Serangan Darat Israel ke Lebanon Dibayangi Kegagalan pada 2006

Israel dilaporkan semakin dekat melakukan serangan darat ke Lebanon.

EPA-EFE/ATEF SAFADI
Unit artileri Israel bersiap menembak ke arah sasaran di Lebanon dari lokasi yang dirahasiakan di perbatasan Lebanon-Israel, Israel, 4 Januari 2024.
Red: Fitriyan Zamzami

BEIRUT – Israel dilaporkan kian nekat bakal melakukan serangan darat ke Lebanon. Pejabat di Amerika Serikat menyatakan diberitahu bahwa serangan itu akan dilakukan dalam beberapa jam mendatang. Pada 2006, Israel melakukan serangan darat seruap ke Lebanon namun berhasil dipukul mundur Hizbullah.

Baca Juga


Seorang pejabat mengkonfirmasi kepada CBS News pada Senin bahwa Israel telah memberitahu AS bahwa mereka bermaksud melancarkan serangan darat terbatas ke Lebanon, yang menurut pejabat itu dapat dimulai dalam beberapa jam.

“Sampai saat ini, saya dapat mengatakan tidak ada aktivitas darat besar-besaran di Lebanon,” kata juru bicara Pasukan Pertahanan Israel Mayor David Baruch kepada wartawan di Israel Senin sore. Salah satu rekannya, Kapten Ardam Ittah, dengan cepat menambahkan, “Tetapi semua pilihan ada di meja.”

Menteri Pertahanan Yoav Gallant juga mengisyaratkan dengan tegas bahwa Israel sedang bersiap melancarkan serangan darat terhadap Hizbullah di Lebanon. “Penghancuran Nasrallah (pemimpin Hizbullah) adalah langkah yang sangat penting, namun itu bukanlah segalanya. Kami akan menggunakan semua kemampuan yang kami miliki,” kata Gallant kepada pasukan Brigade Lapis Baja ke-188 dan Brigade Infanteri Golani di Israel utara.

Sebelumnya, divisi pasukan Israel yang sebelumnya beroperasi di Jalur Gaza dilaporkan telah bergerak menuju utara, perbatasan Lebanon. BBC melaporkan divisi ke-98 militer Israel kemarin telah dipindahkan dari Gaza ke wilayah utara Israel. 

Sementara, petinggi Hizbullah menyatakan siap menghadapi serangan darat israel yang menjelang dan mengalahkan mereka seperti pada 2006 lalu. Dalam pidato pertama seorang pejabat Hizbullah sejak pembunuhan pemimpin kelompok tersebut, wakil pemimpin Hizbullah Sheikh Naim Qassem bersumpah bahwa kelompok tersebut siap menghadapi kemungkinan operasi darat yang dilakukan oleh pasukan Israel.

“Kami akan menghadapi segala kemungkinan dan kami siap jika Israel memutuskan untuk masuk melalui darat dan pasukan perlawanan siap untuk melakukan pertempuran darat,” katanya dalam pidato kemarin.

Pejuang kelompok militan Lebanon Hizbullah melakukan latihan di desa Aaramta di Distrik Jezzine, Lebanon selatan, Minggu, 21 Mei 2023. - (AP Photo/Hassan Ammar)

“Meskipun kehilangan komandannya, serangan terhadap warga sipil di seluruh Lebanon, dan pengorbanan yang besar, kami tidak akan beranjak dari posisi kami,” kata Qassem dalam pidatonya dari lokasi yang dirahasiakan di Beirut. “Kami akan terus mendukung Gaza dan membela Lebanon.”

Qassem mengatakan Hizbullah akan melanjutkan jejak pemimpin Hassan Nasrallah, yang syahid dalam serangan udara Israel di Beirut pada Jumat.

Dia mengatakan kelompok tersebut terus melanjutkan operasinya, bekerja sesuai dengan rencana yang telah disusun, dan menggambarkan serangan mereka terhadap Israel sejauh ini sebagai serangan “minimal”.

Dia menambahkan bahwa meskipun pertempuran ini mungkin akan memakan waktu lama, Hizbullah yakin bahwa Israel tidak akan mencapai tujuannya.


Qassem memuji Nasrallah atas kepemimpinannya, dan popularitasnya di mata massa, dan mengatakan bahwa kelompok Syiah telah membuktikan tekadnya untuk terus berperang, dengan menembakkan roket ke Haifa dan pemukiman Maale Adumim di Tepi Barat. Serangan itu menurut Qassem memaksa satu juta warga Israel ke tempat perlindungan bom.

Qassem juga mengatakan bahwa kelompok teror akan memilih sekretaris jenderal baru sesegera mungkin, menggunakan proses internal, dan menekankan bahwa untuk setiap komandan dan pejabat, ada penggantinya.

Kekalahan Israel pada 2006... baca halaman selanjutnya

 

Serangan darat sebelumnya sempat dilakukan pada 2006. kala itu, pada pagi hari tanggal 12 Juli 2006, pasukan komando Hizbullah melancarkan serangan lintas batas terhadap patroli lapis baja Israel, menewaskan dua tentara dan menyandera dua orang.

Tindakan tersebut meningkat menjadi konflik 34 hari antara Israel dan Hizbullah. Perang tahun 2006 menimbulkan dampak yang sangat besar, terutama bagi Lebanon. Sekitar 1.200 warga Lebanon meninggal, sebagian besar dari mereka adalah warga sipil dan diperkirakan sepertiga dari mereka adalah anak-anak. 

Hal ini juga menyebabkan sepertiga dari 4,5 juta penduduk negara tersebut mengungsi. Hampir setiap jembatan di negara itu dan ribuan bangunan, infrastruktur penting, pusat transportasi, dan bangunan industri rusak atau hancur. Pemerintah Lebanon memperkirakan biaya rekonstruksi adalah 2,8 miliar dolar AS. Sementara itu, 117 tentara IDF tewas dalam konflik tersebut.

Meskipun kedua belah pihak menyatakan kemenangan, sebagian besar pengamat sepakat bahwa Israel gagal dalam hampir semua tujuan strategisnya. Alih-alih menghancurkan atau merendahkan Hizbullah, perang tahun 2006 malah menguatkan musuh lama Israel dan memperkuatnya di Lebanon. Selain itu, Israel juga gagal menyelamatkan dua tentara yang diculik itu hidup-hidup.

“Israel tidak mencapai apa yang diinginkannya secara militer. Hizbullah berhasil bertahan dan tidak kalah,” kata Timur Goksel, yang menjabat sebagai juru bicara dan penasihat UNIFIL – pasukan penjaga perdamaian PBB di Lebanon – selama 24 tahun. “Metriknya [kemenangan Hizbullah] adalah hasil akhirnya: Israel tidak mencapai tujuan militernya dan hal ini menyebabkan perselisihan dan perdebatan di Israel. Anda tidak bisa menggunakan metrik kesuksesan klasik.”

Gagasan ini diamini oleh Thanassis Cambanis, peneliti di Century Foundation dan penulis buku tentang Hizbullah, A Privilege to Die.

“Hizbullah memiliki strategi yang jelas sejak awal untuk membingkai konflik sebagai kemenangan jika mereka bisa bertahan,” katanya kepada Alarabiya. “Ini adalah strategi yang sangat cerdas, sulit membayangkan situasi di mana Hizbullah hancur total.”


 

Cambanis juga menyoroti bahwa pendekatan pemboman udara besar-besaran yang dilakukan Israel – yang kemudian dikenal sebagai Doktrin Dahiya yang diambil dari nama kubu Hizbullah di Beirut selatan – juga membantu meningkatkan dukungan untuk Hizbullah. “Pada awalnya di Lebanon ada perasaan bahwa Hizbullahlah yang memprovokasi penderitaan ini, namun ketika pemboman Israel kian meningkat, hal itu membungkam semua kesalahan Hizbullah,” jelasnya.

Di lapangan selama konflik, kampanye gerilya Hizbullah yang dipersiapkan dengan baik melawan Israel memberikan mereka keuntungan menentukan di mana dan kapan akan terlibat. Banyak momen ikonik dalam konflik Hizbullah yang ditampilkan lebih seperti film aksi dramatis daripada perjuangan mati-matian untuk bertahan hidup.

Pada tanggal 15 Juli 2006, dalam salah satu pidato Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah di televisi hampir setiap malam, dia merujuk pada kapal perang Israel di lepas pantai Lebanon. “Lihatlah kapal perang yang menyerang Beirut, sementara kapal itu terbakar dan tenggelam di depan mata Anda,” katanya, sebelum kamera beralih ke transmisi kapal yang terkena ledakan dahsyat.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler