Ini Enam Kandidat Pemimpin Baru Hamas Usai Yahya Sinwar Gugur di Gaza
Di antara kandidat pemimpin baru Hamas adalah adik Yahya Sinwar, Mohammed Sinwar.
REPUBLIKA.CO.ID, Yahya Sinwar, terbunuh usai bentrok dengan patroli militer di Rafah pada Kamis (17/10/2024). Kematiannya kini meninggalkan teka-teki siapa yang akan ditunjuk sebagai pemimpin Hamas selanjutnya.
Dirangkum oleh NDTV pada Sabtu (19/10/2024), beberapa figur yang kini berada di level atas kepemimpinan Hamas layak menggantikan Yahya Sinwar, Berikut para tokoh militan tersebut:
Mahmoud al-Zahar
Mahmoud al-Zahar adalah salah satu anggota pendiri Hamas yang menjadi kandidat kuat pengganti Sinwar. Dikenal dengan pendirian garis kerasnya, bahkan di atas standar prinsip Hamas, al-Zahar adalah tokoh penting dalam pembentukan kerangka ideologis Hamas, yang berfokus baik pada perjuangan melawan Israel dan pendirian pemerintahan Islam di Gaza. Al-Azhar juga memegang peranan penting pada kebangkitan kekuatan Hamas lewat pemilu legislatif Palestina pada 2006 di mana ia menjabat sebagai menteri luar negeri.
Al-Azhar telah dua kali lolos dari upaya pembunuhan oleh Israel pada 1992 dan 2003. Hingga kini, Al-Azhar menjadi tokoh penting di struktur politik Hamas.
Mohammed Sinwar
Salah satu penerus potensial Yahya Sinwar adalah adik Yahya Sinwar, Mohammed Sinwar. Seperti kakaknya, Mohammed juga adalah anggota lama sayap militer Hamas, dan jika ia terpilih maka itu bisa menjadi pentunjuk kelanjutan strategi perjuangan Hamas di Gaza. Menurut beberapa laporan, Mohammed kerap bertukar pikiran soal pendekatan garis keras bersama kakaknya di Hamas, dan pejabat Amerika Serikat sudah mengutarakan kekhawatirannya jika Mohammed memimpin Hamas, maka jalan negosiasi damai akan semakin menantang.
Mohammed Sinwar dikenal sebagai pribadi yang low profile. Dia dikenal seorang figur penting dalam operasi kelompok sayap militer Hamas, dan juga berhasil lolos dari beberapa kali percobaan pembunuhan oleh Israel.
Mousa Abu Marzouk
Mousa Abu Marzouk, adalah anggota senior dari biro politik Hamas. Dia membantu pendirian Hamas setelah keluar dari Persaudaraan Muslim Palestina pada akhir 1980. Abu Marzouk pernah sekali menjabat sebagai kepala biro politik Hamas dan telah terlibat dalam operasi organisasional dan keuangan, termasuk mendukung aktivitas para pejuang di Gaza.
Pernah dipenjara di Amerika Serikat pada 1990-an akibat tuduhan keterlibatannya dalam aktivitas terorisme, Abu Marzouk kemudian dideportasi ke Yordania dan hingga kini tetap menjadi figur berpengaruh di Hamas. Meski dia banyak menghabiskan masa hidupnya di pengasingan, pengalaman dan keterkaitannya dengan inti ideologi Hamas membuat dia menjadi kandidat kuat pengganti Yahya Sinwar.
Mohammed Deif
Mohammed Deif, sosok misterius yang adalah komandan sayap militer Hamas, Brigade Izz al-Din al-Qassam, sering dirumorkan telah meninggal dunia atau terluka akibat serangan udara Israel. Namun, berdasarkan laporan per Agustus 2024 menyebut Deif masih hidup hingga kini.
Deif, yang juga disebut sebagai otak di balik banyak operasi militer Hamas termasuk serangan 7 Oktobber, adalah figur garis keras. Keberadaan Deif saat ini masih menjadi misteri, namun jika dia muncul, kualifikasi militernya bisa membuat Deif sebagai pemimpin potensial Hamas.
Khalil al-Hayya
Khalil al-Hayya adalah figur penting di dalam biro politik Hamas yang saat ini bermarkas di Qatar. Bersama almarhum Ismail Haniyeh ia memegang peranan penting dalam upaya negosiasi gencatan senjata antara Hamas dan Israel di Jalur Gaza.
Kepemimpinan Al-Hayya's leadership bisa dinilai sebagai pilihan pragmatis bagi Hamas, khususnya jika Hamas mencari jalan negosiasi damai untuk mengakhiri perang di Gaza saat ini. Keterlibatannya dalam pembicaraan gencatan senjata pada 2014 menunjukkan kemampuan Al-Hayya untuk terlibat dalam negosiasi tingkat tinggi, dan kepemimpinannya bisa menghadirkan jalan diplomatik bagi Hamas.
Al-Hayya selamat dari serangan udara Israel pada 2007 yang saat itu membunuh anggota keluarganya. Kemampuannya dalam menimbang dan pengambilan keputusan yang cepat dikombinasikan dengan jaringan mediator internasional, khususnya di Doha, membuatnya sebagai figur baik untuk Hamas dan Israel berguna dalam upaya negosiasi gencatan senjata.
Khaled Mashal
Khaled Mashal, pernah memimpin Hamas selama satu dekade pada 2006 hingga 2017. Hingga kini masih menjadi tokoh yang dihormati di kalangan pejuang Hamas. Selama kepemimpinan Mashal, Hamas melalui pencapaian politik dan militer signifikan. Namun, opini oposisinya terhadap Presiden Bashar al-Assad selama perang saudara di Suriah membuat hubungannua dengan Iran retak. Mashal saat ini bermarkas di Qatar.