Kesaksian Korban Kekejaman Massa PKI 1948

Sejumlah ulama dan santri dibantai para pendukung PKI, 76 tahun silam.

dok wiki
Monumen Soco di Magetan, Jawa Timur. Ini dibangun sebagai pengingat akan peristiwa Pemberontaka PKI 1948.
Red: Hasanul Rizqa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selain Monumen Soco, terdapat tugu serupa di Rejosari, Kawedanan, Magetan. Terpatri di sana, sebanyak 26 nama korban keganasan massa Front Demokrasi Rakyat-Partai Komunis Indonesia (FDR/PKI). Satu nama ulama yang ada pada monumen itu ialah KH Imam Shofwan, pengasuh Pesantren Thoriqussu'ada Rejosari, Madiun.

Baca Juga


Kiai Shofwan dikubur hidup-hidup di dalam sumur tersebut setelah disiksa berkali-kali. Ketika dimasukkan ke dalam sumur, Kiai Shofwan masih sempat mengumandangkan azan. Dua putranya, yakni Kiai Zubeir dan Kiai Bawani, juga menjadi korban. Keduanya dikubur hidup-hidup secara bersama-sama.

Desa Kresek, Wungu, Madiun, juga menjadi saksi kebengisan para pemberontak. Berdasarkan data yang didapat, ada 17 orang yang jasadnya ditemukan dalam sumur desa tersebut. Sumur inilah yang menjadi lokasi bagi para simpatisan FDR/PKI untuk membantai korban-korbannya.

Buku Lubang-Lubang Pembantaian mengutip kesaksian seorang korban yang selamat dari pembantaian, Rono Kromo (89 tahun, saat buku itu disusun). Rono ikut membantu mengangkat jenazah para korban di loji pabrik gula, Rejosari, Gorang Gareng—10 km arah timur Magetan. “Waktu saya masuk ruangan (loji), kaki saya terasa …nyess… ketika menginjak darah di lantai,” katanya. Menurutnya, cairan darah di sana mencapai setinggi mata kaki.

Buku yang sama juga merangkum kesaksian dari KH Sulaiman Zuhdi, ulama Pesantren Mojopurno, Magetan. Ia mengaku sempat menyusupkan seorang koleganya untuk mengikuti rapat FDR/PKI di Madiun sepekan sebelum pecah Pemberontakan 1948. Dari mata-matanya itu, diketahui bahwa orang-orang komunis memang merencanakan penyerbuan besar-besaran di Madiun dan sekitarnya.

Seorang simpatisan FDR/PKI akan diganjar hadiah Rp 1.000 tiap berhasil membunuh seorang anggota Masyumi. “Kalau yang dibunuhnya seorang kiai, maka bayarannya Rp 20 ribu,” katanya menirukan keterangan kawannya itu. Tentu saja, nilai rupiah dahulu dan kini—tahun 2021—tidak bisa disamakan.

Para pengunjung melihat patung yang menggambarkan kekejaman PKI yang beraksi dalam geger Madiun 1948. Monumen di Kresek ini menjadi pengingat akan peristiwa historis yang kelam itu. - (DOK ANTARA Siswowidodo)

Penulis tidak menemukan data pasti tentang jumlah korban jiwa maupun luka-luka dalam peristiwa Pemberontakan PKI 1948. Barangkali, totalnya mencapai seratusan atau ratusan orang. Yang jelas, masyarakat Madiun dan sekitarnya saat itu sangat menderita. Tidak sekadar menyiksa dan membunuh, FDR/PKI pun menyebarkan ketakutan.

Di kawasan Pati saat itu, misalnya, para simpatisan komunis ini menancapkan tiga mayat warga desa setempat di tengah sawah. Pasak bambu tembus dari (maaf) lubang dubur, perut, hingga mulut mereka. Di desa dekat Wirosari, puluhan mayat diperlakukan demikian.

Taktik bumi-hangus juga dilancarkan para pemberontak. Sebagai contoh, kejadian yang menimpa masyarakat Kampung Kauman, Madiun. Pada 20 September 1948, segerombolan PKI/FDR dengan menggunakan truk mendatangi permukiman itu. Mereka menuduh salah seorang penduduk setempat telah membunuh satu anggota PKI.

Merasa tak pernah membunuh seorang pun, warga Kauman tetap bergeming. Tidak ada yang mengakui atau membenarkan tuduhan kaum komunis itu. Orang-orang FDR/PKI ini lantas mengancam akan membumihanguskan desa tersebut.

Kira-kira tiga hari kemudian, para perusuh ini datang lagi dengan jumlah yang lebih banyak. Seperti kerumunan laron, mereka menyerbut Kauman. Rumah-rumah dibakar sehingga seluruh penghuni keluar.

Sebanyak 149 orang laki-laki warga setempat ditangkap, lalu digiring ke Maospati. Para tawanan ini hendak dibawa ke loji pabrik gula, kawasan Glodok. Beruntung, sebelum sempat dibantai, rombongan FDR/PKI yang menawan mereka diadang TNI Divisi Siliwangi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler