Hasil Autopsi Jenazah Ungkap Penyebab Kematian Yahya Sinwar

Jenazah yang diautopsi militer Israel mengidentifikasi Yahya Sinwar lewat tes DNA.

AP/John Minchillo
Yahya Sinwar
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Pemimpin Hamas, Yahya Sinwar yang gugur terbunuh dalam peperangan dengan militer Israel di Jalur Gaza pada Kamis (17/10/2024), lalu disebut terbunuh akibat luka tembak di kepala dan lengan yang terkoyak menyebabkan pendarahan yang parah. Hal itu menurut laporan New York Times, Jumat (18/10/2024), mengutip sorang dokter yang merujuk pada hasil autopsi jenazah Yahya Sinwar.

Baca Juga


Sinwar dilaporkan mengalami luka serius sebelum sebutir peluru menembus kepala dan membunuhnya, ujar dokter itu. Pemimpin Hamas berusia 61 tahun itu teridentifikasi melalui tes DNA potongan jari tangan.

Menurut dokter Chen Kugel, direktur Institut Forensik Nasional di Israel yang mengawasi proses autopsi jenazah, mengatakan, bahwa Sinwar terbunuh akibat sebuah tembakan di kepalanya. Adapun terkait luka di tangan Sinwar, menurut dokter Kugel, akibat hantaman keras serpihan peluru atau meriam yang ditembakkan oleh tank Israel dan mengakibatkan perdarahan hebat. Sinwar diyakini sempat membebat tangannya dengan kabel untuk menghentikan perdarahan.

"Namun tidak berhasil. Bebatan itu tidak cukup kuat (menghentikan perdarahan," kata Kugel.

Dokter Kugel menyebut, proses autopsi jenazah Yahya Sinwar berlangsung selama 24 hingga 36 jam setelah kematiannya. Setelah proses autopsi selesai, jasad Yahya Sinwar diserahkan kepada militer Israel dan dikirim ke tempat yang dirahasiakan.

Identitas Sinwar terkonfirmasi lewat tes DNA. Kepada CNN, dokter Kugel mengatakan, jari Sinwar dipotong dan dikirim untuk dites oleh militer Israel.

"Setelah pihak lab membuat profilnya, kami membandingkannya dengan profil Sinwar yang pernah menjalani hukuman penjara di sini sebagai tahanan, sehingga kemudian kami akhirnya bisa mengidentifikasinya lewat DNA-nya," kata dokter Kugel.

Militer Israel (IDF) mengumumkan kematian Yahya Sinwar pada Kamis (17/10/2024), lalu dikonfirmasi pihak Hamas sehari setelahnya. Video drone yang dirilis IDF dan beredar viral di media sosial, mengungkap momen terakhir Yahya Sinwar terduduk dalam sebuah sofa di lantai dua sebuah rumah dalam kondisi kepala terbalut keffiyeh dan tangan kanan yang terluka parah. Yahya Sinwar sempat melempar drone dengan kayu sebelum kemudian tank Israel menembakkan meriam ke gedung tempat ia berada.


Sempat dinarasikan lari dan sembunyi selama berbulan-bulan dalam terowongan-terowongan di Jalur Gaza oleh IDF, Yahya Sinwar, ternyata terbunuh secara tidak sengaja selama penyisiran rutin yang dilakukan tentara Israel pada Kamis (17/10/2024). Laporan media Israel mengungkapkan bahwa, Sinwar terbunuh dalam konfrontasi langsung di lapangan terbuka.

Surat kabar Yedioth Ahronoth melaporkan bahwa pasukan dari unit Bislach milik tentara Israel sedang melakukan penyisiran rutin di Rafah, di mana mereka menduga ada beberapa orang di dalam sebuah gedung yang dipasangi jebakan. Laporan tersebut mengatakan bahwa tentara Israel melepaskan tembakan artileri dan tembakan gencar ke gedung tersebut, hingga menewaskan tiga anggota Hamas, tanpa mengetahui bahwa Sinwar ada di antara mereka.

Setelah beberapa saat, para prajurit mulai menyisir gedung tersebut. Dua granat dilemparkan di mana satu meledak sedangkan yang lain tidak, menurut laporan tersebut.

“Pasukan itu mundur dan mengirim sebuah pesawat nirawak, yang mendeteksi seorang korban luka, dengan wajah tertutup, duduk di sebuah ruangan dan berusaha menjatuhkan pesawat nirawak tersebut dari udara dengan tongkat.”

Ketika para prajurit mendekati jasad para pejuang Palestina tersebut, mereka melihat bahwa salah satu dari mereka sangat mirip dengan Sinwar. Serupa dengan laporan Yedioth Ahronoth, surat kabar Haaretz menyatakan bahwa kematian Sinwar adalah “kebetulan.”

“Tidak ada informasi intelijen yang menunjukkan keberadaan Sinwar. Apa yang terjadi adalah kebetulan,” katanya.

Channel 12 Israel membagikan foto barang-barang milik Sinwar yang ditemukan setelah kematiannya, yaitu tasbih, dua buku doa kecil, paspor, peluru, senter kecil, permen mint, pemotong kuku, dan uang tunai.

Daftar Kejahatan Tentara Israel - (Republika)

 

Misi diplomatik Iran di PBB menyebut  Yahya Sinwar akan menjadi sumber inspirasi bagi pemuda dan anak-anak Palestina untuk terus melanjutkan perjuangan kemerdekaan Palestina. Iran pun membandingkan keberanian Yahya Sinwar hingga embusan napas terakhirnya dengan saat Presiden Irak Saddam Hussein menyerah di tangan tentara Amerika Serikat (AS).

"Saat pasukan AS menyeret Saddam Hussein keluar dari lubang bawah tanah, dia memohon kepada mereka untuk tidak membunuhnya meski saat itu dia memegang senjata. Mereka yang menganggap Saddam sebagai panutan seorang pejuang akhirnya membubarkan diri," demikian pernyataan misi diplomatik Iran di PBB di New York lewat unggahan di X, dilansir IRNA, pada Jumat (18/10/2024).

"Namun, saat bangsa Muslim melihat Sinwar menjadi martir tetap berdiri di medan perang, - mengenakan seragam perang dalam ruang terbuka bukan dalam persembunyian, menghadapi musuh - spirit perjuangannya akan semakin menguat," tambah pernyataan misi diplomatik Iran.

Misi diplomatik Iran di PBB meyakini Yahya Sinwar akan menjadi "seorang panutan bagi pemuda dan anak-anak yang akan melanjutkan jalan kemerdekaan bangsa Palestina. Selama pendudukan dan serangan eksis, para pejuang tak akan hilang, para martir akan tetap hidup dan menjadi sumber inspirasi."

Yahya Sinwar dipilih oleh anggota Hamas sebagai kepala biro politik kelompok tersebut pada Agustus lalu, untuk menggantikan Ismail Haniyeh yang terbunuh dalam serangan di Teheran, Iran, pada 31 Juli 2024. Sayap militer Hamas, Brigade Al-Qassam, melihat terpilihnya Sinwar sebagai bukti kekuatan gerakan tersebut.

Sebelum dipilih untuk memimpin biro politik Hamas, Sinwar terpilih sebagai kepala gerakan di Jalur Gaza pada 2017 dan terpilih kembali pada 2021. Israel menganggap Sinwar sebagai arsitek dari operasi serangan lintas batas “Banjir Al-Aqsa” pada 7 Oktober tahun lalu, yang menyebabkan kerugian manusia dan militer yang signifikan bagi Tel Aviv dan merusak reputasi layanan intelijen dan keamanan Israel di seluruh dunia.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler