MER-C Kembali Berangkatkan Tim Relawan untuk Tembus Gaza

WHO berharap seluruh tim bisa bekerja lebih panjang untuk waktu tiga bulan.

dok mer-c
Tim MER-C tiba di RS Indonesia Gaza Utara pada Jumat (9/8/2024) dan akan bertugas selama 1 bulan.
Rep: Muhyiddin Red: A.Syalaby Ichsan

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) kembali memberangkatkan Emergency Medical Team (EMT) keenam untuk bertugas di Jalur Gaza, Palestina. Tim EMT MER-C ini terdiri dari lima orang relawan yang diberangkatkan dalam dua tahap.

Baca Juga


Tahap pertama yang berangkat pada Sabtu (26/10/2024) lalu yaitu Dokter Bedah dr. Faradina Sulistiyani, Dokter Kandungan dr. Regintha Yasmeen, dan satu perawat Nadia Rosi. Sementara itu, relawan yang berangkat pada tahap kedua pada Selasa (29/10/2024) yaitu Dokter Bedah dr. Taufiq Nugroho dan Perawat Kamal Putra Pratama.

Saat ini, tiga relawan yang berangkat pada tahap pertama sudah tiba di jalur Gaza. Sementara, dua relawan lainnya tiba di Amman, Yordania, menunggu persetujuan izin masuk Gaza yang difasilitasi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Saat melepas keberangkatan Tim di Bandara Soekarno-Hatta, Ketua EMT MER-C, dr. Arief Rachman mengatakan, situasi di Jalur Gaza selama satu bulan terakhir ini semakin memburuk, karena tidak adanya kepastian upaya kemanusiaan yang bisa diterapkan secara efektif di seluruh jalur Gaza. 

Dia menegaskan, MER-C berkomitmen untuk terus mengirimkan tim medis. “Terlepas dari situasi yang berkembang saat ini, MER-C masih konsisten mengirimkan tim medis dalam koridor WHO. Situasi saat ini dengan banyaknya rumah sakit yang terpaksa tidak beroperasi karena keterbatasan dokter, medis dan obat-obatan, kita akan tetap memberikan support, memberikan yang terbaik yang bisa kita berikan,” ujar dr Arief dalam siaran pers yang diterima Republika, Rabu (30/10/2024).

Dengan adanya tim medis di Gaza, dia berharap bisa mendorong pasokan obat-obatan dan alat kesehatan. Karena, menurut dia, warga Gaza masih banyak yang membutuhkan bantuan. 

 

 

"Kita tidak bisa bayangkan seandainya kemudian tenaga medis sudah tidak ada maka ketika kita mengirimkan barang-barang dari luar akan dipertanyakan untuk apa pemanfaatannya,” ucap dia.

Lebih lanjut, dr Arief mengatakan, Tim EMT ke-6 ini akan bertugas selama satu bulan. Namun, WHO berharap seluruh tim bisa bekerja lebih panjang setidaknya untuk jangka waktu tiga bulan. MER-C sendiri masih akan melakukan evaluasi lebih lanjut terkait hal ini. 

“Kalau situasi memungkinkan dan teman-teman sanggup untuk bekerja tiga bulan, kita akan sangat menghargai dan akan kita upayakan agar kemudian teman-teman bisa bekerja di sana dalam situasi yang aman,” ujar dia.

Terkait penempatan tugas, dr Arief mengungkap situasinya masih sangat fleksibel tapi berdasarkan informasi yang diterima, Tim EMT ke-6 ini akan bertugas di Gaza Tengah, tepatnya di Rumah Sakit Lapangan Public Aid Hospital.

Dia menambahkan, krisis kemanusiaan saat ini yang dihadapi jauh lebih berat dibandingkan dengan awal penyerangan tahun lalu. Ia mengingatkan krisis yang terjadi tidak hanya menimpa warga Gaza, tapi juga semua pihak termasuk pekerja kemanusiaan di sana dan mungkin saja termasuk relawan MER-C.

“Bismillah kita berharap kepada Allah agar diberi kemudahan, kekuatan dan upaya yang kita berikan kepada saudara-saudara kita di Gaza ini bisa memberikan arti bahwa kemanusiaan itu masih ada,” ucap dr Arief.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler