Israel Gerakan Pasukan ke Utara Perbatasan Lebanon, Perang di Depan Mata

Israel menambah jumlah pasukannya ke perbatasan Lebanon.

IDF
Tentara dari Batalyon Netzah Yehuda, pasukan paling brutal Israel, sedang beroperasi di Jalur Gaza.
Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Hubungan Lebanon dan Israel kian memanas. Divisi Pasukan Israel yang sebelumnya beroperasi di Jalur Gaza kini telah bergerak menuju utara, perbatasan Lebanon.

Baca Juga


Pergerakan pasukan ini diluncurkan setelah selama dua kali berturut-turut Lebanon dihantam sabotease alat komunikasi. Pertama yakni ledakan pager di seluruh wilayah yang menewaskan belasan orang. Kedua yakni ledakan radio genggam yang juga menewaskan setidaknya 20 orang. Hizbullah mengancam akan membalas serangan tersebut.

Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan 'fase baru' perang sedang dimulai. Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengalihkan pasukan, sumber daya, dan energi ke perbatasan utara negara itu dengan Lebanon.

BBC melaporkan divisi ke-98 militer Israel hari ini telah dipindahkan dari Gaza ke wilayah utara Israel. Divisi tersebut telah bertempur hingga baru-baru ini di Jalur Gaza.

Hingga saat ini, ada satu divisi di wilayah utara,  divisi ke-36. Dengan pemindahan ini, maka akan meningkatkan jumlah pasukan Israel di sana secara signifikan. Sementara itu, dua divisi tetap difokuskan di Gaza.

 

Perbatasan utara Israel dengan Lebanon merupakan tempat terjadinya konflik dengan Hizbullah sejak Oktober tahun lalu.

Seperti yang telah dilaporkan, sekitar 60.000 warga Israel telah mengungsi di wilayah tersebut karena baku tembak dengan Hizbullah.

Sebelumnya, menteri pertahanan Israel Yoav Gallant juga mengatakan, mereka membuka babak baru dalam perang. Pusat gravitasi bergeser ke utara melalui pengalihan sumber daya dan pasukan.

Bela Israel

Penasihat Komunikasi Keamanan Nasional Gedung Putih, John Kirby pada Rabu (18/9) menolak spekulasi tentang kemungkinan Israel bertanggung atas sederet ledakan di Lebanon.

"Saya tidak akan terlibat dalam hipotesis atau berspekulasi tentang apa yang terjadi atau yang tidak terjadi atau siapa yang mungkin bertanggung jawab," kata Kirby saat jumpa pers.

Pernyataan Kirby tersebut menanggapi pertanyaan wartawan tentang apakah aksi Israel merupakan eskalasi, mempertanyakan apakah Israel melakukan apa yang didesak AS agar semua pihak terlibat menghindari hal tersebut.

"Saya tidak akan bisa membahas insiden-insiden ini selama beberapa hari terakhir dengan penjelasan apa pun, dengan cara apa pun," katanya.

Sedikitnya 12 orang tewas dan lebih dari 2.800 orang lainnya terluka akibat ledakan massal penyeranta di Lebanon pada Selasa, menurut Kemenkes.

Gelombang kedua ledakan massal perangkat komunikasi pada Rabu (18/9) juga menewaskan sedikitnya sembilan orang dan melukai 300 orang lainnya.

Pemerintah Lebanon dan kelompok Hizbullah menyalahkan Israel atas sederet ledakan tersebut.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler