Penghapusan Kemiskinan Ekstrem Berjalan Baik Berkat Kolaborasi Bebagai Unsur
Kemiskinan ekstrem menurun menjadi 0,83 persen.
REPUBLIKA.CO.ID, BANYUWANGI -- Target penghapusan kemiskinan ekstrem di Indonesia semakin mendekati titik nol. Data Badan Pusat Statistik (BPS), angka kemiskinan ekstrem menurun drastis dari 6,18 persen pada 2014 menjadi 0,83 persen pada Maret 2024.
"Ini menjadikan Indonesia sebagai negara yang hampir berhasil mengentaskan kemiskinan ekstrem lebih cepat enam tahun dari target Sustainable Development Goals (SDGs) 2030," kata Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi, Arif Budimanta di Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat (27/9/2024).
Arif mengatakan, pencapaian itu didapat berkat kolaborasi yang baik dari berbagai unsur, dari pemerintah pusat, daerah, lembaga keuangan, hingga filantropi. Strateginya, melakukan berbagai intervensi, sepertimu penyediaan modal usaha sekaligus pendampingan bagi mereka yang masih bisa produktif.
Strategi itu salah satunya yang sedang digencarkan oleh PT Permodalan Nasional Madani (PNM) melalui program Mekaar. Tak tanggung, Mekaar telah memiliki lebih dari 14,71 juta nasabah di seluruh Indonesia.
Bagi mereka yang lanjut usia dan hidup sendiri tanpa penghasilan, dilakukan perlindungan sosial. Salah satu bentuk perlindungan sosial ini adalah program 'Rantang Kasih' yang sudah lima tahun terakhir berjalan di Banyuwangi. Pada Jumat, Arif bersama Direktur Utama PT PNM, Arief Mulyadi mengunjungi beberapa titik kantong perlindungan sosial dan program Mekaar PNM di Banyuwangi.
Rantang Kasih
Program ini melibatkan para pengusaha warung makanan untuk menyediakan makanan siap saji kepada para lansia. Di Kecamatan Blimbingsari, ada 140 orang lansia yang mendapat rantang makanan setiap harinya, salah satunya, Ibu Julaiha (75 tahun).
Julaiha yang tinggal sendiri di rumah papan beralaskan tanah mengaku kini hanya bisa menyambung hidup dari bantuan sosial pemerintah. Setiap hari, dia dikirimi rantang berisi makanan segar. "Satu rantang bisa untuk dua kali makan," kata pengusaha warung yang menyediakan makanan untuk Julaiha, Retno Setiawati ditemui di tempat usahanya.
Menurut dia, nilai menu yang dipatok pemerintah untuk setiap rantang adalah Rp 20 ribu. Namun, ia tetap menyesuaikannya dengan kebutuhan dan keinginan para lansia. "Karena mereka juga bisa pesan mau makan apa lewat kurirnya. Kadang ditulisin juga di rantangnya," kata dia.
Retno mengaku tidak pelit soal menu. Sebab, ia juga menjadikan program itu sebagai ladang untuk beramal. Dia percaya, Rantang Kasih menambah keberkahan dan kemajuan usahanya selama ini. "Alhamdulillah ini tempat untuk sedekah," kata dia.
Arif mengatakan, program Rantang Kasih adalah contoh kolaborasi yang baik antar Pemda dan para pengusaha. "Ini adalah bagian strategi pertama yang kita sebut dengan pengurangan beban pengeluaran. Jadi gotong royong untuk membantu mengurangi beban pengeluaran individu yang masuk kategori kelompok miskin, dan bukan hanya dikerjakan oleh pemerintah daerah dengan pemerintah nasional," kata dia.
Mekaar PNM Menghapus Kemiskinan
Untuk program Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar) PNM, rombongan menuju Desa Telemung, Banyuwangi. Kebetulan, Jumat itu adalah hari pengumpulan iyuran dan pendampingan terhadap beberapa kelompok nasabah. Lebih dari 30 nasabah Mekaar yang merupakan ibu-ibu rumah tangga sudah berkumpul di salah satu rumah warga.
Program ini menawarkan pinjaman modal usaha mulai dari Rp 2 juta dengan sistem tanggung renteng, di mana setiap kelompok minimal terdiri dari 10 orang. Jika mereka berhasil, limit pinjamannya bisa naik.
Rata-rata para nasabah mengaku kini telah naik kelas. Sukarsih (38 tahun) si pengusaha kambing mengaku kini tengah menjajal usaha ternak sapi dengan pinjaman naik menjadi Rp 10 juta. Saniam (30) juga sudah memiliki kios sembako setelah sebelumnya hanya menjajakan gorengan.
Arif mengapresiasi program Mekaar PNM yang berhasil mengantarkan warga keluar dari kondisi kemiskinan ekstrem. "Tadi sama-sama kita lihat kelompok miskin ekstrem ada juga yang sudah berhasil graduasi, artinya keluar dari kelompok miskin ekstrim maupun kelompok miskin. Mudah-mudahan berjalan terus dengan baik," katanya
Direktur Utama PNM, Arief Mulyadi merasa senang dengan geliat usaha para nasabah Mekaar di Banyuwangi. Program tersebut, kata dia, merupakan pelaksanaan tugas PNM untuk memberikan modal sosial, finansial, dan intelektual kepada para nasabah. Arief yakin para ibu-ibu itu nantinya bisa menjadi pengusaha yang bisa diandalkan.
"Kami berharap usaha mereka berkesinambungan, walaupun mereka mulai dari sebuah kegiatan sustain yang hanya berupa upaya pemenuhan kebutuhan dasar mereka," kata dia di lokasi kunjungan.
Arief mengatakan, per Agustus 2024, jumlah nasabah PNM secara nasional sudah tembus 14,71 juta orang. Khusus di Jawa Timur, terdapat 2,68 juta nasabah, termasuk 154 ribu nasabah di Banyuwangi. “Sampai hari ini jumlah nasabah yang kami biayai hampir 200 ribu. Tapi yang aktif sampai 154 ribu nasabah,” kata dia
Sebagai lembaga keuangan khusus, Arief mengakui PNM diberi tugas khusus untuk membantu pencapaian target nasional penghapusan kemiskinan ekstrem. Dimana PNM diberikan penambahan Penyertaan Modal Negara (PMN) Rp 1 triliun rupiah untuk disalurkan.
Pada 2019 lalu, PNM diminta mendampingi 1 juta masyarakat subsisten melalui pembiayaan dan pendampingan usaha agar dapat meningkatkan pendapatan mereka
"Sampai akhir tahun 2019 lebih dari 6 juta penyaluran PNM lakukan dan kami leverage hampir 50 kali lipat dengan pendanaan dari sumber lain," ungkap Arief.
Pembiayaan dan pendampingan bagi usaha rumah tangga di Banyuwangi dilayani oleh 60 unit Account Officer PNM yang tersebar di seluruh kecamatan. Lebih dari 99 ribu nasabah perempuan adalah golongan miskin ekstrem.
Arief menambahkan peran sentris ibu dalam aspek kemiskinan sangat besar. Arief bersyukur pemerintah melibatkan PNM untuk tugas mulia ini. "Tugas utama kami menjadi semakin terarah dan mempercepat ketepatan sasaran. Kedepannya tidak sekedar pembiayaan tapi lebih banyak aspek rekayasa sosial yang PNM lakukan," kata dia.