Sering Dibacakan saat Maulid Nabi, Apa Isi Kitab Barzanji?

Kitab ini berjudul asli 'Iqd al-Jawahir, karya Syekh Ja'far al-Barzanji.

Republika/Mardiah
Ilustrasi Rasulullah SAW. Kitab Barzanji biasa dibacakan dalam tiap perayaan Maulid Nabi.
Red: Hasanul Rizqa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- ‘Iqd al-Jawahir merupakan karya sastra yang lekat dengan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW. Teks itu lebih populer dengan nama Kitab al-Barzanji, sesuai dengan sosok penulisnya, Syekh Ja’far al-Barzanji.

Baca Juga


Berikut ini isi Kitab al-Barzanji, seperti dirangkum Wasisto Raharjo Jati dalam artikel “Tradisi, Sunnah & Bid’ah: Analisa Barzanji Dalam Perspektif Cultural Studies” (2012).

Pertama, rangkuman silsilah Rasulullah SAW, yakni Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muttalib bin Hasyim bin Abdul Manaf bin Qusay bin Kitab bin Murrah bin Fihr bin Malik bin Nadar bin Nizar bin Maiad bin Adnan.

Kedua, cerita-cerita tentang masa kecil beliau yang sarat peristiwa luar biasa.

Ketiga, kisah yang terjadi ketika Muhammad SAW berusia 12 tahun. Waktu itu, beliau mengikuti pamannya berniaga ke Syam (Suriah).

Keempat, pernikahannya dengan Khadijah.

Kelima, peristiwa pengangkatan Muhammad SAW sebagi nabi dan rasul Allah SWT tatkala usianya 40 tahun. Sejak itulah, lelaki kelahiran Makkah al-Mukarramah ini mulai menyiarkan Islam hingga umurnya sekira 63 tahun.

Kitab al-Barzanji menuturkan sifat-sifat mulia Nabi Muhammad SAW serta berbagai peristiwa yang pernah dilalui beliau. Semua itu untuk dijadikan sebagai teladan bagi umat manusia. Dalam narasi kitab tersebut, keagungan akhlak Rasulullah SAW juga tergambarkan dalam setiap tindakannya sehari-hari. Sebagai contoh, sesudah hijrahnya Rasulullah SAW memimpin umat di Madinah.

Suatu hari, beliau menggelar majelis ilmu di masjid. Seorang sahabat kemudian datang terlambat dan mendapati tidak ada ruang kosong untuknya duduk. Sudah dimintanya beberapa hadirin untuk sedikit bergeser, tetapi tak ada satu pun yang mau.

Di tengah kebingungannya, sahabat ini mendengar suara Nabi SAW memanggilnya. Beliau tidak hanya memintanya untuk duduk di sampingnya. Rasulullah SAW bahkan melipat sorbannya dan memberikannya kepada sahabat tersebut untuk dijadikan sebagai alas tempat duduk. Melihat keagungan akhlak beliau, lelaki yang datang terlambat ini langsung mencium sorban tersebut sebagai tanda baktinya kepada al-Musthafa.

Kitab al-Barzanji tidaklah semata-mata merangkai riwayat kehidupan sang Kekasih Allah. Dengan gaya bahasa yang mempesona, karya monumental Syekh Ja’far al-Barzanji ini juga menjadi bagian dari tradisi Maulid Nabi. Dengan segala potensinya, kitab tersebut telah ikut membentuk kebudayaan dalam menghidupkan rasa cinta kepada Rasulullah SAW di berbagai negeri, bahkan hingga kini.

Secara sederhana, dapatlah dikatakan bahwa masterpiece ini adalah sebuah buku biografi Nabi SAW yang disusun secara puitis. Karya ini terpilah menjadi dua bagian, yakni natsar dan nadhom. Bagian natsar terdiri atas 19 sub-bagian yang memuat sebanyak 355 untaian syair. Sementara, bagian nadhom menghimpun 16 sub-bagian yang mengandung 205 untaian syair.

Dalam untaian prosa lirik atau sajak prosaik itu, terasa betul adanya keterpukauan pengarangnya terhadap akhlak dan sosok Rasulullah SAW. Dalam bagian nadhom, misalnya, diungkapkannya sapaan kepada Nabi SAW dengan kata-kata metaforis, “Engkaulah mentari, engkau rembulan, dan engkau cahaya di atas cahaya.”

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler