Tiga Amalan Tersembunyi
Tiga amalan ini mengharumkan nama almarhum yang dahulu masyhur sebagai ahli maksiat.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sang Hujjatul Islam, Imam Ghazali, menuturkan sebuah kisah yang sarat hikmah dalam karyanya, Mukasyafatul Qulub. Dahulu kala, penduduk Basrah resah oleh kelakuan seorang lelaki yang gemar berbuat onar. Di antara kebiasaan pria itu ialah mabuk-mabukan, mengganggu tetangga, dan mengancam pengguna jalan umum.
Hingga suatu pagi, tersiarlah kabar bahwa "musuh masyarakat" itu meninggal dunia. Bukannya berduka, orang-orang Basrah justru bersuka cita. Mereka merasa lega karena sosok yang meresahkan kini telah menemui ajalnya.
Bagaimanapun, almarhum meninggalkan keluarga kecilnya yang berduka. Istrinya--yang kini telah janda--sedih dan bingung. Sebab, tak ada satu pun tetangga atau warga lain yang datang ke rumahnya untuk mengurus jenazah suaminya.
Hingga waktu siang tiba, istri almarhum mulai dilanda cemas. Ia sudah memandikan jenazah suaminya. Kewajiban itu dikerjakannya sendirian karena anaknya masih kecil.
Menjelang sore tiba, sang istri terpaksa menyewa jasa dua orang pekerja dari luar kota. Mereka dibayarnya untuk memikul jenazah suaminya. Keduanya lantas memanggul jasad tersebut sampai mushala terdekat.
Usai menunggu beberapa jam, tetap saja tidak ada jamaah yang datang untuk menshalati mayat pria ini. Air mata janda almarhum itu tumpah. Ia pun melaksanakan shalat jenazah seorang diri. Dengan dibantu dua orang bayaran tadi, ia hendak menguburkan jasad suaminya di tanah lapang dekat rumahnya.
Tiba-tiba, sebentuk suara memanggil nama janda itu. Wanita ini menoleh dan tampak seorang ulama sepuh di belakangnya. Alim ini tampak kelelahan karena berlari untuk sampai ke lokasi penguburan jenazah. Sementara, rumahnya terletak di atas bukit, yang cukup jauh dari perkampungan.
"Jangan kalian kubur jenazah almarhum terlebih dahulu, aku ingin menshalatinya," kata ulama ini.
Sang istri tentu saja gembira karena akhirnya ada seseorang yang mau menshalati jenazah suaminya. Pada saat yang sama, dirinya heran, mengapa seorang ulama yang saleh sampai rela jauh-jauh turun bukit untuk mengantarkan jenazah suaminya, yang terkenal gemar bermaksiat hingga akhir usia.
Kabar kehadiran ulama besar itu pun dilihat warga sekitar. Akhirnya, banyak warga berduyun-duyun datang.
Sesudah jenazah dikebumikan, beberapa orang menghampiri dai itu. Mereka ingin mendengar alasan sang alim, mengapa bersedia menshalati orang yang semasa hidupnya kerap melakukan kejahatan.
"Semalam, aku mendengar dalam mimpiku sebuah suara, yang mengatakan, 'Turunlah kamu kepada si fulan karena tidak seorang pun yang mau menshalati jenazahnya. Shalatkanlah ia, sebab ia telah diampuni Allah SWT," ujar orang tua itu.
"Orang-orang mengetahui bagaimana kebiasaan almarhum. Sehari-harinya dia hanya berbuat dosa dan maksiat. Setiap malam dilewatinya dengan mabuk-mabukan," timpal seorang warga.
Apakah ada amalan kebaikan yang pernah dilakukan suamimu semasa hidupnya? Coba diingat-ingat kembali," tanya sang alim kepada istri almarhum.
"Kini saya ingat. Ada tiga amalan yang pernah dilakukannya," jawab wanita itu.
Pertama, ujar sang istri, sang suami pernah meminum khamar hingga jatuh mabuk. Namun, begitu tiba waktu subuh, ia berusaha bangkit dan segera mandi. Sesudah itu, ia mengganti pakaiannya dan berwudhu.
"Suami saya langsung bergegas ke masjid untuk mengikuti shalat subuh," tuturnya.
Kedua, pada suatu malam sang suami pernah terjaga dari tidurnya. Di sepertiga akhir malam itu, ia bersimpuh di atas sajadah dan menangis.
"Dengan mengangkat kedua tangannya, kudengar ia berdoa, 'Ya Allah, letak neraka jahanam manakah yang Engkau kehendaki untuk orang zalim sepertiku?'" kata sang istri menceritakan.
Terakhir, di rumah pasangan suami-istri ini tidak pernah sepi dari anak-anak yatim. "Suami saya memberi makan, pakaian, dan naungan tempat tinggal untuk mereka. Bahkan, kadang-kadang saya menyangka rasa sayangnya untuk anak-anak yatim melebihi terhadap anak kami sendiri," ujarnya.