15 Tujuan Diturunkannya Surat Maryam kepada Nabi Muhammad SAW
Surat Maryam mempunyai sejumlah keutamaan
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-Surat Maryam diturunkan sebagai tanggapan terhadap orang-orang Yahudi atas pernyataan mereka yang keterlaluan tentang Maryam dan putranya, Isa alaihissalam. Di dalamnya ada penjelasan integritas Keluarga Imran dan kesucian mereka dalam kebaikan.
Surat ini mengandung tiga tujuan dasar, yaitu pembuktian akan keesaan-Nya, bukti kesuciannya dari memiliki anak, dan bukti kebangkitan pada Hari Kiamat. Selain tujuan-tujuan dasar tersebut, surat ini juga mengandung tujuan-tujuan berikut:
1. Menghadirkan kisah Zakariyya 'alaihis salam yang menunjukkan kemampuannya melahirkan seorang anak di usia yang tidak lazim untuk memiliki keturunan. Ini adalah sebuah kehormatan bagi Zakariya 'alaihis salam, selain yang telah disebutkan di atas.
2. Nabi Yahya 'alaihissalam diperintahkan untuk mengambil apa yang diajarkan oleh Allah Ta'ala dari Al-Kitab, yaitu: ketekunan dan kesungguhan, yang sekaligus merupakan perintah kepada semua orang yang beriman untuk mengambil urusan agama dan dunia dengan tekun.
3. Kisah Maryam dan Isa 'alaihis salam menegaskan kemampuan Allah untuk menciptakan tanpa sebab, sebagaimana Dia menciptakan Isa 'alaihis salam tanpa seorang ayah, dan menjadikannya mampu berbicara ketika masih dalam buaian.
Hal ini membuktikan kemurnian dan kesucian Maryam, dan ini merupakan kehormatan bagi Maryam 'alaihis salam, karena sifat supranatural kehamilannya dan kesucian anaknya.
Kisah ini diikuti dengan penyelesaian masalah Isa alaihissalam, yang mana terdapat banyak kontroversi dan di dalamnya terdapat perbedaan pendapat antara kaum Yahudi dan Nasrani.
4. Surat ini mengisahkan kisah Ibrahim 'alaihissalam bersama ayah dan kaumnya, penolakannya terhadap kemusyrikan, dan dianugerahkannya keturunan yang saleh.
5. Mengenali para Nabi dan Rasul serta orang-orang yang mengikuti petunjuk mereka. Menyalahkan sebagian pengganti mereka yang tidak mengikuti teladan mereka dalam kebaikan, baik dari kalangan Ahli Kitab maupun kaum musyrikin, dan yang membuat pernyataan-pernyataan yang keterlaluan; mereka menisbahkan anak kepada Allah, kaum musyrikin mengingkari hari kebangkitan, dan kaum Nasrani membuktikan adanya anak bagi Allah SWT.
6. Penjelasan ketuhanan Allah SWT untunk langit dan bumi dan perintah untuk menyembah-Nya semata tanpa sekutu, dan perintah untuk bersabar dalam menaati-Nya. (QS Maryam 65).
7. Kisah pengingkaran kaum musyrikin terhadap kebangkitan, dan kesombongan mereka terhadap kedudukan mereka. (QS Maryam 66)
8. Peringatan tentang apa yang menimpa orang-orang kafir dari bangsa-bangsa di dunia, termasuk pemusnahan dan berbagai macam siksaan.
9. Penjelasan tentang surga dan penghuninya, “Surga 'Adn yang dijanjikan Allah kepada hamba-hambanya di alam gaib, yang telah dipenuhi janji-Nya, di dalamnya mereka tidak mendengar bahasa selain bahasa yang damai, dan mereka mendapat rezeki di dalamnya, siang dan malam. (QS Maryam: 61-62).
10, Memperingatkan orang-orang musyrik bahwa berhala-berhala yang mereka sembah akan disesali. (QS Maryam: 98).
11. Yang Maha Kuasa telah berjanji kepada hamba-hamba-Nya yang setia bahwa Dia akan menanamkan kasih sayang dalam hati hamba-hambaNya yang saleh, dan hal ini tidak dapat dielakkan. (Maryam:96).
12. Berdebat mengenai masalah kebangkitan, mengulas beberapa adegan kebangkitan. (QS Maryam 88-90).
13. Pengakuan Alquran sebagai pertanda bagi orang-orang yang bertakwa, dan peringatan bagi musuh-musuh yang durhaka, karena berabad-abad sebelum mereka binasa. (QS Maryam ayat 97).
BACA JUGA: Sadis, Jasad Puluhan Ribu Syuhada Menguap Jadi Pertikel tak Kasat Mata Akibat Bom Israel
14. Dalam surat ini, kata sifat (Rahman) diulang sebanyak enam belas kali dan nama (Rahmat) disebutkan sebanyak empat kali, jadi ini menunjukkan bahwa salah satu tujuan surat ini adalah untuk menggenapi deskripsi Allah sebagai (Rahman). Ini merupakan respon terhadap kaum musyrik yang terus menerus menyangkal deskripsi ini.
15. Surat ini diakhiri dengan sebuah adegan yang sangat mengharukan dari nasib umat-umat terdahulu. (QS Maryam: 98).
Surat Maryam...
Surat Maryam mempunyai sejumlah sisi yang menarik untuk dikaji. Salah satunya adalah dari sisi penamaan surat yang tergolong Makkiyah, turun di Makkah ini.
Thahir bin Asyur dalam kitabnya, at-Tahrir wa at-Tanwir menjelaskan nama surat ini dalam Alquran, kitab-kitab tafsir dan sebagian besar kitab-kitab Sunnah adalah Surat Maryam.
Nama ini diriwayatkan dari Nabi SAW dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh al-Thabarani, al-Dailami, Ibnu Mandah, Abu Naim, dan Abu Ahmad al-Hakim.
عن أبي بكر بن عبد الله بن أبي مريم الغساني عن أبيه عن جده أبي مريم قال : أتيت النبي صلى الله عليه وسلم فقلت : يا رسول الله إنه ولدت لي الليلة جارية ، فقال : والليلة أنزلت علي سورة مريم فسمها مريم
Abu Bakar bin Abdullah bin Abi Mariam al-Ghassani meriwayatkan dari ayahnya, dari kakeknya, Abu Maryam, ia berkata, “Aku datang kepada Nabi SAW dan berkata, 'Wahai Rasulullah, seorang anak perempuan telah lahir untukku malam ini." Rasulullah SAW menjawab, "Dan malam ini pula surat Maryam diturunkan kepadaku." Lalu Rasulullah SAW memberikan anak perempuannya nama Maryam, sejak itulah terkenal dengan sebutan Abu Maryam, padahal nama aslinya adalah Nadzir, sahabat dari golongan Anshar.
Ibnu Abbas menamainya Surat Kaaf Haa Yaa Aiin Shaad. Penamaan yang sama terdapat dalam Shahih al-Bukhari , dan dalam kitab tafsir di sebagian besar salinan yang paling otentik.
BACA JUGA: Terungkap, Keyakinan Agama di Balik Aksi Brutal Israel di Gaza dan Lebanon Bocor di Media
Jalaluddin as-Suyuthi dalam al-Itqan tidak memasukkannya ke dalam surat-surat yang dinamai dengan dua nama, mungkin karena ia tidak melihat nama yang kedua sebagai sebuah nama.
Surat ini adalah surat Makkah menurut mayoritas ulama. Dan dari Muqatil: Ayat al-Sajdah adalah ayat Madaniyah. Pernyataan ini tidak benar karena ayat ini berkaitan dengan ayat-ayat sebelumnya, kecuali jika ayat ini disandarkan pada konteks turunnya, maka ini tidak masuk akal.
Al-Suyuthi menyebutkan dalam al-Itqan bahwa ayat tersebut adalah Madani, namun ia tidak menisbatkannya kepada siapa pun.
Surat ini merupakan surat ke empat puluh empat dalam urutan wahyu, diturunkan setelah Surat Fatir dan sebelum Surat Taha. Turunnya surat Taha sebelum keislaman Umar bin Khattab, sebagaimana diambil dari kisah keislamannya, sehingga surat ini turun pada tahun keempat dakwah, meskipun surat ini turun di Makkah.
Menurut Ibnu Asyur, Abu Maryam ini tidak termasuk dalam kelompok Muslim pertama, maka dia tidak menganggap hadis yang diriwayatkan tentangnya dapat diterima.
Alasan dari nama tersebut adalah karena kisah Maryam, putranya dan keluarganya diuraikan di dalamnya sebelum diuraikan dalam surat-surat yang lain. Dalam hal ini, surat ini mirip dengan surat Ali Imran yang diturunkan di Madinah.
Ayat-ayatnya berjumlah sembilan puluh sembilan sesuai menurut ulama Madinah dan Makkah. Sementara menurut ulama Syam dan Kufah adalah sembilan puluh delapan.