Tel Aviv Dihujani Roket, Menlu AS Blinken Sempat Diungsikan ke Lokasi Persembunyian

Menlu AS Blinken melakukan lawatan ke Israel

EPA-EFE/HAIM TZACH/GPO
Foto oleh Kantor Pers Pemerintah Israel (GPO) menunjukkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (kanan) saat melakukan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken (kiri).
Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Serangan roket ke Tel Aviv hari ini, Rabu (23/10/2024) memaksa Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken untuk berlindung sejenak di lokasi persembunyian yang dirahasiakan Israel, demikian dilaporkan NBC News, mengutip seorang pejabat senior Amerika Serikat.

Baca Juga


Angkatan udara Israel menembak jatuh dua roket dari Lebanon yang memicu sirene serangan udara di Tel Aviv pada hari Rabu, kata pihak militer, ketika Blinken sedang melakukan kunjungan ke kota tersebut.

Beberapa pejabat senior Departemen Luar Negeri Amerika Serikat dan wartawan yang sedang melakukan perjalanan di hotel tempat Blinken menginap meninggalkan ruang sarapan dan bergegas menuju tempat perlindungan di lantai bawah bersama dengan para tamu dan staf hotel lainnya ketika sirene berbunyi.

Jatuhnya roket-roket tersebut terjadi tidak lama setelah pasukan Israel mencegat dua pesawat tak berawak yang diluncurkan dari arah timur yang menargetkan kota pelabuhan Laut Merah, Eilat, kata pihak militer.

Tidak ada laporan langsung mengenai korban luka-luka dalam serangan pesawat tak berawak maupun serangan roket.

Kelompok Perlawanan Islam di Irak mengatakan bahwa mereka menyerang Eilat dengan pesawat tak berawak dua kali pada hari Rabu. Kelompok militan pro-Iran tersebut mengatakan bahwa mereka menyerang target-target “vital”.

Blinken tiba di Israel pada Selasa yang menjadi pemberhentian pertama dari tur Timur Tengah yang bertujuan mengakhiri perang di Gaza.

Blinken, dalam lawatannya yang ke-11 ke kawasan tersebut sejak 7 Oktober 2023, diperkirakan akan berdiskusi dengan para pejabat tinggi Israel mengenai konflik di Gaza dan Lebanon, serta potensi tanggapan Tel Aviv terhadap serangan rudal Iran terhadap Israel pada 1 Oktober.

"Dalam perjalanan ke Israel dan pemberhentian lain di Timur Tengah untuk berdiskusi intensif tentang pentingnya mengakhiri perang di Gaza, mengembalikan sandera ke keluarga mereka, dan meringankan penderitaan rakyat Palestina,” kata Blinken melalui media sosial X pada Selasa sebelum berangkat ke Israel.

Tur Blinken pada 21-25 Oktober akan menegaskan kembali komitmen Amerika Serikt untuk menjaga perdamaian dan keamanan abadi di kawasan, kata seorang pejabat Departemen Luar Negeri.

Pejabat itu mengatakan Blinken akan membahas penghentian perang di Gaza, pembebasan sandera, dan kebutuhan mendesak akan pengiriman bantuan kemanusiaan untuk membantu warga sipil di Gaza.

Perjalanan selama sepekan tersebut dikatakan mencakup pemberhentian di Yordania dan Doha.

BACA JUGA: Pengakuan Mengejutkan Pemilik Rumah Lokasi Yahya Sinwar Menjemput Kesyahidannya

Upaya mediasi yang dipimpin Amerika Serikat, Mesir dan Qatar sejauh ini tidak membuahkan hasil, tetapi Washington tetap mempertahankan bahwa pembunuhan pemimpin Hamas Yahya Sinwar oleh Israel pekan lalu dapat mengarah pada terobosan dalam pembicaraan.

Namun, Hamas mengatakan konflik tersebut akan berakhir ketika Israel menghentikan kampanye militer sepenuhnya di wilayah kantong Palestina yang diblokade tersebut yang telah menewaskan lebih dari 42.600 orang sejak Oktober lalu.

Kementerian Kesehatan Gaza mencatat setidaknya 115 warga Palestina tewas dalam serangan Israel yang tiada henti di Jalur Gaza, sehingga jumlah korban tewas secara keseluruhan sejak tahun lalu menjadi 42.718 orang.

Pernyataan kementerian yang dikeluarkan pada Selasa (22/10) itu juga menyebutkan bahwa sekitar 100.282 orang lainnya juga terluka dalam serangan Israel yang sedang berlangsung selama setahun di Gaza.

“Pendudukan Israel telah melakukan tujuh pembantaian keluarga dalam 48 jam terakhir yang mengakibatkan 115 kematian dan 487 korban luka-luka,” kata kementerian itu.

“Banyak orang masih terjebak di bawah reruntuhan dan di jalan karena tim penyelamat tidak dapat menjangkau mereka,” tambahnya.

Mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera, Israel terus melanjutkan serangan brutal di Jalur Gaza sejak serangan oleh kelompok Palestina Hamas pada 7 Oktober 2023.

Serangan Israel telah menyebabkan hampir seluruh penduduk wilayah tersebut mengungsi di tengah blokade yang terus berlangsung dan menyebabkan kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan.

BACA JUGA: Ehsan Daqsa Komandan Elite IDF Tewas Mengenaskan di Jabalia Utara, Ini Jejak Militernya 

Upaya mediasi yang dipimpin oleh Amerika Serikat, Mesir, dan Qatar untuk mencapai gencatan senjata di Gaza dan perjanjian pertukaran tahanan antara Israel dan Hamas telah gagal karena penolakan Kepala Otoritas Israel Benjamin Netanyahu untuk menghentikan perang.

Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) atas tindakannya di Gaza.

Setahun Genosida di Gaza - (Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza)

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler