Kata-Kata Pertama Usai Dilantik Jadi Pemimpin
Inilah pidato Abu Bakar dan dua Umar saat mereka dilantik jadi khalifah.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam sebuah hadis, Nabi Muhammad SAW memuji tiga generasi Islam. Mereka adalah para sahabat beliau, kelompok tabiin, dan orang-orang sesudahnya (tabiut tabiin).
Di antara mereka, ada yang kemudian menjadi pemimpin umat pada masa sesudah wafatnya Rasulullah SAW. Berikut ini adalah ketiga figur yang pidato pelantikannya tercatat dengan tinta emas sejarah.
Abu Bakar
Abu Bakar ash-Shiddiq merupakan tokoh besar di antara para sahabat. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan al-Baihaqi, disebutkan bahwa Nabi SAW pernah bersabda, "Jika ditimbang keimanan Abu Bakar dengan keimanan seluruh umat, maka akan lebih berat keimanan Abu Bakar."
Abu Bakar menjadi khalifah sesudah rapat antara para tokoh Anshar dan Muhajirin di Saqifah (Balai) Bani Saidah, yakni beberapa saat sesudah wafatnya Nabi SAW. Ia lalu dibaiat oleh seluruh Muslimin.
Inilah pidato Abu Bakar pada hari pelantikannya.
"Wahai manusia! Aku telah diangkat untuk mengendalikan urusanmu, padahal aku bukanlah orang yang terbaik di antaramu. Maka jikalau aku dapat menunaikan tugasku dengan baik, bantulah (ikutlah) aku. Namun, jika aku berlaku salah, maka luruskanlah!
Orang yang kamu anggap kuat, aku pandang lemah sampai aku dapat mengambil hak dari padanya. Orang yang kamu lihat lemah, aku pandang kuat sampai aku dapat mengembalikan haknya kepadanya.
Hendaklah kalian taat kepadaku selama aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Bila mana aku tiada mematuhi Allah dan Rasul-Nya, kalian tidak perlu mematuhiku. Berdirilah (untuk) shalat, semoga rahmat Allah meliputi kalian."
Umar al-Faruq
Sebelum wafat, Abu Bakar ash-Shiddiq menunjuk Umar bin Khattab untuk menjadi penggantinya dalam memimpin daulah Islam. Berikut ini adalah pidato sosok berjulukan al-Faruq itu pada hari pelantikan.
"Saudara-saudara! Aku hanyalah salah seorang dari kalian. Kalau bukan lantaran segan menolak tawaran Khalifah Rasulullah (Abu Bakar), aku enggan memikul tanggung jawab ini.
Ya Allah, aku ini sungguh berwatak keras dan kasar, maka lunakkanlah hatiku. Ya Allah aku sangat lemah, maka berikanlah kekuatan. Ya Allah aku ini kikir, jadikanlah aku dermawan bermurah hati."
Selanjutnya, Umar memuji Allah SWT dan berkata kembali di hadapan hadirin.
"Bacalah Alquran, dalami, dan bekerjalah dengannya. Jadilah salah satu umatnya. Timbang dirimu sebelum menimbang orang lain. Hiasi dirimu untuk persembahan terbesar pada hari (kiamat) ketika kamu akan dipersembahkan kepada Allah SWT."
Selanjutnya, Umar menyampaikan: "Allah telah menguji kalian dengan diriku dan menguji diriku lewat kalian. Sepeninggal sahabat-sahabatku, sekarang aku ada di tengah-tengah kalian.
Tidak ada persoalan kalian yang harus aku hadapi, lalu diwakilkan kepada orang lain, kecuali kepadaku. Dan tak ada yang tak hadir di sini lalu meninggalkan perbuatan terpuji dan amanat. Kalau berbuat baik, akan kubalas dengan kebaikan. Namun, kalau berbuat jahat, terimalah bencana (hukuman) yang akan kutimpakan."
Umar bin Abdul Aziz
Sesudah masa Khulafaur rasyidin, terbitlah era Kekhalifahan Bani Umayyah. Pendiri dinasti ini adalah Mu'awiyah bin Abi Sufyan, yang pernah berhadapan dengan Ali bin Abi Thalib dalam Perang Shiffin.
Berbeda dengan umumnya penguasa Bani Umayyah, Umar bin Abdul Aziz adalah sebuah "anomali", terutama dalam hal kegemarannya hidup zuhud. Cicit Umar bin Khattab ini juga menjadi pemimpin Umayyah yang menghilangkan kebiasaan mendiskreditkan citra Ali. Walau masa kepemimpinannya relatif singkat--hanya dua atau tiga tahun--ia menghasilkan legasi yang masyhur hingga kini.
Berikut petikan pidato Umar bin Abdul Aziz pada hari pelantikan.
"Aku tidak menghendaki jabatan khalifah. Aku tidak pernah diajak musyawarah atas jabatan itu, juga tidak pernah memintanya. Maka, cabutlah baiat itu dan pilihlah yang kalian kehendaki."
(Namun kemudian, orang-orang enggan melakukannya. Massa berteriak, "Sungguh kami memilih engkau, wahai Amirul Mukminin!")
Merasa tak bisa menghindar lagi, Umar pun menjelaskan caranya dalam memimpin umat, "Taatlah kalian kepadaku selama aku taat kepada Allah. Apabila aku maksiat kepada Allah, maka tidak ada (kewajiban) kalian taat kepadaku."