Kisah Nusaibah, Muslimah Pemberani di Medan Jihad
Rasulullah SAW pernah mendoakan kebaikan untuk Nusaibah, suami, dan anaknya.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nusaibah binti Ka’ab merupakan seorang sahabat Nabi Muhammad SAW dari kalangan perempuan. Shahabiyah ini yang akrab disapa Ummu Ammarah ini masuk Islam bersama dengan suami, yakni Zaid bin Ashim, dan anak-anaknya.
Keluarga yang hidup bersahaja ini dengan setia mengikuti dakwah Rasulullah SAW. Salah satu ajang jihad yang pernah mereka ikuti adalah Perang Uhud.
Nabi SAW berdoa mengenai suami Ummu Ammarah, “Semoga Allah memberkahi kalian sekeluarga.”
Istri Zaid bin Ashim tersebut lalu memohon kepada beliau, “Berdoalah kepada Allah agar kami menemani Anda di surga.”
Nabi SAW kemudian bersabda, “Ya Allah, jadikanlah mereka (keluarga Zaid bin Ashim) sebagai teman-temanku di surga.”
Maka teramat suka cita Nusaibah mendengar doa itu.
Dalam sebuah riwayat, disebutkan bahwa dirinya berkata, “Aku tidak peduli lagi dengan musibah yang menimpaku di dunia sejak Rasulullah berdoa begitu.”
Sesudah Nabi SAW wafat, Nusaibah pun tetap tegar dan pantang menyerah dalam membela Islam. Ia turut berjihad di Perang Yamamah, yang di dalamnya kaum Muslimin melawan gerombolan murtad yang dipimpin Musailamah al-Kadzab, si nabi palsu.
Dalam pertempuran tersebut, lengannya putus akibat disabet pedang lawan. Tidak kurang dari 12 luka dirasakannya hari itu. Bagaimanapun, Nusaibah tetap bertahan.
Jalannya pertempuran semakin sengit. Si nabi palsu, Musailamah al-Kadzab, semakin terdesak. Satu per satu, pintu benteng pertahanannya dapat dipatahkan serbuan pasukan Muslimin.
“Bawa aku ke sana untuk membuka pintu gerbang!” seru Nusaibah.
Rupanya, ia hendak melemparkan diri sendiri ke tengah musuh. Saat para pendukung nabi palsu itu menghadapi Muslimah tersebut, maka pasukan Muslimin dapat berfokus pada pintu lainnya.
Maka pasukan kaum Muslimin membawanya dan melemparnya di tengah mereka. Sungguh menegangkan. Bagaimanapun, trik ini berhasil.
Selanjutnya, Nusaibah mengincar Musailimah al-Kadzab. Lantas, seorang laki-laki dari pengikutnya muncul secara tiba-tiba. Sabetan pedangnya memutus tangan Muslimah tersebut. “Demi Allah, aku tidak memperdulikan itu hingga kutemui si manusia jahat (Musailimah al-Kadzab) telah terbunuh. Lalu putraku menutupi lukaku dengan bajunya,” tutur dia.
Belakangan, Nusaibah mengetahui bahwa senjata yang menghabisi nyawa si nabi palsu adalah milik putranya. “Kukatakan padanya, ‘Kau yang membunuhnya, wahai putraku’? Ia menjawab, ‘Iya, Bu,’” kenangnya.
Nusaibah langsung sujud syukur kepada Allah SWT.