Sehari Semalam Israel Tewaskan Warga di Palestina, Lebanon, Suriah, dan Yaman

Israel diibaratkan sebagai monster yang berkeliaran di Timur Tengah.

AP Photo
Api besar dan kepulan asap terlihat selepas pemboman Israel di kota pelabuhan Hodeida, Yaman, pada Ahad, 29 September 2024.
Rep: Associated Press Red: Fitriyan Zamzami

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS – Militer Israel sepanjang Senin hingga Selasa pekan ini melakukan serangkaian serangan ke negara-negara sekitarnya. Seluruh serangan tersebut menimbulkan korban jiwa.

Baca Juga


Kementerian Pertahanan Suriah mengatakan bahwa serangan Israel menargetkan beberapa daerah di ibu kota Damaskus pada Selasa pagi. Pertahanan udara menembak jatuh sebagian besar rudal tersebut, namun tiga warga sipil meninggal dan sembilan lainnya terluka, katanya. 

Di antara mereka yang meninggal adalah pembawa berita televisi terkenal, Safaa Ahmad. Israel sering menargetkan situs militer Suriah dan lokasi yang terkait dengan kelompok yang didukung Iran, namun serangan di dalam kota Damaskus jarang terjadi.

Serangan udara Israel juga menewaskan sedikitnya 19 orang di Jalur Gaza di Palestina, termasuk lima perempuan dan tiga anak-anak, kata pejabat medis Palestina pada Selasa. Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa menerima 11 jenazah setelah serangan Senin malam di kamp pengungsi Nuseirat. 

Para penyintas berjuang untuk mengidentifikasi sisa-sisanya. Delapan orang lainnya syahid dalam serangan yang menghantam kendaraan di tenda kamp di selatan kota Khan Younis, menurut Rumah Sakit Nasser di dekatnya. 

Militer Israel juga mengatakan pihaknya menembak mati dua militan menyusul baku tembak dalam penggerebekan di kota Nablus, Tepi Barat yang diduduki. Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan seorang pria berusia 33 tahun syahid pada Senin akibat tembakan Israel di kota tua Nablus. Pria lainnya, berusia 25 tahun, ditembak mati oleh pasukan Israel di dekat kamp pengungsi Balata. 

Sedangkan Kantor berita Lebanon melaporkan serangan udara Israel terhadap kamp pengungsi Palestina di Lebanon selatan menewaskan enam orang, termasuk putra seorang pejabat Palestina. 

Kantor Berita Nasional (NNA) mengatakan serangan udara Selasa pagi di kamp pengungsi Ein el-Hilweh di Sidon, kamp pengungsi terbesar dari 12 kamp pengungsi Lebanon, menargetkan rumah Jenderal Munir Makdah dari kelompok Fatah pimpinan Presiden Palestina Mahmoud Abbas. NNA mengatakan putra dan menantu Makdah, serta seorang wanita lain dan tiga anak, syahid dalam serangan udara tersebut. Saudara laki-laki Makdah, Khalil Makdah, syahid dalam serangan udara Israel pada bulan Agustus di kota pelabuhan Sidon.

Di Yaman, Israel mengebom pelabuhan Hodeidah pada Ahad. Kementerian Kesehatan yang dikelola Houthi mengatakan sedikitnya empat orang meninggal dan 29 lainnya luka-luka. Gambar dari Hodeidah menunjukkan bagian kota tertutup debu besar, dan ledakan besar terjadi di kejauhan. Militer Israel mengatakan puluhan pesawatnya telah menyerang pembangkit listrik dan pelabuhan Ras Issa dan Hodeidah.


Monster bernama Israel

Lolwah Alkhater, menteri kerja sama internasional Qatar, mengkritik tajam serangan Israel di Gaza dan Lebanon. “Monster telah dilepaskan di wilayah kita. Monster yang menggunakan senjata terlarang dan metode yang menargetkan warga sipil tanpa pandang bulu,” tulisnya di X, merujuk pada Israel. 

Dia menambahkan bahwa “monster itu… tidak mematuhi satupun keputusan Dewan Keamanan PBB” dan melanggar hukum internasional setiap hari. “Namun, mereka terus menerima tidak hanya restu dari beberapa aktor internasional, namun juga senjata dan uang pembayar pajak mereka. Pengecualian Pendudukan Israel di atas hukum internasional harus dihentikan,” tulisnya. “Kecuali kita bersatu untuk menghentikannya, intimidasi militer dan politik ini akan menghancurkan seluruh kawasan.”

Berbicara menentang serangan darat Israel di Lebanon selatan, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengklaim pada Selasa bahwa Turki adalah incaran Israel selanjutnya. Dalam pidatonya yang menandai pembukaan parlemen setelah reses musim panas, Erdogan mengkritik komunitas internasional dan dunia Islam karena gagal menghentikan tindakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Gaza dan Lebanon. 

Dia bersumpah untuk berdiri teguh melawan Israel dan mendukung Lebanon. “Meskipun beberapa orang terus-menerus menolak untuk melihatnya, pemerintahan Netanyahu punya impian kejam yang mencakup Anatolia,” kata Erdogan, merujuk pada sebagian besar wilayah Turki. 

“Setelah Israel bertindak berdasarkan angan-angannya soal tanah yang dijanjikan di Palestina dan Lebanon, tanah air kita akan jadi yang selanjutnya.”

Gideon Levy, kolumnis media Israel Haaretz mengatakan bahwa diamnya negara-negara dunia membuat Israel bebas melakukan apapun “Dunia saat ini benar-benar pasif, jadi Israel merasa hal ini bisa terus berlanjut,” Levy mengatakan pada Aljazirah. “Saya pikir tidak ada yang bisa menghentikan agresi Israel dan ini jelas akan mengorbankan nyawa banyak orang.”

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler