Masjid Sheikh Zayed Abu Dhabi, Simbol Persatuan UEA

Ada 96 pilar yang menopang bangunan utama Masjid Sheikh Zayed.

dok wiki
Masjid Sheikh Zayed di Abu Dhabi, UEA.
Red: Hasanul Rizqa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Uni Emirat Arab (UEA) merupakan salah satu negara makmur di Asia Barat. Bangunan-bangunan menakjubkan dibangun oleh kerajaan di kawasan Teluk Persia ini. Salah satu yang menjadi kebanggaan penduduk setempat adalah Masjid Sheikh Zayed di Abu Dhabi, ibu kota UEA.

Baca Juga


Masjid ini berdiri atas inisiatif mantan presiden Uni Emirat Arab Sheikh Zayed bin Sultan al-Nahyan (wafat 2004). Darinya pula nama masjid tersebut berasal. Masjid yang terletak di daerah pantai ini merupakan masjid resmi negara. Acara-acara kerajaan UEA mengambil tempat di Masjid Sheikh Zayed, khususnya yang berkaitan dengan ritual Islam.

Pembangunan Masjid Sheikh Zayed menghabiskan waktu 12 tahun, yakni sejak 1996 hingga 2007. Almarhum Sheikh Zayed merupakan penggagas berdirinya masjid raya ini, yang dimaksudkannya sebagai simbol pemersatu nasional UEA.

Namun, visi tokoh tersebut bukan hanya mencakup negaranya, melainkan dunia Islam pada umumnya. Sheikh Zayed ingin agar masjid ini menampilkan sintesis atau perpaduan puncak kesenian Islam dan modern. Sebagai penghormatan negara, jasad almarhum Sheikh Zayed dimakamkan tidak jauh dari masjid yang dirintisnya ini.

Masjid Sheikh Zayed merupakan masjid yang terbesar seantero UEA. Luas kompleks masjid ini mencakup 12 hektare. Secara keseluruhan, kompleks rumah ibadah ini dapat menampung sekitar 41 ribu jamaah.

Selain ruang utama untuk shalat, ada pula dua ruang yang lebih kecil ukurannya. Masing-masing itu dapat menampung sekitar 1.500 orang dan diperuntukkan bagi jamaah Muslimah.

Bangunan masjid ini didominasi warna putih. Namun, corak yang tampil merupakan perpaduan antara Timur dan Barat. Para arsitek dan seniman yang terlibat dalam pembangunan Masjid Sheikh Zayed berasal dari mancanegara.

Mereka antara lain India, Italia, Jerman, Mesir, Turki, Maroko, Pakistan, Malaysia, Iran, Cina, Inggris, Selandia Baru, Makedonia, dan UEA sendiri. Demikian pula dengan bahan bangunannya yang didatangkan dari pusat-pusat material terbaik dunia.

Untuk membangun masjid ini, tidak kurang dari tiga ribu pekerja didayagunakan. Selain itu, sebanyak 38 perusahaan jasa kontraktor dilibatkan. Bahan baku batuan alami lebih diutamakan, baik untuk desain maupun konstruksi karena dinilai lebih berkualitas serta tahan lama. Itu khususnya pada batu marmer, lapisan emas, kristal, dan keramik.

Desain masjid ini terinspirasi dari kebudayaan Persia, Hindustan-Mughal, dan Mesir. Sedikitnya, ada dua masjid yang menjadi sumber inspirasi tampilan Masjid Sheikh Zayed, yakni Masjid Iskandariah Abu al-Abbas al-Mursi di Mesir dan Masjid Badshahi di Lahore, Pakistan. Bentuk lengkung dan pilar Masjid Sheikh Zayed menyerupai gaya masjid Islam Klasik di Afrika Utara atau Andalusia.

Adapun bentuk bagian gerbang masjid ini dan kubah-kubahnya menyerupai yang terdapat di Masjid Badshashi. Nuansa Arab tampak dari bentuk menara Masjid Sheikh Zayed yang sekilas mirip dengan menara-menara di Masjid Nabawi.

Ada empat menara di tiap empat sudut masjid ini dengan tingginya masing-masing sekitar 107 meter. Halaman luas yang terletak di tengah kompleks Masjid Sheikh Zayed mencakup 1,7 hektare. Ruang lapang ini berlantaikan marmer berwarna putih yang dipercantik dengan motif tumbuh-tumbuhan.

Ada 96 pilar yang menopang bangunan utama. Semuanya terbuat dari marmer dan dilapisi dengan mutiara pada sejumlah sisinya. Hiasan kaligrafi terdapat pada dinding dekat mihrab.

Kaligrafi ini memuat 99 asma al-husna dengan gaya kufi. Muhammad Mandi al-Tamimi (UEA), Faruk Haddad (asal Suriah), dan Muhammad Allam (Yordania) merupakan tiga seniman kaligrafi yang merancang hiasan indah di masjid ini. Namun, ketiganya tidak hanya menggunakan corak penulisan kufic, tetapi juga Naskhi dan Thuluth.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler