Headline Koran Iran: Tel Aviv dan Haifa Bisa Diratakan dalam 10 Menit

Misil akan lebih dulu menghantam Tel Aviv sebelum pesawat Israel sampai di Iran.

AP Photo/Majdi Mohammed
Misil-misil balistik Iran pada 1 Oktober 2024 menghujani kota-kota Israel.
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Sebuah berita utama koran Iran menggambarkan ancaman bahwa Iran bisa membuat rata kota-kota di Israel termasuk Tel Aviv dan Haifa kurang dalam 10 menit, jika Israel melakukan serangan balasan atas respons hujan misil balistik kiriman Iran pada 1 Oktober lalu. Surat kabar Keyhan, dilansir Iran Wire, pada Selasa (8/10/2024), mengklaim, bahwa, "Sebelum pesawat-pesawat Israel dapat mencapai ruang udara Iran, yang mana butuh waktu dua hingga tiga jam dari Tel Aviv ke Teheran, misil-misil Iran akan meratakan Tel Aviv dan Haifa kurang dari 10 menit."

Baca Juga


Keyhan dalam pemberitaannya juga menambahkan kiasan, bahwa komandan angkatan udara Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) "masih menempatkan jarinya di tombol pemicu (misil)."

Serangan misil balistik pada 1 Oktober yang menargetkan beberapa kota di Israel, digambarkan sebagai semata 'awalan' dan operasi militer yang lebih besar yang bertujuan untuk "menghancurkan rezim Zionis."

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah bersumpah akan membalas serangan misil Iran. Pada Selasa, pemimpin partai oposisi, Yair Lapid menyerukan rezim Netanyahu untuk segara membalas serangan Iran.

Yair Lapid menyarankan serangan terhadap fasilitas minyak Iran. Ia berargumen bahwa, ekonomi Iran saat ini di ambang kolaps, sehingga dengan menghancurkan fasilitas minyaknya, akan semakin membuat Iran terpuruk.

Adapun soal rencana menyerang fasilitas nuklir Iran, Lapid mengatakan, hal itu perlu didiskusikan lebih dulu dengan Amerika Serikan. "Saya pikir perlu memobilisasi koalisi lebih besar untuk menyerang fasilitas nuklir Iran," kata Lapid dikutip News Max.

"Itu harus bekerja sama dengan AS tapi saat ini, Israel perlu segera merespons tidak dengan satu tapi dua serangan. Kita tidak bereaksi keras atas serangan pertama. Fasilitas minyak Iran adalah ekonomi mereka," kata Lapid.

"Iran adalah negara yang secara ekonomi terfragmentasi, dan anda selalu menyerang di mana kelemahan musuh."

 


Daftar Kejahatan Tentara Israel - (Republika)

 

Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi bersumpah akan memberikan "balasan menghancurkan" atas setiap serangan Israel terhadap negaranya “Kami sarankan rezim Zionis (Israel) untuk tidak menguji tekad Iran,” kata Araghchi dalam sebuah acara di Teheran, Selasa (8/20/2024), yang dihadiri duta besar Irak, Yaman, Lebanon, dan Suriah, dikutip Anadolu.

"Serangan apapun terhadap Iran akan ditanggapi dengan respons yang menghancurkan,” kata Araghchi memperingatkan.

Menurut Menlu Araghchi, serangan Hamas tahun lalu terhadap Israel mengarah pada perkembangan signifikan yang tidak menguntungkan Tel Aviv. Dia pun memperingatkan bahwa setiap serangan terhadap infrastruktur Iran “akan ditanggapi dengan respons yang tegas.”

Iran saat ini dalam siaga tinggi di tengah antisipasi respons segera Israel terhadap serangan rudal yang dilakukannya pada 1 Oktober 2024. Serangan rudal Iran ke Israel itu terjadi di tengah meningkatnya ketegangan regional atas genosida rezim Zionis di Jalur Gaza yang kini memasuki tahun kedua.

Konflik bersenjata itu telah menyebar ke Lebanon ditandai dengan serangan udara besar-besaran Israel yang telah menewaskan lebih dari 1.250 orang dan melukai lebih dari 3.600 lainnya sejak 23 September 2024.

Meskipun ada peringatan internasional bahwa Timur Tengah berada di ambang perang kawasan di tengah serangan gencar Israel terhadap Gaza dan Lebanon, Tel Aviv tetap memperluas konflik dengan meluncurkan invasi darat ke Lebanon selatan pada 1 Oktober.


 

Sebelumnya, Presiden Iran Masoud Pezeshkian dikutip Sputnik mengatakan serangan rudal pada Selasa (1/10/2024) merupakan respons atas kekejaman yang terus dilakukan rezim Israel. Ia pun memperingatkan bahwa kesalahan sekecil apa pun yang dilakukan Tel Aviv akan memicu balasan yang lebih kuat dan menghancurkan.

Pada Rabu (2/10/2024) malam, Pezeshkian bertemu dengan delegasi tingkat tinggi gerakan perlawanan Palestina, Hamas, di Doha, Qatar, bersamaan dengan kunjungan dua hari presiden Iran itu di Qatar. Pezeshkian menggambarkan pembunuhan Ismail Haniyeh di Teheran sebagai salah satu peristiwa paling menyakitkan dalam hidupnya.

Merujuk pada Operasi Janji Sejati 2 pada Selasa malam, Pezeshkian menyebutkan bahwa Barat telah membuat janji-janji palsu kepada Iran untuk tidak membalas pembunuhan Haniyeh sebagai imbalan atas gencatan senjata di Gaza.

“Kelanjutan kekejaman yang dilakukan oleh rezim Israel telah memicu tanggapan tegas dari angkatan bersenjata Republik Islam Iran, dan tentu saja, rezim ini akan menerima balasan yang lebih kuat dan menghancurkan jika mereka melakukan kesalahan sekecil apa pun lagi,” ujarnya.

 

Departeman Pertahanan Amerika Serikat (Pentagon) mengatakan, Washington tidak mencari perang dengan Republik Islam Iran. Menurut laporan IRNA, Rabu (8/10/2024) pagi, saat konferensi pers di Pentagon, Juru Bicara Pentagon Sabrina Singh mengatakan Amerika Serikat terus berkonsultasi dengan rezim Zionis tentang respons mereka terhadap operasi rudal Iran, tanpa menjelaskan secara rinci rencana Tel Aviv.

Pejabat Amerika Serikat dan Israel masih berkomunikasi dan berkonsultasi untuk mengetahui respons Israel, katanya, menambahkan bahwa dirinya enggan berspekulasi mengenai hal itu. Namun demikian, Singh kembali menegaskan dukungan negaranya terhadap kejahatan rezim Zionis di Gaza dan Lebanon, mengatakan: "Amerika Serikat mendukung hak Israel untuk membela diri dari ancaman".

Sejak Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran meluncurkan operasi rudal "Wadeh Sadeq II atau True Promise II" terhadap target-target rezim Zionis di Palestina, para pejabat AS termasuk Presiden Joe Biden menyampaikan pernyataan yang saling kontradiksi.

Operasi Iran tersebut dilakukan atas persetujuan Dewan Keamanan Nasional Tertinggi untuk membalas kejahatan rezim Zionis di Palestina dan Lebanon, seperti pembunuhan terhadap komandan kelompok perlawanan dan jenderal Iran. Rezim Zionis merasa terkejut dan ketakutan akan dominasi intelijen dan operasi militer Republik Islam Iran, serta mengancam Iran dengan serangan pembalasan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler