Berdoa Agar Allah SWT Membalas Orang yang Menzalimi Kita Boleh, Asalkan…
Doa orang yang teraniaya akan dikabulkan
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Sering kali kita mengalami sikap orang-orang yang menzalimi kita dengan perlakuan, ucapan, atau lainnya. Jika doa orang yang terzalimi itu dikabulkan, lantas apakah benar-benar diperbolehkan mendoakan orang yang menzalimi dana pa saja ketentuannya?
Pada dasarnya, dibolehkan bagi orang yang teraniaya untuk mendoakan orang yang menzaliminya agar Allah SWT membalasnya, akan tetapi janganlah yang bersangkutan mengkhususkan doa agar Allah SWt membalasnya dengan menyebutkan nama-nama orang yang menzaliminya, agar tidak terjerumus ke dalam kesewenang-wenangan dalam berdoa. Hal ini bisa jadi karena apa yang dimintanya itu tidak sesuai dengan apa yang dialaminya.
Syekh as-Suyuthi ar-Raihabani al-Hanbali dalam kitabnya Mathalib Awla an-Nahy fi Syarh Ghayat al-Muntaha menjelaskan bahwa orang yang dizalimi boleh meminta pertolongan kepada makhluk untuk membela diri dari kezaliman, maka pertolongan dari Penciptanya lebih utama daripada pertolongan dari makhluk, dan ia boleh berdoa kepada orang yang menzaliminya sejauh rasa sakit akibat kezalimannya mengharuskannya untuk melakukan hal itu.
Tidak dibolehkan baginya berdoa untuk orang yang menghinanya atau mengambil hartanya dengan cara menistakan agama, karena hal itu lebih besar dari rasa sakit yang ditimbulkan oleh kezaliman.
Jika orang yang dizalimi memfitnahnya, maka ia tidak boleh balik memfitnahnya, tetapi ia harus berdoa kepada Allah untuk melawan orang-orang yang memfitnahnya.
Demikian pula jika orang mencela agamanya maka ia tidak boleh membalas dengan mencela agamanya, tetapi ia harus berdoa kepada Allah untuk melawan orang-orang yang menzaliminya.
Pembalasan serupa memang pada dasarnya adalah sebanding tetapi lebih baik menghindarinya, sebagaimana yang dikatakan oleh Ahmad: “Doa adalah pembalasan, dan barangsiapa yang berdoa kepada orang yang menzaliminya, berarti ia tidak bersabar. Maksudnya, ia hanya ingin melakukan pembalasan terhadap dirinya sendiri."
Dalam riwayat Tirmidzi dari Aisyah RA, Rasulullah SAW bersabda sebagai berikut:
مَنْ دَعَا عَلَى مَنْ ظَلَمَهُ فَقَدْ انْتَصَرَ
“Barangsiapa yang mendoakan orang yang menzaliminya, maka ia telah meraih kemenangan.”
Dan barang siapa...
Dan barangsiapa yang bersabar dan tidak membalas dendam, maka sesungguhnya kesabaran dan ketabahannya itu termasuk perkara yang paling utama.
Sementara itu, Imam al-Qarafi berkata dalam kitabnya (al-Furuq) menjelaskan sebagai berikut:
“Saat dirinya mengatakan boleh mendoakan orang yang zalim, maka janganlah kalian mendoakannya dengan kesusahan duniawi yang tidak sesuai dengan kejahatan yang ia lakukan terhadap kalian, seperti jika ia melakukan kejahatan kepada kalian, lalu kalian mendoakannya dengan kejahatan yang lebih besar, maka kalian akan menjadi orang yang zalim kepadanya dengan kejahatan yang lebih besar pula.
مَنِ اعْتَدَىٰ عَلَيْكُمْ فَاعْتَدُوا عَلَيْهِ بِمِثْلِ مَا اعْتَدَىٰ عَلَيْكُمْ ۚ
“Oleh sebab itu barangsiapa yang menyerang kamu, maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya terhadapmu.” (QS. Al Baqarah: 194)"
Imam Ibnu Muflih berkata dalam kitabnya (Al-Furu'): “Jika dosa orang yang menzalimi adalah merusak agama orang yang dizalimi, maka ia tidak boleh balik membalas merusak agamanya, tetapi ia boleh berdoa kepada Allah agar ada orang yang merusak agamanya sebagaimana yang ia lakukan terhadapnya.”
Demikian pula jika dia memfitnahnya, maka ia tidak boleh memfitnahnya, tetapi ia boleh berdoa kepada Allah agar ada orang yang memfitnahnya sebagaimana yang ia lakukan terhadapnya.
Meskipun fitnah ini dilarang, namun jika Allah menghukumnya dengan seseorang yang melakukan hal tersebut kepadanya, maka hal itu tidak jelek dari dirinya, dan tidak ada kezaliman di dalamnya, karena ia telah melakukan pelanggaran yang sama, tetapi dari sisi hamba hal itu jelek dan ia tidak memiliki hak untuk melakukannya.”
Meskipun dibolehkan mendoakan orang yang berbuat zalim agar Allah membalas dendam kepadanya, akan tetapi sebaiknya menyerahkan urusan anda kepada Allah, karena dunia bukanlah akhirat, dan memaafkan orang yang berbuat zalim termasuk ibadah yang paling agung, hanya orang-orang yang bertaqwa saja yang bisa melakukannya, dan konsekuensinya adalah Allah akan mengampuni anda pada hari kiamat.
Yang perlu diperhatikan adalah bahwa apa yang telah Anda hilangkan di dunia belum tentu baik untuk anda, bahkan bisa jadi akan berdampak buruk bagi anda jika hal itu terjadi, sebagaimana firman Allah Ta'ala:
وَيَدْعُ الْإِنْسَانُ بِالشَّرِّ دُعَاءَهُ بِالْخَيْرِ ۖ وَكَانَ الْإِنْسَانُ عَجُولًا
“Dan manusia mendoa untuk kejahatan sebagaimana ia mendoa untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa.
Keyakinan akan takdir dan nasib berarti bahwa seseorang tidak boleh bersedih dan tidak boleh gelisah jika ia kehilangan sesuatu di dunia. Rasulullah SAW berserah diri kepada takdir Allah Ta'ala, dan biasa berdoa dalam shalatnya:
اللَّهُمَّ ارْزُقْنِي حُبَّكَ وَحُبَّ مَنْ يَنْفَعُنِي حُبُّهُ عِنْدَكَ، اللَّهُمَّ مَا رَزَقْتَنِي مِمَّا أُحِبُّ فَاجْعَللْهُ قُوَّةً لِي فِيمَا تُحِبُّ، اللَّهُمَّ وَمَا زَوَيْتَ عَنِّي مِمَّا أُحِبُّ فَاجْعَلْهُ فَرَاغًا لِي فِيمَا تُحِبُّ
“Ya Allah, berilah aku cinta-Mu dan cinta orang-orang yang cintanya bermanfaat bagiku di sisi-Mu, Ya Allah, apa saja yang Engkau berikan kepadaku dari apa yang aku cintai, jadikanlah itu sebagai kekuatan bagiku pada apa yang Engkau cintai, Ya Allah, dan apa saja yang Engkau cabut dariku dari apa yang aku cintai, jadikanlah itu sebagai kelonggaran bagiku pada apa yang Engkau cintai.” (HR Tirmidzi)
Sumber: islamweb