50 Ribu Tentara IDF tak Bisa Membuat Israel Menguasai Satu Pun Desa di Lebanon

Strategi taktis Hizbullah menjadi kunci sulitnya israel menguasai perbatasan Lebanon.

AP Photo/Maya Alleruzzo
Pasukan Israel menggotong peti mati perwira IDF yang tewas dalam aksi di Lebanon, saat pemakamannya di Mount Herzl di Yerusalem, Jumat, 25 Oktober 2024.
Red: A.Syalaby Ichsan

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Tentara penjajah Israel (IDF) telah mengerahkan lebih dari 50 ribu personel ke Lebanon Selatan. Meski demikian, IDF dilaporkan tidak bisa menguasai satu desa pun. Surat kabar Israel Yedioth Ahronoth mencatat bahwa setelah sebulan operasi yang melibatkan lima divisi—tiga kali lipat kekuatan yang digunakan dalam perang 2006— Israel telah gagal mengamankan pijakan di perbatasan Lebanon.

Baca Juga


Menurut laporan tersebut, strategi taktis Hizbullah merupakan faktor kunci sulitnya Israel menguasai perbatasan Lebanon, termasuk pertahanan berlapis dengan amunisi presisi yang menargetkan kendaraan lapis baja dan tentara Israel. Militer Israel juga telah memetakan posisi Hizbullah dan menetralisir pesawat tanpa awak kecil yang sulit ditangkap.

Hizbullah baru-baru ini mengumumkan bahwa mereka telah menghancurkan banyak kendaraan Israel sejak invasi darat dimulai, termasuk 42 tank Merkava, 4 buldoser, 2 Hummer, sebuah kendaraan lapis baja, dan sebuah pengangkut pasukan. Pernyataan tersebut menambahkan bahwa lebih dari 95 tentara Israel telah tewas dan 900 lainnya terluka, dengan tiga pesawat nirawak Hermes-450 dan dua pesawat nirawak Hermes-900 juga jatuh.

Kolonel Jack Neriya, mantan penasihat Perdana Menteri pendudukan Israel Yitzhak Rabin, mengomentari taktik Hizbullah. Neriya menjelaskan bahwa para pejuang sengaja membiarkan pasukan pendudukan Israel maju sebelum menjebak mereka dalam penyergapan, yang menjadi tantangan signifikan bahkan bagi unit elit seperti Golani.

Neriya memperingatkan bahwa pendekatan ini dapat menyebabkan lebih banyak korban bagi pasukan Israel daripada dalam perang mana pun sejak akhir 1940-an.

 

Kerusakan terlihat di dalam bengkel mobil yang terkena roket yang ditembakkan dari Lebanon di Kiryat Shmona, Israel utara, Jumat, 4 Oktober 2024. - (AP Photo/Leo Correa)

Pasukan infanteri Israel yang menyerang lingkungan timur desa perbatasan Lebanon selatan Khiam selama dua hari terakhir terpaksa mundur dan menarik diri di tengah kegagalannya untuk menyerbu kota itu, koresponden Al Mayadeen di Lebanon Selatan melaporkan sebelumnya pada Ahad (3/11/2024).

Penarikan pasukan dimulai lewat tengah malam pada hari Kamis, ketika pasukan Israel menutupi jejak mereka dengan sekitar 40 proyektil fosfor putih dan peluru artileri, di samping serangkaian serangan udara.

Penembakan artileri Israel difokuskan secara besar-besaran pada area paling utara bekas kamp tahanan Khiam dan area paling timur kota. Pertempuran langsung dan konfrontasi darat terjadi selama sekitar 15 jam berturut-turut.

Pada Jumat, Hizbullah mengumumkan bahwa para pejuangnya membombardir pasukan Israel yang berkumpul di Khiam paling selatan dengan rentetan roket canggih.

Dalam serangkaian serangan terhadap pasukan pendudukan Israel, kepala Komando Utara IDF, Mayor Jenderal Ori Gordin, mengalami cedera ketika kendaraannya terbalik selama perjalanan di sepanjang perbatasan selatan Lebanon.

Peristiwa itu terjadi ketika para pejuang Lebanon menghadapi tentara pendudukan saat  mereka menyerang Lebanon Selatan. Para pejuang dilaporkan berhasil menggagalkan rencana mereka dan menimbulkan kerusakan besar pada unit mereka, termasuk penghancuran pengangkut pasukan, tank Merkava, dan buldoser mereka.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler