UNIFIL: Serangan IDF yang Lukai Dua Prajurit TNI Disengaja dan Terencana

IDF lebih dulu mematikan alat pemantauan milik UNIFIL sebelum menyerang.

AP Photo/Leo Correa
Tentara IDF di atas tank Merkava di dekat perbatasan Israel. Tank jenis ini yang dipakai menembaki pos UNIFIL dan melukai personel TNI.
Rep: Bambang Noroyono Red: Fitriyan Zamzami

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT– Misi penjaga perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL) menegaskan pada Kamis bahwa pasukan Israel dengan sengaja menembaki posisi mereka di selatan Lebanon. Serangan itu melukai dua penjaga perdamaian dari TNI dan menempatkan Israel dalam posisi dapat dituntut atas pelanggaran hukum internasional.

Baca Juga


UNIFIL mengatakan sebuah tank Israel menembaki menara observasi di markas pasukan di Naqoura di utara perbatasan Lebanon pada Kamis. Serangan itu menyebabkan dua penjaga perdamaian Indonesia terjatuh.

“Untungnya, korban luka kali ini tidak serius, namun mereka masih dirawat di rumah sakit,” bunyi keterangan UNIFIL dalam pernyataannya, semalam dilansir the Guardian. Mereka menambahkan bahwa serangan yang disengaja terhadap pasukan penjaga perdamaian PBB merupakan “pelanggaran berat” terhadap hukum internasional. 

UNIFIL juga mengatakan tentara pasukan penjajahan Israel (IDF) juga menembaki pos pengamatan PBB di Labbouneh beberapa ratus meter dari perbatasan, “menghantam pintu masuk bunker tempat penjaga perdamaian berlindung, dan merusak kendaraan dan sistem komunikasi”. 

Pernyataan UNIFIL menekankan bahwa pasukan penjaga perdamaian menganggap serangan terhadap posisi mereka bukanlah suatu kebetulan, dan menunjukkan bahwa hal itu telah direncanakan sebelumnya. “Sebuah drone IDF terlihat terbang di dalam posisi PBB hingga pintu masuk bunker,” katanya. 

“Kemarin, tentara IDF dengan sengaja menembaki dan menonaktifkan kamera pemantau perimeter di lokasi tersebut.” UNIFIL juga mengatakan pasukan Israel “dengan sengaja menembak” fasilitas PBB di titik perbatasan di pantai tempat pasukan penjaga perdamaian mengadakan pertemuan tripartit dengan petugas Israel dan Lebanon sebelum pecahnya konflik saat ini. 

UNIFIL mengatakan setiap serangan yang disengaja terhadap pasukan penjaga perdamaian adalah “pelanggaran berat terhadap hukum kemanusiaan internasional” dan Resolusi Dewan Keamanan 1701.

Israel tak menyangkal bahwa mereka yang menyerang pasukan UNIFIL. Negara Zionis itu justru merekomendasikan agar pasukan penjaga perdamaian PBB di Lebanon selatan dipindahkan ke utara, kata Duta Besar Israel untuk PBB Danny Danon setelah pasukan Israel menembaki beberapa posisi UNIFIL dua hari belakangan.

Pangkalan pasukan penjaga perdamaian PBB di sisi Lebanon dekat perbatasan Lebanon-Israel, Lebanon, 16 Oktober 2023. - (EPA-EFE/WAEL HAMZEH)

“Rekomendasi kami adalah UNIFIL merelokasi lima kilometer ke utara untuk menghindari bahaya seiring meningkatnya pertempuran dan sementara situasi di sepanjang Garis Biru masih bergejolak akibat agresi Hizbullah,” kata Danon dalam sebuah pernyataan. 

Insiden pada Kamis, yang menyebabkan dua pasukan penjaga perdamaian Indonesia terluka, adalah yang paling serius yang dilaporkan oleh misi tersebut sejak minggu lalu. UNIFIL sebelumnya mengatakan bahwa mereka telah menolak tuntutan Israel untuk mundur dari beberapa posisinya. Serangan terhadap posisi PBB telah menuai kecaman luas dari dunia internasional.

Kutukan dunia…

Indonesia mengutuk keras serangan Israel terhadap pasukan UNIFIL, yang melukai personel TNI. Pemerintah menyebut serangan tersebut sebagai pelanggaran berat terhadap Resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB.

“Pemerintah Indonesia mengecam keras serangan IDF di Lebanon Selatan yang melukai dua personel pasukan penjaga perdamaian PBB asal Indonesia,” kata Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi, sebagaimana pernyataan singkat yang disampaikan Juru Bicara Kemlu RI Rolliansyah Soemirat pada Kamis (10/10/2024) malam.

“Indonesia menegaskan serangan apapun terhadap pasukan penjaga perdamaian adalah pelanggaran berat hukum humaniter internasional dan Resolusi DK PBB 1701 sebagai dasar mandat UNIFIL,” kata Retno.

Kemlu memastikan kedua prajurit TNI yang tergabung dalam UNIFIL tersebut mengalami luka ringan ketika menjalankan tugas pemantauan di menara pemantau di markas kontingen Indonesia di Naqoura, Lebanon selatan.

Pangkalan militer UNIFIL yang diserang Israel berada di dalam area “Garis Biru” yang merupakan garis demarkasi antara Lebanon dan Israel.

Pasukan perdamaian yang tergabung pada UNIFIL bertugas di bawah mandat DK PBB melalui Resolusi 1701 tersebut untuk mendukung stabilitas Lebanon.

Kedua personel tersebut telah menerima perawatan di fasilitas medis terdekat dan saat ini dalam kondisi stabil. Menlu RI memastikan luka yang dialami mereka berasal dari luncuran peluru dari tank Merkava milik pasukan Israel.

Retno menyatakan bahwa pihaknya telah berkomunikasi langsung dengan Komandan Kontingen Garuda FHQSU (Force Headquarters Support Unit) terkait serangan Israel ini.

Sementara itu, Menlu RI menegaskan bahwa pasukan dan properti UNIFIL, serta keselamatan dan keamanan mereka, harus dihormati siapa pun termasuk pasukan Israel.

Ia juga menyoroti pernyataan UNIFIL yang mendesak Israel mematuhi kewajibannya dalam memastikan keamanan personel dan premis PBB.

“Indonesia meminta semua pihak untuk menjamin dihormatinya wilayah PBB yang tak dapat dilanggar dalam segala waktu dan keadaan,” kata Retno. Menlu juga menegaskan, Indonesia menyerukan penyelidikan menyeluruh dan supaya pelakunya bertanggung jawab atas serangan yang melanggar hukum internasional ini.


Prancis dan Italia mengutuk penargetan pasukan PBB oleh tentara Israel di Lebanon selatan, yang mengakibatkan dua penjaga perdamaian di markas UNIFIL terluka. “Prancis mengungkapkan keprihatinan mendalamnya menyusul tembakan Israel yang mengenai Pasukan Sementara PBB di Lebanon dan mengutuk setiap serangan terhadap keamanan UNIFIL,” kata Kementerian Luar Negeri dalam sebuah pernyataan, seraya menambahkan bahwa tidak satupun dari 700 tentaranya dalam misi tersebut yang terkena serangan. luka. 

“Kami menunggu penjelasan dari otoritas Israel. Perlindungan terhadap pasukan penjaga perdamaian adalah kewajiban yang berlaku bagi semua pihak yang berkonflik.”

Menteri Pertahanan Italia Guido Crosetto juga menyatakan keprihatinannya pada konferensi pers di Roma, dengan mengatakan bahwa serangan itu bisa merupakan “kejahatan perang”. “Apa yang terjadi tidak memiliki pembenaran militer,” kata Crosetto. “Kami sedang menunggu tanggapan untuk memahami apa yang menyebabkan tindakan ini. Tembakan ini tidak dilakukan secara tidak sengaja.”

Andrea Tenenti, juru bicara UNIFIL, mengatakan kepada Aljazirah bahwa serangan Israel yang melukai dua penjaga perdamaian di Lebanon selatan adalah perkembangan yang “sangat serius” dan memprihatinkan. Dia mengatakan “untungnya” mereka “tidak terluka parah”, namun insiden tersebut hanyalah salah satu dari beberapa hari terakhir di mana pasukan Israel menembaki posisi UNIFIL. 

Tenenti mengatakan UNIFIL sedang berdiskusi dengan pihak berwenang Israel “untuk memahami apa yang terjadi” namun menekankan bahwa “menargetkan pasukan penjaga perdamaian adalah pelanggaran yang sangat serius, tidak hanya terhadap Resolusi 1701 tetapi juga hukum kemanusiaan internasional.” 

Dia mengatakan militer Israel sebelumnya telah meminta pasukan penjaga perdamaian UNIFIL “untuk pindah dari posisi tertentu di sepanjang Garis Biru, namun kami memutuskan untuk tetap tinggal karena penting bagi bendera PBB untuk berkibar di selatan Lebanon.” 

“Jika situasinya menjadi mustahil bagi misi tersebut untuk beroperasi di selatan Lebanon… Dewan Keamanan akan memutuskan bagaimana kelanjutannya,” katanya. “Saat ini kami bertahan, kami berusaha melakukan apa pun yang kami bisa untuk memantau [dan] memberikan bantuan,” tambah Tenenti.

Kronologi versi TNI...

Markas Besar (Mabes) TNI mengabarkan, personel TNI yang terkena serangan Israel di Lebanon mengalami luka-luka pada bagian kaki.

Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) Mabes TNI Mayjen Hariyanto mengabarkan, dua prajurit TNI yang berdinas pada UNIFIL itu, saat ini dalam kondisi selamat. Mayjen Hariyanto menerangkan, dari laporan yang diterima Mabes TNI, dikatakan kejadian tersebut terjadi pada Kamis (10/10/2024) sekitar pukul 05.05 waktu setempat. “Peristiwanya terjadi di Tower Pengamat (OP-14) di Naqoura,” begitu kata Mayjen Hariyanto kepada Republika, Kamis (10/10/2024) malam.

Dikatakan, pada lokasi tersebut, terjadi kontak tembak hebat antara IDF dengan sayap bersenjata pejuang Hizbullah. “Bahwa di lokasi tersebut terjadi aktivitas saling tembak antara IDF dan Hizbullah. Dan ketika itu terdengar ledakan dan luncuran dari kedua pihak,” ujar dia. 

Dan pada saat terjadi kontak tembak tersebut, alat perang berat berupa Tank Merkava milik serdadu Zionis Israel tampil di seputaran zona perdamaian. “Situasi kontak tembak yang terus terjadi, dan tank Merkava IDF mulai terpantau keberadaannya di seputaran Green Hill,” kata Mayjen Hariyanto.

Dilaporkan, tank merkava IDF tersebut, meluncurkan roket ke arah menara pos pasukan perdamaian. “Rekoset (pantulan) luncuran mengenai tower pengamatan pada OP-14 yang diduduki oleh personel pengamat situasi,” ujar Mayjen Hariyanto. 

luncuran rekoset itu, kata Mayjen Hariyanto, mengenai personel TNI yang merupakan bagian dari pasukan perdamaian PBB. “Akibat kejadian tersebut personel TNI terkena rekoset. Mengalami luka-luka ringan pada bagian kaki, dan saat ini dalam kondisi normal,” kata Mayjen Hariyanto. Mabes TNI kata Mayjen Hariyanto, memastikan akan terus memantau situasi dan perkembangan keamanan yang terjadi di Lebanon selatan.

Media resmi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) UN News mengiyakan laporan soal penyerangan yang dilakukan pasukan penjajahan Israel terhadap pos UNIFIL. Serangan itu dilakukan menggunakan tank Merkava.

UN News melansir bahwa markas besar UNIFIL di Naqoura telah berulang kali diserang pasukan Israel yang mencoba masuk ke Lebanon sejak dua hari belakangan. Pada Kamis pagi, serangan itu mencapai titik eskalasi baru.

“Pagi ini, dua pasukan penjaga perdamaian terluka setelah tank IDF Merkava menembakkan senjatanya ke arah menara observasi di markas UNIFIL di Naqoura, langsung mengenainya dan menyebabkan mereka terjatuh. UN News melansir bahwa cidera kedua tentara UNIFIL tak serius, namun mereka masih dirawat di rumah sakit. PBB belum melansir dari negara mana kedua prajurit yang terluka itu.

Pasukan penjaga perdamaian PBB hadir di Lebanon selatan untuk mendukung kembalinya stabilitas berdasarkan mandat Dewan Keamanan tahun 2006. Setiap serangan yang disengaja terhadap pasukan penjaga perdamaian merupakan pelanggaran berat terhadap hukum kemanusiaan internasional dan Resolusi Dewan Keamanan 1701, menurut UNIFIL.


Peningkatan yang terjadi baru-baru ini di sepanjang Jalur Biru menyebabkan kehancuran yang meluas di kota-kota dan desa-desa di Lebanon selatan, sementara roket terus diluncurkan ke arah Israel, termasuk wilayah sipil, menurut misi penjaga perdamaian PBB.

Pada Rabu, tentara IDF dengan sengaja menembaki dan menonaktifkan kamera pemantau perimeter posisi tersebut, kata UNIFIL. Mereka menambahkan bahwa IDF juga dengan sengaja menembaki UNP 1-32A, tempat pertemuan Tripartit rutin diadakan sebelum konflik dimulai, sehingga merusak penerangan dan stasiun pemancar.

“Dalam beberapa hari terakhir kami telah melihat serangan dari Israel ke Lebanon di Naqoura dan wilayah lainnya,” kata misi PBB. “Tentara IDF telah bentrok dengan elemen Hizbullah di Lebanon.”

Tentara IDF juga menembaki posisi PBB 1-31 di Ras Naqoura, mengenai pintu masuk bunker tempat pasukan penjaga perdamaian berlindung dan merusak kendaraan serta sistem komunikasi. Sebuah drone IDF terlihat terbang di dalam posisi PBB hingga pintu masuk bunker.

“Kami mengingatkan IDF dan semua aktor akan kewajiban mereka untuk memastikan keselamatan dan keamanan personel dan properti PBB serta menghormati lokasi PBB yang tidak dapat diganggu gugat setiap saat,” kata misi PBB. “Kami sedang menindaklanjuti masalah ini dengan IDF.”

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler