Seniman Muda Berbakat Bandung Raih Penghargaan BaCAA di Bidang Seni Rupa
Penghargaan BaCAA pertama kali digelar pada 2010
REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Sejumlah seniman muda di Kota Bandung meraih penghargaan Bandung Contemporary Art (BaCAA) yang digelar di Galeri Lawangwangi, akhir pekan kemarin. Penghargaan tersebut diberikan kepada seniman sebagai kontribusi nyata dalam lanskap seni.
Penerima penghargaan yaitu Studio Pancaroba menerima hadiah Rp 100 juta. Aurora Arazzi menerima dana Rp 100 juta untuk production cost Solo Exhibition. Galih Adika Paripurna mendapatkan residency ke La Rochelle, Prancis.
Kategori honorary mention didapatkan oleh Dzikra Afifah dan Henryette Louise. Keduanya akan mendapat production cost masing masing sebesar Rp 50.000.000 untuk duo exhibition. Sejumlah pemenang mendapatkan kontrak eksklusif 10 bulan dengan ArtSociates untuk membuat pameran tunggal.
Director Artsociates Andonowati mengatakan, penghargaan BaCAA pertama kali digelar tahun 2010 dan saat ini merupakan yang ke delapan kali. Keberadaan penghargaan tersebut untuk mendukung perkembangan seni rupa kontemporer Indonesia.
Ia mengatakan pada ajang ke delapan ini, terdapat beberapa perubahan format untuk mempertegas misi perkembangan seni dan seniman kontemporer di Indonesia. "Kami terus mengukuhkan komitmen dalam mendukung perkembangan seni rupa di tanah air dengan format yang diperbarui dan lebih selektif," ujar Andonowati belum lama ini.
Menurutnya, format baru penghargaan BaCAA yaitu lebih selektif dan berfokus pada rekomendasi para ahli. Pada BaCAA tahun ini, Artsociates memperkenalkan sistem close call sedangkan sebelumnya menggunakan sistem open call.
Dalam sistem baru ini, 10 Board of Nominees yang terdiri dari kurator, akademisi, kolektor, seniman, galeris, serta pakar art fair diundang untuk mengajukan tiga nama seniman. Seniman tersebut dianggap mereka layak mendapatkan perhatian dalam lanskap seni kontemporer saat ini.
Andonowati mengatakan sebanyak 23 seniman yang direkomendasikan oleh para board of nominee ini akan langsung memamerkan karya mereka di Galeri Lawangwangi tanpa proses seleksi. Selain itu batas usia dari maksimal 40 tahun menjadi maksimal 45 tahun.
“Kami percaya bahwa pendekatan ini memberikan kesempatan kepada seniman-seniman terpilih untuk tampil dalam sebuah platform yang tidak hanya mengedepankan karya, tetapi juga pengakuan dari jaringan profesional seni yang lebih luas,” kata dia.
Ia menyebut karya-karya yang dipamerkan akan dinilai oleh lima juri yang terdiri dari profesional curators, art fairs, jurnalist, akademisi, seniman dan galeris baik dari Indonesia maupun internasional. “Kami optimistis BaCAA tetap berdiri sebagai ajang penting yang mendukung dan merayakan karya-karya seniman kontemporer," katanya.