Empat Petunjuk Jika Israel Raya akan Menjajah Sampai Makkah dan Madinah
Emblem di tentara Israel memperlihatkan peta Israel Raya hingga ke Arab Saudi.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Wacana pemerintah zionis untuk memperluas daerah kekuasaan dalam bentuk Israel Raya (Greater Israel) bukan isapan jempol semata. Beberapa pejabat ekstremis Kabinet Perang dengan terang-terangan mengatakan rencana tersebut di depan publik. Tak hanya itu, emblem yang ada di lengan tentara Israel memperlihatkan bagaimana peta Israel Raya yang membentang dari Laut Mediterania hingga ke luar perbatasan Israel sampai Irak dan Arab Saudi.
Berikut empat petunjuk yang membuktikan niat jahat Israel untuk mewujudkan Israel Raya yang ingin menguasai bahkan sampai ke Makkah dan Madinah.
1. Palestine Chronicle melaporkan, Menteri Keuangan Israel, Bezalel Smotrich, menyerukan agar Israel memperluas perbatasannya hingga ke Sungai Yordan dan ke ibu kota Suriah, Damaskus, dan negara-negara lain hingga ke Irak dan Arab Saudi.
Pernyataan terbaru Smotrich, yang menyuarakan ambisi beberapa pemerintah sayap kanan Israel saat ini untuk mencapai proyek 'Israel Raya', muncul dalam sebuah wawancara untuk film dokumenter yang baru saja dirilis berjudul 'Israel: Ekstremis Berkuasa' dengan saluran Arte Reportage Perancis-Jerman.
“Saya menginginkan sebuah negara Yahudi... yang beroperasi sesuai dengan nilai-nilai bangsa Yahudi,” kata menteri sayap kanan Israel itu kepada Arte. Pada satu momen dalam wawancara tersebut, sang jurnalis bertanya kepada Smotrich apakah perbatasan hari ini harus diperluas “di luar sungai pada tahap berikutnya”.
“Oke, sedikit demi sedikit,” jawab kepala partai Zionisme Religius itu sambil tersenyum.“Ada tertulis bahwa masa depan Yerusalem adalah memperluas ke Damaskus,” tambahnya. “Hanya Yerusalem, sampai Damaskus,” tegas Smotrich.
Percakapan antara menteri keuangan Israel dan reporter ini diikuti oleh pernyataan narator film dokumenter yang mengatakan bahwa “Bezalel Smotrich memiliki visi radikal untuk tanah yang dijanjikan. Hal tersebut tak hanya mencakup semua tanah Palestina tetapi juga wilayah di Yordania, Suriah, Libanon, Irak, Mesir, bahkan di Arab Saudi.”
Smotrich menyimpulkan bahwa itu tentu saja merupakan visi yang ekstremis “tetapi visi itu diterima dalam wacana publik Israel.”
2. Pada tanggal 27 September, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menunjukkan pada sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebuah peta yang memasukkan Tepi Barat yang diduduki dan Gaza sebagai bagian dari Israel.
Perdana Menteri Israel memegang dua peta, yang keduanya menempatkan Gaza dan Tepi Barat sebagai bagian integral dari Israel. Setahun sebelumnya, Netanyahu berbicara di forum yang sama dan menunjukkan sebuah peta yang ia sebut sebagai “Timur Tengah baru”, yang juga memasukkan Tepi Barat dan Gaza sebagai bagian dari Israel.
Sejak genosida Israel di Gaza, baik para pemimpin Israel maupun tentara atau warga negara Israel tidak malu-malu untuk mengunggah rekaman di berbagai media sosial yang mengekspresikan ambisi mereka akan proyek “Israel Raya”.
3. Foto seorang tentara Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dengan emblem Israel Raya di seragamnya memicu kemarahan di negara-negara Arab, dilaporkan Middle East Monitor. Tanah Israel yang dijanjikan, seperti yang digambarkan dalam foto lencana tersebut, mencakup wilayah dari Sungai Nil hingga Sungai Efrat, dari Madinah hingga Lebanon, termasuk wilayah-wilayah dari Mesir, Lebanon, Suriah, Irak, Arab Saudi, seluruh Yordania, dan wilayah-wilayah Palestina yang diduduki.
Middle East Political Economic Institute (Mapel) mengungkapkan, peta yang tergambar di emblem tersebut mencerminkan pernyataan Theodor Herzl yang telah berusia lebih dari satu abad: “Berdiskusi dengan Bodenheimer tentang tuntutan yang akan kami ajukan. Wilayah: dari Sungai Mesir hingga Sungai Efrat...” (Herzl, Ed. Patai, & Terj. Zohn, 1960, hlm. 711), dan dengan contoh-contoh yang lebih baru dari perluasan wilayah yang diinginkan, yang diekspresikan antara lain oleh rencana Oded Yinon dan konsep-konsep geopolitik Saul B. Cohen, serta sikap agresif terhadap tetangga-tetangga Israel dan negara-negara regional.
4.Pandangan mengenai terbentuknya Israel Raya bukanlah hal yang baru atau langka. Dalam sebuah rekaman pada Januari 2024, politisi Israel Avi Lipkin dikutip dari Middle East Monitor menyatakan, “... pada akhirnya, perbatasan kita akan membentang dari Lebanon ke Gurun Besar, yaitu Arab Saudi, dan kemudian dari Mediterania ke Sungai Efrat. Dan siapa yang berada di seberang Sungai Eufrat? Kurdi! Dan orang-orang Kurdi adalah teman. Jadi kita memiliki Mediterania di belakang kita, Kurdi di depan kita, Lebanon, yang benar-benar membutuhkan payung perlindungan Israel, dan kemudian kita akan merebut, saya yakin kita akan merebut Makkah, Madinah, dan Gunung Sinai, dan untuk memurnikan tempat-tempat itu."
Untuk mengambil kekuasaan Arab Saudi, Mesir, Suriah, Lebanon dan Yordania tidak akan menimbulkan kesulitan bagi Israel. Zionis dinilai bisa menggulingkan rezim-rezim di negara-negara ini dengan mudah, dan mengendalikan tanah mereka akan mudah setelah menyebarkan budaya normalisasi dan penerimaan Israel. "Tidak ada yang akan menentang Israel seperti Gaza dan Hizbullah menentangnya,"dikutip dari sebuah laporan di Mapel.
Istilah “Israel Raya” mengacu pada perluasan wilayah dan kedaulatan Israel yang mencakup apa yang digambarkan oleh banyak orang Israel sebagai tanah bersejarah dalam Alkitab. Bagi mereka, ini termasuk wilayah Palestina yang diduduki dan Dataran Tinggi Golan yang diduduki, serta wilayah yang dijelaskan oleh Lipkin.
Rencana Zionis untuk Timur Tengah, kata jurnalis Israel Oded Yinon, didasarkan pada visi pendiri Zionisme yang ateis, Theodor Herzl, yaitu bahwa Israel akan mencaplok sebagian besar wilayah Libanon, Suriah, Yordania, Irak, Mesir, dan Arab Saudi, dan akan mendirikan sejumlah negara proksi untuk memastikan dominasinya di wilayah tersebut.