OJK Cermati Instabilitas di Timur Tengah yang Picu Aliran Modal Keluar

Pertumbuhan ekonomi di China pada kuartal III 2024 masih menunjukkan perlambatan.

Prayogi/Republika
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar (kiri) bersama Anggota Dewan Komisioner OJK Inarno Djajadi (kanan) usai memberikan keterangan terkait Anggota Dewan Komisioner (ADK) OJK di Jakarta, Jumat (18/8/2023). OJK mendapat tambahan dua Anggota Dewan Komisioner (ADK) baru yang akan memperkokoh tugas dan fungsi OJK untuk mengawasi lembaga keuangan di Indonesia. Adapun tambahan ADK tersebut yaitu Agusman sebagai Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya OJK serta Hasan Fawzi sebagai Kepala Eksekutif Pengawas Inovasi Teknologi Sektor Keuangan, Aset Keuangan Digital dan Aset Kripto OJK.
Rep: Eva Rianti  Red: Lida Puspaningtyas

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar menyampaikan hasil Rapat Dewan Komisioner (RDK) bulanan yang diselenggarakan pada 30 Oktober 2024. Diantara hasil rapat mencermati tentang kondisi tensi geopolitik di kawasan Timur Tengah yang memicu aliran modal keluar.

Baca Juga


“Instabilitas yang terjadi di Timur Tengah menyebabkan harga komoditas safe haven seperti emas meningkat tajam,” kata Mahendra dalam konferensi pers RDK Oktober 2024, Jumat (1/11/2024).

Mahendra mengatakan, risiko geopolitik global yang meningkat menjadi tantangan tersendiri bagi prospek perekonomian ke depan. Tensi geopolitik yang terjadi di Timur Tengah mendorong pasar berinvestasi di instrumen yang aman, dan kemudian berdampak pada capital outflow.

“Perkembangan tersebut menyebabkan premi risiko meningkat dan kenaikan yield secara global, sehingga mendorong aliran modal keluar dari negara emerging dan negara berkembang termasuk Indonesia,” jelasnya.

Dalam RDK Oktober 2024, OJK menilai pertumbuhan ekonomi global terindikasi mengalami divergensi diantara negara-negara utama, yaitu perekonomian Amerika Serikat menunjukkan perekonomian lebih baik dari ekspektasi, seiring dengan solidnya pasar tenaga kerja dan membaiknya permintaan domestik.

Adapun di Eropa aktivitas ekonomi mulai membaik yang terlihat dari naiknya penjualan ritel, namun dari sisi manufaktur masih relatif tertekan. Sedangkan pertumbuhan ekonomi di China pada kuartal III 2024 masih menunjukkan perlambatan, baik dari sisi permintaan maupun pasokan, sehingga mendorong pemerintah dan bank sentral terus mengeluarkan stimulus di Negeri Panda.

“Di tengah proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang relatif rendah dan stagnan itu, ketegangan geopolitik yang terus berlanjut di kawasan Timur Tengah dan perlambatan ekonomi Tiongkok, OJK terus mencermati perkembangan terkini dan dampaknya terhadap sektor keuangan domestik. Serta melakukan forward looking assessment atas kinerja sektor jasa keuangan,” terang Mahendra. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler