Pengamat Sebut KIM Plus Belum Kompak Dukung RK-Suswono di Pilgub Jakarta

Menurut survei LSI Denny JA elektabilitas RK-Suswono dan Pramono-Rano selisih tipis.

Republika/Thoudy Badai
Pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta nomor urut 1 Ridwan Kamil dan Suswono menjawab pertanyaan panelis saat mengikuti sesi debat kedua Pemilihan Gubernur DKI Jakarta, di Beach City International Stadium (BCIS), Ancol, Jakarta Utara, Ahad (26/10/2024). Debat kedua ini mengusung tema ekonomi kesejahteraan sosial dengan enam sub tema yang meliputi infrastruktur integrasi dan pelayanan dasar prima, pendidikan dan kesehatan, penanganan ketimpangan sosial, pembangunan ekonomi digital dan UMKM, pariwisata dan ekonomi kreatif serta inflasi bahan pangan.
Rep: Bayu Adji P Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia Ujang Komarudin menilai Koalisi Indonesia Maju (KIM) plus masih belum kompak mendukung Ridwan Kamil-Suswono di Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta 2024. Hal itu terlihat dari hasil survei beberapa lembaga yang menyatakan bahwa elektabilitas pasangan itu belum terlalu tinggi.

Baca Juga


Ujang mengatakan, saat ini hanya Partai Golkar dan PKS yang terlihat terus bergerak untuk melakukan kampanye untuk pasangan calon nomor urut 1 itu. Pasalnya, hanya dua partai itu yang memiliki kepentingan untuk mendukung Ridwan Kamil (RK)-Suswono.

"Kalau saya melihat KIM plus belum kompak di Pilgub DKI Jakarta. Sejauh ini, yang memiliki kepentingan adalah Golkar dan PKS, yang lain tidak merasa berkepentingan," kata dia saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (31/10/2024).

Menurut dia, apabila mesin partai yang tergabung dalam KIM plus berjalan efektif, elektabilitas RK-Suswono pasti telah melesat jauh. Namun, hasil survei dari sejumlah lembaga menunjukkan elektabilitas RK-Suswono tak jauh berbeda dengan Pramono Anung-Rano Karno. Bahkan, terdapat lembaga survei yang menunjukkan elektabilitas Pramono-Rano lebih tinggi dari RK-Suswono. 

"Mestinya kalau KIM plus jalan, elektabilitas RK-Suswono bisa melesat. Karena didukung banyak partai," kata dia.

Ia menambahkan, partai pendukung bukan satu-satunya faktor penentu kemenangan dalam kontestasi pemilihan kepala daerah (pilkada). Menurut dia, faktor yang lebih penting adalah sosok figur dari calon yang maju."Di situ terlihat popularitas dan elektabilitas. Apalagi, RK juga banyak ditolak di beberapa daerah. Itu juga merugikan," kata Ujang.

Menurut dia, RK-Suswono memiliki pekerjaan rumah (PR) untuk kembali membangun komitmen bersama dengan KIM plus. Dengan begitu, partai-partai dalam KIM plus akan menggerakan mesin masing-masing untuk kemenangan mereka.

"Karena kalau mesin partai jalan, suara RK harusnya tinggi. Karena tidak jalan, ya bisa disalip pihak lain," ujar dia.

Sebelumnya diberitakan, berdasarkan hasil survei yang dilakukan pada periode 16-22 Oktober 2024 itu, RK-Suswono memiliki elektabilitas 37,4 persen. Sementara Dharma Pongrekun-Kun Wardana memiliki elektabilitas 4 persen. Sedangkan Pramono-Rano memiliki elektabilitas 37,1 persen. Sebanyak 21,5 persen masih belum menentukan atau tidak menjawab. 

Direktur Lingkaran Survei Kebijakan Publik LSI Denny JA Sunarto Ciptoharjono mengatakan, terdapat tiga alasan RK-Suswono dan Pramono-Rano masih bersaing ketat secara elektabilitas. Padahal, RK-Suswono didukung oleh Koalisi Indonesia Maju (KIM) plus. Di sisi lain, Pramono-Rano hanya didukung PDIP dan Partai Hanura.

"Pertama yang bisa kita analisis, mesin politik KIM plus kurang efektif di Jakarta. Misalnya terlihat di awal, PKS yang harusnya ada di KIM plus masih mendukung Pramono-Rano di grassroot. Golkar grasroot juga lari ke Pramono-Rano, kemudian PKB juga, dan Nasdem," kata dia saat menyampaikan hasil survei, Rabu (30/10/2024).

Ia menyebutkan, dari seluruh partai yang tergabung dalam KIM plus, hanya pemilih Partai Gerindra, PAN, PSI, Perindo, Partai Gelora, dan Partai Garuda, yang solid mendukung RK-Suswono. Sedangkan pemilih PKS, Partai Nasdem, PKB, Partai Golkar, Partai Demokrat, dan PPP, sebagian bergeser mendukung Pramono-Rano. 

"Ini PR (pekerjaan rumah) untuk KIM plus untuk membuat soliditas," kata dia.

Sunarto menambahkan, alasan kedua adalah RK kurang diterima oleh etnis setempat, yaitu Betawi. Di sisi lain, sosok Rano Karno sebagai Si Doel dianggap sebagai sosok legendaris di Betawi. 

"Ini masih tertancap di pemilih, Si Doel tokoh legendaris Betawi," kata dia.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler