Ribuan Ulama Sunni Surati Ayatollah Ali Khamenei, Puji dan Dukung Serangan Iran ke Israel
Ribuan ulama Sunni berterima kasih kepada Iran yang sudah mengirim misil ke Israel.
REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Ulama Sunni di Iran menulis sebuah surat yang ditujukan kepada Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mendukung dan mengapresiasi serangan misil balistik yang dilancarkan IRGC terhadap Israel pada 1 Oktober 2024 lalu. Dilaporkan Mehr News, Senin (7/10/2024), sekitar 3.000 ulama Sunni membubuhkan tanda tangannya di surat tersebut.
Para ulama Sunni itu dalam surat mereka berterima kasih atas keputusan militer Iran menyerang Israel lewat Operasi Menepati Janji II di mana sekitar 180 misil balistik sukses menembus pertahanan udara Israel dan menghantam negeri Zionis. Dalam surat itu, para ulama juga mengatakan, bahwa serangan misil Iran telah memompa moral para pejuang dan militan dalam upaya memerdekakan masjid Al-Aqsha.
Pada Selasa pekan lalu, Iran melancarkan serangan misil balistik ke Israel sebagai balasan atas pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh, sekjen Hizbullah Hassan Nasrallah dan komandan IRGC Jenderal Abbas Nilforushan. Lebih dari 90 persen misil-misil yang dikirim Iran sukses mengenai target, termasuk pangkalan udara Nevatim yang menjadi markas puluhan pesawat F-35.
Atas serangan itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menjamin akan adanya respons balasan. Namun sebelumnya, Iran telah menegaskan bahwa serangan selanjutnya akan sangat menghancurkan jika Israel mengambil respons yang salah.
"Respons Iran yang sah secara hukum, rasional, dan bertanggung jawab atas aksi terorisme rezim Zionis telah dilaksanakan. Jika rezim Zionis berani merespons atau melancarkan aksi keji lanjutan, maka balasan beruntun yang menghancurkan akan terjadi. Negara kawasan dan pendukung Zionis disarankan untuk memutus hubungan dengan rezim," demikian pernyataan resmi perwakilan Iran di PBB lewat akun resmi mereka di X, @Iran_UN dikutip Rabu (2/10/2024).
Sebelumnya, Presiden Iran Masoud Pezeshkian dikutip Sputnik mengatakan serangan rudal pada Selasa (1/10/2024) merupakan respons atas kekejaman yang terus dilakukan rezim Israel. Ia pun memperingatkan bahwa kesalahan sekecil apa pun yang dilakukan Tel Aviv akan memicu balasan yang lebih kuat dan menghancurkan.
Pada Rabu (2/10/2024) malam, Pezeshkian bertemu dengan delegasi tingkat tinggi gerakan perlawanan Palestina, Hamas, di Doha, Qatar, bersamaan dengan kunjungan dua hari presiden Iran itu di Qatar. Pezeshkian menggambarkan pembunuhan Ismail Haniyeh di Teheran sebagai salah satu peristiwa paling menyakitkan dalam hidupnya.
Pezeshkian mengenang saat ia memeluk Haniyeh pada upacara pelantikannya, hanya untuk mengetahui beberapa jam kemudian tentang pembunuhan pengecut Haniyeh oleh rezim Israel. Presiden Iran itu pun mengutuk kekejaman yang dilakukan oleh Israel di Gaza dan Lebanon, serta mengkritik kemunafikan Amerika Serikat dan negara-negara Barat yang mengaku mendukung demokrasi dan hak asasi manusia, namun mendukung rezim Israel.
Merujuk pada Operasi Janji Sejati 2 pada Selasa malam, Pezeshkian menyebutkan bahwa Barat telah membuat janji-janji palsu kepada Iran untuk tidak membalas pembunuhan Haniyeh sebagai imbalan atas gencatan senjata di Gaza.
“Kelanjutan kekejaman yang dilakukan oleh rezim Israel telah memicu tanggapan tegas dari angkatan bersenjata Republik Islam Iran, dan tentu saja, rezim ini akan menerima balasan yang lebih kuat dan menghancurkan jika mereka melakukan kesalahan sekecil apa pun lagi,” ujarnya.
Lebih lanjut, Presiden Iran menyerukan persatuan di antara negara-negara Muslim, memperingatkan bahwa kurangnya persatuan itu telah membuat rezim Israel semakin berani melakukan lebih banyak kejahatan terhadap rakyat Palestina dan Lebanon.
Menurut laporan Channel 12, pada Ahad (6/10/2024), Israel telah memutuskan untuk menyerang Iran menyusul serangan rudal yang dilakukan Iran pada pekan lalu ke Israel. Namun, hingga Selasa (8/10/2024), belum ada tanda-tanda Israel akan melancarkan serangan ke Iran.
"Pembahasan mengenai metode dan waktu serangan masih berlangsung," kata stasiun penyiaran tersebut dilansir Andolu.
Menurut media tersebut, target potensial serangan kemungkinan meliputi fasilitas penting minyak dan gas, kompleks kepresidenan, serta markas besar Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei dan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) di Teheran.
"Pembahasan di lembaga keamanan Israel difokuskan pada koordinasi waktu dan metode terbaik untuk meluncurkan serangan tersebut," kata Channel 12.
Iran meluncurkan sedikitnya 180 rudal balistik ke Israel pada 1 Oktober sebagai balasan atas pembunuhan pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh dan pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah. Haniyeh gugur dalam serangan ke Teheran pada Juli, sementara Nasrallah juga gugur dalam serangan udara Israel di ibu kota Lebanon, Beirut, pada September.