Selasa, Hari Mematikan Bagi Tentara IDF

Seorang wakil komandan IDF tewas dalam pertempuran di Lebanon selatan.

AP Photo/Baz Ratner
Tentara Israel membawa peti mati Sersan. Kelas Satu Nazar Itkin, yang terbunuh dalam operasi darat Israel melawan militan Hizbullah di Lebanon, saat pemakamannya di Kiryat Ata, Israel, Minggu, 6 Oktober 2024.
Red: Fitriyan Zamzami

REPUBLIKA.CO.ID,BEIRUT – Serangan brutal Israel ke Jalur Gaza dan selatan Lebanon terus menimbulkan kerugian di jajaran pasukan penjajahan Israel (IDF). Pada Selasa, militer Israel mengumumkan terbunuhnya seorang wakil komandan batalyon dan seorang tentara, dalam pertempuran di Lebanon selatan,

Baca Juga


Selain itu, Tiga orang lainnya terluka parah dalam pertempuran itu. Hal ini membuat jumlah korban tewas di kalangan IDF pada Selasa, menjadi tiga orang tewas dan 20 orang luka-luka di Jalur Gaza dan Lebanon. Media Israel memberitakan bahwa wakil komandan Batalyon 9308, Aviram Harib (42 tahun), tewas dalam pertempuran di Lebanon selatan.

Merujuk Aljazirah Arabia, sebelumnya tentara Israel mengatakan dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan di akunnya di platform X bahwa seorang pasukan cadangan di pasukan ke-508 Batalyon, Brigade (7338) Adirim (artileri), tewas dalam pertempuran di utara Israel akibat serangan rudal dari Hizbullah. Pernyataan tersebut menambahkan bahwa dalam insiden yang sama, tiga tentara cadangan dari Batalyon 508 terluka parah. Para tentara tersebut dievakuasi untuk menerima perawatan di rumah sakit dan keluarga mereka diberitahu. 

Pada Selasa itu juga militer Israel mengumumkan kematian salah satu tentaranya dari Brigade Nahal dalam sebuah insiden operasional di dekat perbatasan Jalur Gaza, dan cedera serius pada seorang tentara lainnya dalam pertempuran di Lebanon selatan.

Juga pada Selasa, Israel Hayom melaporkan bahwa 16 tentara Israel terluka dalam pertempuran di Lebanon selatan dan dievakuasi ke Rumah Sakit Ziv di Safed di Galilea Atas. Jumlah korban tewas tentara Israel yang diumumkan sejak awal perang telah mencapai 751 perwira dan tentara, termasuk 356 orang sejak dimulainya invasi darat ke Jalur Gaza pada 27 Oktober 2023.

Sedangkan jumlah korban luka mencapai 5.043 perwira dan tentara, termasuk 2.362 orang sejak invasi darat ke Jalur Gaza, menurut pembaruan terkini yang diterbitkan oleh situs resmi militer. Ini adalah angka-angka yang keakuratannya dipertanyakan banyak pihak.

Setelah bentrokan dengan faksi-faksi di Lebanon, termasuk Hizbullah, yang dimulai setelah Israel melancarkan genosida di Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023, Tel Aviv memperluas cakupan genosida sejak 23 September hingga mencakup sebagian besar wilayah Lebanon, termasuk ibu kota Beirut, melalui serangan udara, dan juga memulai invasi darat di selatan. Agresi di Lebanon mengakibatkan 2.546 kematian dan 11.862 luka-luka, termasuk sejumlah besar perempuan dan anak-anak, selain lebih dari 1.340.000 orang yang mengungsi. Sebagian besar korban dan pengungsi tercatat setelah tanggal 23 September.

Kena mental, tentara IDF mogok...

Mayoritas prajurit IDF dilaporkan mengalami trauma akut setelah setahun melakukan agresi di Gaza. Banyak yang menolak panggilan kembali untuk menjalankan operasi di Jalur Gaza.

Pertangahan Oktober, media Ibrani Israel Ha-Makom melakukan 20 wawancara dengan tentara dan orang tua mereka. Hasilnya menunjukkan bahwa Brigade Nahal Israel, Brigade Penerjun Payung ke-35, Brigade Givati, dan para pejuang dari Brigade Komando, mengalami kurangnya motivasi dan kelelahan mental akibat buruknya manajemen perang darat di Gaza.

Menurut penyelidikan, anggota Brigade Nahal mengalami “kelelahan” yang serius di Gaza saat mereka memasuki putaran ke-11 pertempuran. 

Media itu mencatat bahwa awalnya para prajurit memulai perang dengan semangat tinggi dan kemauan untuk berperang. Saat ini, keadaan menjadi sangat buruk sehingga para pejuang memutuskan untuk tidak kembali saat dipanggil. Dalam satu kasus, dari satu peleton yang terdiri dari 30 orang, hanya 6 orang yang kembali.

Dalam pengakuannya yang kuat, artikel tersebut menerbitkan kutipan berikut mengenai keadaan Brigade Nahal: “Baraknya kosong, semua orang yang tidak tewas atau terluka mengalami cacat mental. Hanya sedikit sekali yang kembali bertarung dan mereka juga tidak sepenuhnya sehat.”

Ibu dari salah satu pejuang Brigade, bernama Inbal, berkomentar bahwa “mereka kembali ke gedung yang sama yang telah mereka bersihkan dari pejuang…Mereka sudah tiga kali ke lingkungan Zeitoun. Mereka mengerti bahwa itu sia-sia dan tidak ada gunanya…Karena mereka adalah tim kecil (unit putranya), mereka tidak bisa menjalankan misi. Mereka hanya diam di sana dan menunggu waktu berlalu.”

Pengungkapan ini terjadi ketika pasukan Israel kembali menyerang wilayah di bagian utara Gaza, dengan kesimpulan bahwa misi semacam itu adalah yang paling merugikan kesehatan mental mereka. “Kembalinya ke tempat mereka sebelumnya, seperti Jabaliya, Zaytoun dan Shuja'iyya, dimulai, itu menghancurkan para prajurit. Ini adalah tempat yang sama dimana mereka kehilangan teman-temannya. Area tersebut sudah dibersihkan (dari pejuang). Itu harus dijaga. Ini sangat membuat mereka frustasi”, tulis artikel tersebut.

Dalam sebuah wawancara dengan ibu seorang pejuang Brigade Komando, dia menjelaskan bahwa putranya mengatakan kepadanya bahwa “Kami seperti jadi sasaran tembak, kami tidak mengerti apa yang kami lakukan di sini. Korban penculikan tidak kembali untuk kedua dan ketiga kalinya, dan Anda melihat bahwa hal itu tidak ada habisnya dan tentara terluka dan mati dalam perjalanan.”

Yang lebih mengejutkan lagi adalah kurangnya motivasi, depresi, dan kelelahan yang dialami tentara Israel menyebabkan terjadinya pemberontakan, dimana banyak yang menolak untuk bertugas. Perlu dicatat bahwa sebagian besar fenomena ini ditutup-tutupi dan sebagian besar dari mereka yang menolak kembali ke medan perang tidak dipenjara, sehingga membantu meredam isu ini.

Seorang tentara Israel membawa peluru di samping tank di Israel utara pada Jumat, 27 September 2024. - (AP Photo/Baz Ratner)

Pada Senin (21/10/2024), CNN melaporkan data yang menunjukkan bahwa lebih dari sepertiga anggota IDF yang ditarik dari pertempuran menderita masalah kesehatan mental. Departemen Rehabilitasi Kementerian Keamanan Israel mencatat bahwa setiap bulan, lebih dari seribu tentara baru ditarik dari pertempuran untuk mendapatkan perawatan, dengan 35 persen mengeluh tentang kondisi mental mereka dan 27 persen mengalami “reaksi mental atau gangguan stres pascatrauma.”

Pada akhir 2024, hampir 14.000 tentara Israel yang terluka diperkirakan akan menerima perawatan dan 40 persen kemungkinannya akan menghadapi masalah kesehatan mental. Seorang petugas medis IOF mengatakan kepada CNN bahwa beberapa tentara muda mengalami trauma mental dan sering menangis atau menunjukkan tanda-tanda mati rasa secara emosional.

Media Israel melaporkan pada hari Selasa bahwa Ziv Medical Center di Safad, yang terletak di utara, menerima 16 tentara Israel yang terluka dalam pertempuran sengit di Lebanon selatan kemarin malam. 

Menurut pemutakhiran terbaru data yang diungkapkan tentara pendudukan, jumlah tentara yang terluka sejak dimulainya perang di Gaza dan Lebanon sejak Oktober 2023 telah mencapai 5.018 tentara.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler