Angka Pernikahan di Indonesia Turun, Apa Penyebabnya?
Menurut psikolog, generasi muda menyadari bahwa menikah bukan lagi sekadar cinta.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, angka pernikahan di Indonesia turun hingga 128 ribu dibandingkan 2022 menjadi 1,6 juta pada 2023. Secara keseluruhan, jumlah perkawinan turun 28,63 persen dalam satu dekade terakhir.
Psikolog dari Universitas Indonesia, Prof Rose Mini Agoes Salim, mengatakan ada banyak faktor yang memengaruhi keputusan seseorang terutama generasi Z untuk menikah. Salah satu faktor yang paling berpengaruh adalah masalah ekonomi.
Dia menyebut bagi generasi Z pernikahan bukan lagi sekadar menyatukan ikatan cinta, melainkan langkah besar yang memerlukan perencanaan finansial matang. Karena itu, dengan kondisi sulitnya mencari pekerjaan hingga meningkatnya harga kebutuhan pokok, membuat anak muda memilih untuk menunda pernikahan.
“Banyak anak muda melihat kondisi ekonomi negara kita belum stabil dan baik sehingga mereka berpikir, mereka aja sulit mendapat kerja, atau mungkin pekerjaannya sekarang tidak menjamin masa depan. Masalah ekonomi ini memengaruhi keputusan anak muda untuk tidak menikah dengan segera,” kata Prof Rose saat dihubungi Republika.co.id pada Selasa (5/11/2024).
Seiring ketatnya persaingan kerja, banyak juga generasi Z yang memilih untuk terjun ke dunia wirausaha. Prof Rose mengatakan membangun usaha sendiri membutuhkan etos kerja, kegigihan, dan kerja keras yang lebih menyita waktu. Kondisi ini pada akhirnya menjadi faktor tambahan bagi anak muda untuk menunda pernikahan.
"Saat membangun usaha sendiri itu perlu effort, kerja keras. Ini semua butuh waktu, sehingga mungkin bagi mereka enggak usah menikah cepat-cepat. Bagi mereka mungkin lebih menjajaki dulu apa yang sedang dijajaki, sampai semua mapan, dengan demikian mereka dapat melihat lebih baik kedepannya seperti apa," kata Prof Rose.
Dia juga sempat membuat survei sederhana mengenai keputusan menikah dan konsep childfree dengan responden generasi Z. Menurut Prof Rose, sebagian besar generasi Z yang dia libatkan dalam survei ini, cenderung beranggapan bahwa menunda pernikahan dan childfree adalah keputusan yang rasional.
“Jadi pernah dulu survei kecil-kecilan ke generasi Z. Mereka berpikir kalau pun menikah, sebaiknya enggak punya anak, karena takut enggak bisa memberikan fasilitas yang proper dengan situasi kondisi ekonomi seperti ini. Apalagi mereka masih struggling dengan diri mereka sendiri,” kata Prof Rose.
Namun dia menegaskan survei yang dilakukannya hanya dalam lingkup kecil, dan bukan penelitian ilmiah yang sudah teruji atau terverifikasi. Sehingga menurut dia, perlu ada penelitian lebih lanjut untuk menganalisa lebih detail dan komprehensif mengenai problematika ini.