Khawatir Serangan Israel, Iran Hentikan Penerbangan di Bandara Hingga Senin Pagi
Iran berharap Israel tidak menargetkan pusat-pusat politik atau ekonomi.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Layanan penerbangan ke bandara di Iran dihentikan dari Ahad petang hingga Senin pagi, demikian disampaikan oleh Otoritas Penerbangan Sipil Iran pada Ahad (6/10/2024). Menurut kantor berita semi-resmi Iran, Mehr, seorang juru bicara otoritas yang tidak disebutkan namanya mengumumkan hal itu dilakukan di tengah spekulasi yang meningkat tentang kemungkinan serangan Israel terhadap sejumlah sasaran serangan di Iran.
Kantor berita tersebut melaporkan bahwa penerbangan akan dihentikan di semua bandara di Iran dari pukul 9 malam waktu setempat hingga pukul 6 pagi pada Senin (7/10).
Pada Ahad, seorang pejabat keamanan Iran yang meminta untuk tidak disebutkan namanya mengonfirmasi bahwa negara tersebut mengharapkan respons potensial dari Israel terhadap Iran akan terbatas.
"Kami tidak mengharapkan Israel menargetkan pusat-pusat politik, militer, atau ekonomi yang signifikan dan strategis," katanya.
Setelah serangan rudal Iran ke Israel pada 1 Oktober, Tel Aviv mengancam akan meluncurkan serangan balasan yang "sangat kuat" terhadap Iran.
sebelumnya, Channel 12 Israel melaporkan Israel memutuskan untuk menyerang Iran menyusul serangan rudal yang dilakukan Iran pada pekan lalu ke Israel.
"Pembahasan mengenai metode dan waktu serangan masih berlangsung," kata stasiun penyiaran tersebut.
Menurut media tersebut, target potensial serangan kemungkinan meliputi fasilitas penting minyak dan gas, kompleks kepresidenan, serta markas besar Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei dan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) di Teheran.
"Pembahasan di lembaga keamanan Israel difokuskan pada koordinasi waktu dan metode terbaik untuk meluncurkan serangan tersebut," kata Channel 12.
Iran meluncurkan sedikitnya 180 rudal balistik ke Israel pada 1 Oktober sebagai balasan atas pembunuhan pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh dan pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah. Haniyeh gugur dalam serangan ke Teheran pada Juli, sementara Nasrallah juga gugur dalam serangan udara Israel di ibu kota Lebanon, Beirut, pada September.
Eskalasi itu terjadi di tengah serangan udara gencar Israel ke Lebanon yang telah menewaskan lebih dari 1.180 korban sejak 23 September, menurut Kementerian Kesehatan Lebanon.
Serangan udara tersebut merupakan peningkatan konflik, yang telah berlangsung selama setahun antara Israel dan Hizbullah Israel mulai melancarkan serangan brutal ke Jalur Gaza.
Gempuran Israel ke Gaza telah menewaskan lebih dari 41.800 orang, yang sebagian besar perempuan dan anak-anak, sejak serangan Hamas tahun lalu ke Israel. Sejak saat itu, menurut otoritas Lebanon, sedikitnya 2.036 orang terbunuh, lebih dari 9.600 orang luka-luka, dan 1,2 juta lainnya mengungsi.
Masyarakat internasional telah memperingatkan bahwa serangan Israel ke Lebanon dapat meningkatkan konflik Gaza menjadi perang regional yang lebih luas.