Dicari Gen-Z, Bagaimana Chatbot AI Muslim Layani Pertanyaan Seputar Islam?
Dalam tiga bulan, fitur Ask AiDeen telah melayani tiga juta pertanyaan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Keingintahuan generasi muda seputar Islam baik dari sisi sejarah hingga ritualnya terbilang besar. Tidak sedikit diantara mereka yang mengajukan pertanyaan melalui artificial inteligence (kecerdasan buatan) yang tersedia lewat berbagai platform.
Salah satu aplikasi keislaman yang sudah melayani pengguna dari 190 negara, Muslimpro, menyediakan layanan untuk menjawab pertanyaan seputar Islam secara online lewat AI dengan fitur Ask AiDeen. Fitur berlangganan tersebut pun terbilang populer meski baru diluncurkan.
“Dalam tiga bulan Ask AiDeen telah melayani tiga juta pertanyaan, “ ujar Nafees Khundker, Group Managing Director dan Chief Executive Officer Bitsmedia di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Dia mengatakan, Muslim Pro yang memiliki lebih dari 12 juta pengguna dari Indonesia, meluncurkan chatbot tersebut tepat sebelum Ramadhan 2024. Chatbot AI tersebut akan menjawab pertanyaan seputar Islam apa pun yang mungkin dimiliki pengguna Muslim Pro.
Untuk menjamin kredibilitas jawaban yang disampaikan, Nafees mengatakan, pihaknya hanya memberikan informasi yang telah diverifikasi. Dia mengungkapkan, chat AI tersebut telah mendapatkan asupan fondasi database yang kuat dari Alquran dan hadits. Setiap pertanyaan, jawaban, analisis apa pun yang diberikan oleh chatbot AI ini akan berasal dari tiga atau empat sumber dari Alquran dan Hadits.“Tidak akan ada sumber lain sehingga Anda tahu persis dari mana asalnya,”kata dia.
Jika tidak ada dalam Alqur'an, chatbot ini akan memberikan jawaban kosong yang mengatakan tidak ada, tidak disebutkan dalam Alqur'an atau tidak ada dalam Alqur'an. Nafees menjamin, chatbot ini tidak akan memberikan informasi dari browser online atau internet, hanya akan memberikan informasi dari beberapa sumber yang telah diverifikasi.
“Jadi informasinya sudah diverifikasi, tetapi kami tidak berhenti di situ. Kami terus melatih bot ini dengan lebih banyak informasi dan kemudian kami memiliki tim konten yang memeriksa setiap jawaban. Saat melatih, kami memeriksa semua jawaban sehingga ketika pengguna mendapatkan jawabannya, mereka mendapatkan jawaban yang sudah diverifikasi,”tambah dia.
Tidak hanya itu, Nafees mengatakan, Muslim Pro yang saat ini memiliki pengguna berusia 18-35 tahun secara terbuka menginformasikan jika chatbot tersebut bukan pengganti ulama atau guru agama. Chatbot tersebut hanyalah alat pendukung bagi mereka yang ingin mencari tahu tentang Islam.
"Kami tetap sangat berhati-hati dalam apa pun yang kami sampaikan kepada pengguna kami, karena beberapa pengguna akan mengambil apa pun yang Anda tulis dan apa pun jawabannya, mereka bisa mengambilnya kata demi kata dan sebagainya,"ujar dia.