Perempuan Tangguh, PM Asal Eropa Ini Nekat akan Kunjungi Lebanon di Tengah Gempuran Israel

Meloni menggambarkan sikap Israel tidak dapat dibenarkan.

AP Photo/Andrew Medichini
Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni berbicara pada konferensi media terakhir di G7 di Borgo Egnazia, dekat Bari di Italia selatan, Sabtu, 15 Juni 2024.
Red: A.Syalaby Ichsan

REPUBLIKA.CO.ID,ANKARA -- Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni akan mengunjungi Lebanon, di tengah berlangsungnya serangan udara dan darat Israel. Rencana kunjungan tersebut diumumkan di tengah meningkatnya  kekhawatiran eskalasi berkelanjutan dapat memicu perang besar di Timur Tengah.

Baca Juga


Giorgia Meloni menyampaikan kepada Senat pada Selasa (15/10/2024),  berencana mengunjungi Lebanon. Meski demikian, dia tidak memberikan rincian mengenai waktu kunjungannya, menurut laporan dari kantor berita Italia, ANSA.

Ia juga mengumumkan, Menteri Luar Negeri, Antonio Tajani, sedang menyiapkan kunjungan ke Israel dan Palestina pada pekan depan. Meloni menggambarkan sikap Israel tidak dapat dibenarkan. Sementara itu, serangan terhadap petugas penjaga perdamaian PBB dinilai "tidak dapat diterima."

Israel telah melukai anggota UNIFIL dalam serangan terpisah baru-baru ini, yang mendapat kecaman internasional karena serangan terhadap penjaga perdamaian adalah pelanggaran terhadap hukum internasional.

UNIFIL didirikan pada Maret 1978 untuk memastikan penarikan pasukan Israel dari Lebanon dan membantu pemerintah Lebanon dalam memulihkan otoritas di wilayah tersebut. Mandatnya telah diperluas selama bertahun-tahun, terutama setelah perang Israel pada 2006, untuk memantau gencatan senjata dan memfasilitasi bantuan kemanusiaan.

Serangan di perbatasan Lebanon- (EPA-EFE/ATEF SAFADI)

Israel melancarkan serangan besar-besaran di Jalur Gaza setelah serangan perlawanan Hamas tahun lalu, yang menewaskan lebih dari 42.000 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak.

Konflik menyebar ke Lebanon, di mana Israel melancarkan serangan mematikan ke seluruh wilayah tersebut akhir bulan lalu, yang telah menewaskan lebih dari 1.500 orang dan membuat lebih dari satu juta orang mengungsi. Pada 1 Oktober, Israel meluncurkan invasi darat ke Lebanon selatan.

 

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Rabu merilis pernyataan yang menyebutkan bahwa 72 petugas medis dan pasien telah meninggal dan 43 lainnya terluka akibat serangan-serangan Israel di Lebanon.

Sejak konflik Israel-Lebanon meletus pada 17 September, WHO telah memverifikasi 23 serangan terhadap fasilitas kesehatan di Lebanon yang menyebabkan 72 kematian dan 43 cedera di kalangan pekerja kesehatan dan pasien.

Setahun Genosida di Gaza - (Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza)

Pernyataan itu juga menyebutkan bahwa 100 dari 207 fasilitas kesehatan primer dan apotek telah ditutup di daerah-daerah yang terdampak konflik. Persediaan di fasilitas-fasilitas kesehatan Lebanon juga mulai menipis dan petugas medis mengalami kelelahan, kata WHO.

Selain menyerang lewat udara, Israel pada 1 Oktober memulai operasi darat terhadap kelompok Hizbullah di Lebanon selatan. Hizbullah masih terus melawan dan menembakkan roket yang melintasi perbatasan.

Sejak ketegangan meningkat, jumlah korban tewas akibat serangan Israel di Lebanon telah menembus angka 2.300, menurut Kementerian Kesehatan Lebanon. Israel berdalih serangannya di Lebanon adalah untuk menciptakan kondisi agar 60.000 warga Israel yang mengungsi akibat pertempuran di wilayah utara bisa kembali.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler