Begini Pongahnya Israel Usai Dikutuk Komunitas Internasional karena Serang UNIFIL
Kepala UNIFIL mengatakan, pasukan perdamaian dalam risiko serius.
REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Israel akhirnya bersuara setelah menerima kecaman dan kutukan bertubi-tubi dari komunitas internasional karena menyerang pasukan perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL) berulang-ulang. Dilansir dari Time of Israel, zionis mengakui bahwa pasukannya telah beroperasi di daerah tersebut. Mereka mengatakan bahwa para pejuang Hizbullah yang mereka perangi telah beroperasi di dekat pos-pos PBB.
Israel menyatakan, bahwa mereka menginstruksikan pasukan PBB di daerah tersebut untuk berlindung di tempat yang terlindungi sebelum melepaskan tembakan.
Duta Besar Israel untuk PBB Danny Danon mendesak pasukan penjaga perdamaian untuk pindah ke utara pada Kamis.“Rekomendasi kami adalah agar UNIFIL pindah 5 km (3 mil) ke utara untuk menghindari bahaya karena pertempuran semakin meningkat dan sementara situasi di sepanjang Garis Biru tetap tidak stabil sebagai akibat dari agresi Hizbullah,” kata Danon dalam sebuah pernyataan.
Dalam sebuah surat baru-baru ini kepada Dewan Keamanan PBB, Menteri Luar Negeri Israel Katz menuduh UNIFIL gagal melakukan tugasnya dan menyertakan sebuah peta yang menggambarkan jarak pendek antara terowongan Hizbullah yang ditemukan oleh pasukan Israel dan pangkalan PBB yang berjarak sekitar 150 meter, demikian menurut laporan berita Channel 12.
Dengan pongah, Katz mengatakan, Israel memiliki hak untuk mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk melindungi diri dan warganya dari permusuhan yang sedang berlangsung oleh Hizbullah, tulis Katz dalam surat yang diperoleh oleh media berbahasa Ibrani.
“Meskipun Israel tidak menginginkan perang skala penuh, Israel akan mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk memulihkan keamanan di sepanjang perbatasan utara dan untuk memastikan kembalinya warganya dengan aman ke rumah dan komunitas mereka.”
UNIFIL menuduh IDF menembaki posisi PBB 1-31 di Labbouneh selama dua hari terakhir. Dikatakan bahwa Israel telah “dengan sengaja menembaki” kamera perimeter pada Rabu. Pada Kamis, IDF juga telah menghantam “sebuah bunker tempat pasukan penjaga perdamaian berlindung.”
Seorang juru bicara UNIFIL mengatakan kepada situs berita Walla bahwa pasukan multinasional tersebut telah menolak permintaan Israel untuk mengevakuasi pos-pos di sepanjang perbatasan Israel-Lebanon.
“Kami berada di sana karena Dewan Keamanan telah meminta kami untuk berada di sana. Jadi kami akan tetap berada di sana sampai situasi tidak memungkinkan bagi kami untuk beroperasi,” kata juru bicara UNIFIL Andrea Tenenti kepada Reuters.
Pada pertemuan Dewan Keamanan PBB pada Kamis malam, kepala pasukan penjaga perdamaian PBB Jean-Pierre Lacroix mengatakan, para penjaga perdamaian berada dalam risiko serius. Dia mencatat bahwa 300 Helm Biru telah pindah sementara ke pangkalan yang lebih besar dengan rencana pemindahan 200 lainnya.
“Keselamatan dan keamanan pasukan penjaga perdamaian sekarang semakin terancam,” kata Lacroix, seraya menambahkan bahwa pasukan penjaga perdamaian UNIFIL terkurung di pangkalan mereka, dan seorang kontraktor UNIFIL telah terbunuh.
Menteri pertahanan Italia mengatakan bahwa serangan tersebut bisa merupakan kejahatan perang. Italia meminta penjelasan karena serangan tersebut bukan sebuah kesalahan.
Guido Crosetto menggambarkan penembakan itu tidak dapat ditoleransi. Crosetto mengajukan protes kepada mitranya dari Israel dan duta besar negara itu untuk Italia.
Seorang diplomat Israel mengatakan kepada The Times of Israel bahwa Israel tidak mengharapkan adanya sanksi lebih lanjut atas insiden tersebut, namun beberapa negara menyatakan keprihatinan atau kecaman atas serangan Israel, termasuk dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB.
Komunitas internasional mengecam bahkan mengutuk serangan Israel kepada pasukan UNIFIL. Italia adalah penyumbang tentara terbesar kedua untuk UNIFIL, setelah Indonesia. Insiden ini menunjukkan bagaimana Israel dengan jelas memposisikan dirinya di atas hukum internasional. "Di atas kekebalan hukum dan di atas nilai-nilai perdamaian yang kita anut bersama,” ujar Duta Besar Indonesia untuk PBB, Hari Prabowo.
Di Washington, juru bicara Dewan Keamanan Nasional mengatakan bahwa Gedung Putih sangat prihatin.“Kami memahami bahwa Israel melakukan operasi yang ditargetkan di dekat Garis Biru untuk menghancurkan infrastruktur Hizbullah... Sangat penting bahwa mereka tidak mengancam keselamatan dan keamanan pasukan penjaga perdamaian PBB.”
Prancis mengatakan bahwa pihaknya sedang menunggu penjelasan dari Israel dan memiliki kewajiban untuk memastikan keselamatan mereka.
“Prancis menyatakan keprihatinannya yang mendalam menyusul tembakan Israel yang menghantam Pasukan Sementara PBB di Lebanon (UNIFIL) dan mengutuk serangan apa pun terhadap keamanan UNIFIL,” kata kementerian luar negeri dalam sebuah pernyataan, seraya menambahkan bahwa tidak satu pun dari 700 tentaranya yang bertugas dalam misi tersebut terluka.
Kementerian Luar Negeri Spanyol mengatakan bahwa insiden itu merupakan “pelanggaran berat terhadap hukum internasional,” dan Perdana Menteri Irlandia Simon Harris, yang negaranya memiliki sekitar 370 tentara dalam misi tersebut, mengatakan bahwa “penembakan apa pun di sekitar pasukan atau fasilitas UNIFIL merupakan tindakan yang sembrono dan harus dihentikan.”
UNIFIL dibentuk untuk mengawasi penarikan pasukan Israel dari Lebanon selatan setelah berakhirnya konflik tahun 1978 antara kedua negara. PBB memperluas misinya di bawah Resolusi 1701 setelah perang 2006 antara Israel dan Hizbullah, yang memungkinkan pasukan penjaga perdamaian untuk dikerahkan di sepanjang perbatasan Israel untuk membantu militer Lebanon memperluas otoritasnya ke wilayah selatan negara tersebut untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade.