Washington Dilaporkan Mulai Hilang Kepercayaan Terhadap Netanyahu
AS kecewa Netanyahu tidak memberi tahu rencana pembunuhan Haniyeh dan Nasrallah.
REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menurut laporan Axios Selasa (8/10/2024), dilansir Anadolu, ketidakpercayaan Gedung Putih terhadap pemerintahan PM Israel, Benjamin Netanyahu, kian meningkat dalam beberapa pekan terakhir, saat Tel Aviv terlibat dalam berbagai konflik di wilayah tersebut. Kepercayaan Washington mulai memudar saat Israel menyiapkan tanggapannya terhadap serangan rudal balistik Iran yang dilancarkan pada pekan lalu.
Teheran mengeklaim serangan itu dilakukan sebagai balasan atas pembunuhan pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh, di Teheran Juli lalu dan Sekretaris Jenderal Hizbullah, Hassan Nasrallah, di Beirut bulan lalu. Empat pejabat Amerika Serikat (AS) mengatakan kepada situs web berita Axios bahwa Washington tidak menentang aksi balasan Israel, namun ingin agar serangan tersebut dilakukan secara terukur.
"Kepercayaan kami terhadap Israel sangat rendah saat ini, dan itu beralasan," kata salah satu pejabat tersebut.
Penasihat Keamanan Nasional AS, Jake Sullivan, pekan lalu mengatakan kepada mitranya dari Israel, Ron Dermer, bahwa AS mengharapkan "kejelasan dan transparansi" dari Israel dalam merencanakan tanggapannya, sebagian karena serangan Israel akan berdampak pada keamanan pasukan dan kepentingan AS di wilayah tersebut.
Sullivan juga menyampaikan, jika pemerintahan Biden tidak diberitahu sebelumnya, AS mungkin tidak akan secara otomatis turun tangan untuk mencegah serangan rudal balistik lain dari Iran, menurut Axios. Dermer dilaporkan mengatakan bahwa Israel ingin menjaga hubungan dengan AS, tetapi para pejabat skeptis akan hal ini.
AS tidak diberi tahu Israel tentang pembunuhan Haniyeh yang terjadi hanya beberapa hari setelah Netanyahu meyakinkan Biden bahwa dia akan berusaha untuk memajukan gencatan senjata dan kesepakatan sandera di Gaza. AS juga tidak diberi tahu Israel tentang serangan yang menewaskan pemimpin Hizbullah dan serangkaian ledakan yang menargetkan perangkat komunikasi kelompok perlawanan tersebut.
Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin, dikabarkan marah ketika diberitahu tentang serangan yang menewaskan Nasrallah hanya beberapa menit sebelum jet-jet Israel menjatuhkan puluhan bom di pinggiran selatan Beirut. Austin kecewa karena waktu pemberitahuan tersebut tidak cukup untuk meningkatkan keamanan pasukan AS di wilayah tersebut.
Beberapa pejabat mengatakan bahwa Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan kepada Austin bahwa, dirinya diminta Netanyahu untuk tidak memberikan peringatan awal kepada Washington. Kunjungan Gallant ke Pentagon, yang seharusnya dilakukan pada Rabu (9/10/2024), dibatalkan pada menit terakhir, menurut Pentagon.
Pentagon tidak memberikan alasan, tetapi media Israel melaporkan bahwa Netanyahu melarang menteri pertahanannya terbang ke Washington sampai Biden menghubunginya secara langsung. Keputusan Netanyahu untuk menarik diri dari proposal gencatan senjata 21 hari yang didukung AS di Lebanon semakin memperburuk kepercayaan AS, begitu juga dengan keputusan Israel untuk memerintahkan semua warga sipil di Gaza utara mengungsi ke selatan saat mempersiapkan serangan baru di wilayah tersebut.
Sejumlah pejabat AS mengatakan mereka khawatir bahwa perintah tersebut akan mempersiapkan panggung untuk pengepungan dan bahwa warga sipil Palestina tidak akan diizinkan kembali ke wilayah itu.
"Mereka mengatakan apa yang ingin kami dengar, ...tapi masalahnya adalah kurangnya kepercayaan," kata seorang pejabat AS kepada Axios.