuji dan mengagungkan Nabi Muhammad SAW, dan juga beberapa cerita tentang kehidupan beliau.
Kitab Berzanji sangat populer di dunia Islam dan telah dihafalkan dan dibaca oleh banyak orang Muslim di seluruh dunia. Syair-syair dalam kitab ini menggambarkan keindahan dan keutamaan Nabi Muhammad SAW, serta berbagai kejadian luar biasa yang terjadi selama hidupnya.
Dalam buku “Maulid Berzanji” karya Ustadz M Syukron Maksum dijelaskan, Maulid Berzanji merupakan bentuk doa-doa, puji-pujian, dan menceritakan riwayat nabi Muhammad yang biasa dilantunkan dengan irama atau nada.
Kitab ini sebenarnya berjudul “Iqd Al Jawhar fi Mawlid An-Nabiy Al Azhar”, namun lebih terkenal dengan Maulid Barzanji sesuai nama penyusunnya, yaitu Syekh Ja'far bin Hasan bin Abdul Karim bin Muhammad Al-Barzanji.
Sejarah kitab Al-Barzanji tidak dapat dipisahkan dengan momentum besar peringatan Maulid Nabi Muhammad yang digelar pertama kali. Walaupun, ada banyak pendapat tentang perayaan Maulid Nabi pertama tersebut.
Halaman selanjutnya ➡️
Maulid Nabi atau hari kelahiran nabi Muhammad pada mulanya diperingati untuk membangkitkan semangat umat Islam dalam perang Salib. Sebab, waktu itu umat Islam sedang berjuang keras mempertahankan diri dari serangan tentara Salib Eropa, yakni dari Prancis, Jerman, dan Inggris.
Pada 1099, tentara Salib telah berhasil merebut Yerusalem dan menyulap Masjidil Aqsa menjadi gereja. Sementara, umat Islam saat itu kehilangan semangat perjuangan dan semangat ukhuwah.
Lalu, pemimpin umat Islam dalam Perang Salib, Salahuddin Yusuf al-Ayyubi mengimbau umat Islam di seluruh dunia agar memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW secara massal. Karena, menurut dia, semangat juang Islam harus dihidupkan kembali dengan cara mempertebal kecintaan umat Islam kepada nabi mereka.
Sebenarnya, menurut Ustadz M Syukron Maksum, hal itu bukan gagasan murni Salahuddin melainkan usul dari iparnya, Muzaffaruddin Gekburi yang menjadi semacam bupati di Irbil, Surya Utara.
Untuk mengimbangi maraknya peringatan Natal oleh umat Nasrani, Muzaffaruddin sering menyelenggarakan peringatan Maulid Nabi di istananya. Hanya saja, perayaannya bersifat lokal dan tidak setiap tahun.
Adapun Salahuddin ingin agar perayaan Maulid Nabi menjadi tradisi bagi umat Islam di seluruh dunia dengan tujuan meningkatkan semangat juang, bukan sekadar perayaan ulang tahun biasa.
Ketika Salahuddin meminta persetujuan dari khalifah di Baghdad, yakni An-Nashir ternyata khalifah setuju. Maka, pada musim ibadah haji bulan Dzulhijjah 579 H/ 1183 M, Salahuddin sebagai penguasa Haramain mengeluarkan instruksi kepada seluruh jamaah haji agar jika kembali ke kampung halaman masing-masing segera mensosialisasikan kepada masyarakat Islam di mana saja berada bahwa mulai tahun 580 H/ 1184 M tanggal 12 Rabiul Awal dirayakan sebagai Maulid Nabi dengan berbagai kegiatan yang membangkitkan semangat umat Islam.
Mengadakan sayembara.. Halaman selanjutnya ➡️
Baca Juga
Salah satu kegiatan yang diprakarsai oleh Sultan Salahuddin pada peringatan Maulid Nabi yang pertama kali tahun 580 H/1184 M adalah menyelenggarakan sayembara penulisan riwayat nabi beserta puji-pujian bagi nabi dengan bahasa yang seindah mungkin.
Seluruh ulama dan sastrawan kemudian diundang untuk mengikuti kompetisi tersebut. Hingga akhirnya yang menjadi pemenangnya adalah Syekh Ja'far Al-Barzanji.
Pernyata, peringatan maulid nabi yang diselenggarakan Sultan Salahuddin itu membuahkan hasil yang positif. Semangat umat Islam menghadapi Perang Salib bergelora kembali.
Salahudin berhasil menghimpun kekuatan, sehingga pada tahun 583 H/ 1187 M Yerusalem berhasil direbut oleh Salahuddin dari tangan bangsa Eropa dan Masjidil Aqsa menjadi masjid kembali sampai hari ini.
Kitab Maulid Berzanji sendiri sampai sekarang telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dan diajarkan di banyak pesantren dan madrasah di seluruh dunia Islam. Di Indonesia, Kitab Berzanji juga dikenal dengan sebutan "Syair Maulid" dan sering dibacakan dalam perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW.