Menhan Yoav Gallant Ungkap Tiga Alasan Mengapa Dirinya Dipecat oleh Netanyahu

Yoav Gallant menilai Israel saat ini berjalan tanpa petunjuk dalam kegelapan.

Gil Cohen-Magen/Pool Photo via AP
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant (kiri) menghadiri upacara di militer Mount Herzl pemakaman di Yerusalem, Israel, Ahad 27 Oktober 2024.
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu secara mengejutkan memecat Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant. Dalam keterangannya di Kirya, Tel Aviv beberapa jam setelah Netanyahu mengumumkan pemecatannya, Gallant menilai Israel saat ini berjalan tanpa petunjuk dalam kegelapan.

Gallant mengungkapkan bahwa dirinya dipecat atas dasar tiga alasan. Pertama, adalah sikap oposisinya terhadap undang-undang 'korup' yang diajukan oleh Netanyahu agar membebaskan kelompok ultra-orthodoks (heredim) dari wajib militer bergabung ke IDF. Gallant menilai pengecualian itu tidak bisa diterima merujuk pada tantangan keamanan yang akan dihadapi Israel beberapa tahun ke depan.

"Kita tidak boleh memperbolehkan undang-undang korup dan diskriminatif disahkan di Knesset dan mengecualikan puluhan ribu (heredim) dari ikut serta menanggung beban negara," ujar Gallant dikutip Jerusalem Post, Rabu (6/11/2024).

 

Alasan kedua dirinya dipecat adalah kesepakatan pertukaran sandera, yang menurut Gallant saat ini masih mungkin dilakukan meski akan berisiko pada "kompromi-kompromi yang menyakitkan", namun IDF akan tetap mampu menanganinya. Menurut Gallant, mengabaikan para sandera akan menjadi sebuah 'simbol Cain' (peringatan dari Tuhan) di kalangan rakyat Israel sehingga para sandera yang masih hidup harus dipulangkan.

Adapun alasan yang ketiga adalah keengganan Netanyahu membentuk Komisi Nasional Pencari Fakta untuk peristiwa 7 Oktober 2023, yang dinilai Gallant penting dalam rangka mengungkap kebenaran. Gallant menutup pernyataannya dengan penghormatan terhadap prajurit IDF, prajurit yang terluka dan keluarga sandera dan prajurit yang terbunuh di medan perang.

 

Netanyahu mengganti posisi Gallant dengan Menteri Luar Negeri Israel Katz yang dikenal sebagai kerabat sejak lama di dunia politik Israel. Katz pun berterima kasih kepada Netanyahu atas kepercayaan yang diberikan kepadanya.

"Saya menerima tangung jawab dengan sebuah misi dan dedikasi mendalam terhadap keamanan Negara Israel dan warga negaranya," kata Katz.

"Kita akan bekerja bersama untuk memimpin pertahanan menuju kemenangan atas musuh-musuh kita dan meraih tujuan perang: kembalinya para sandera sebagai misi moral paling penting, kehancuran Hamas di Gaza, kekalahan Hizbullah di Lebanon, mencegah agresi Iran, dan kembalinya dengan selamat para pemukim di utara dan selatan ke rumah mereka," kata Katz.

Mantan PM Israel, Naftali Bennet mengirim pesan kepada warga Israel pada Selasa sore waktu setempat, beberapa jam setelah Netanyahu mengumumkan pemecatan Gallant. "Untuk bangsa singa, kita memiliki kepemimpinan yang sakit dan gila. Saya memohon kepada para prajurit di semua front, jangan kehilangan fokus terhadap musuh. Kalian melindungan kami, dan kita, rakyat, akan memastikan untuk melindungai anda," kata Bennet.

"Jangan kehilangan harapan: perubahan sedang datang!" ujar Bennet menambahkan.

Sementara Presiden Isaac Herzog merespons pemecatan Gallant lewat sebuah unggahan di X, "Yang paling dibutuhkan Negara Israel saat ini adalah perubahan segera dan sebuah keretakan di tengah peperangan. Keamanan Negara Israel harus di atas segala pertimbangan," kata Herzog. 

Herzog mengingatkan warganya bahwa saat ini Israel tengah berada dalam salah satu masa yang paling sulit dan menantang. Namun, menurutnya, Israel tidak boleh mundur menuju karam.

"Perang masih berlangsung, dan tujuannya belum sepenuhnya tercapai. Anak-anak kita berjuang bahu membahu di medan perang, dan kepemimpinan saat ini berperan dengan penuh tanggung jawab saat ini," kata Herzog.

Dari kalangan oposisi seperti Ketua Partai Persatuan Nasional Benny Gantz, mengkritisi pemecatan Gallant. "Politik yang dibayar oleh keamanan nasional," sindir Gantz. 

Senada, anggota parlemen dari Partai Persatuan Nasional, Gadi Eisenkot menilai pemecatan menteri pertahanan tidak pernah terjadi sebelumnya dalam sebuah kabinet perang. "Sebuah hilangnya sikap ketenangan (dari Perdana Menteri) yang belum pernah terjadi sebelumnya."

"Pemecatan menteri pertahanan di tengah perang panjang dan menantang, termotivasi oleh kepentingan politik sesaat dan upaya untuk mendorong sebuah undang-undang, mencerminkan sebuah sikap tak bertanggung jawab yang belum pernah terjadi sebelumnya. Ini adalah bagian dari kampanye berlanjut dari Kantor Perdana Menteri untuk melemahkan institusi negara. Pemecatan Menteri Pertahanan Gallant dalam momen kritis, mengompromikan kepentingan nasional, melunturkan kepercayaan publik terhadap negara, dan menghancurkan kemampuan Israel untuk memenangi perang dan mencapai tujuan-tujuannya."

Gadi Eisenkot pun akan segera meminta diadakannya sesi pertemuan darurat di Knesset. Ia akan meminta pertemuan itu dihadiri oleh Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan.

Pemimpin oposisi Yair Lapid juga mengecam pemecatan Gallant. "Pemecatan Gallant di tengah peperangan adalah sebuah aksi gila," kata Lapid lewat X.

"Netanyahu mengorbankan keamanan Israel dan prajurit IDF untuk penyelamatan politik. Pemerintahan kanan menginginkan sebuah undang-undang yang curang soal siapa yang ikut wajib militer," kata Lapid, melanjutkan.

Lapid pun meminta anggota Partai Yesh Atid dan rakyat Israel turun ke jalan menyatakan protes. Sama seperti Lapid, Ketua Partai Demokrat, Yair Golan juga menyerukan aksi turun ke jalan, "Turun ke jalan-jalan," serunya.

Warga Israel berdemonstrasi setelah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memecat menteri pertahanan Yoav Gallant, di Tel Aviv, Israel, Selasa, 5 November 2024. - (AP Photo/Oded Balilty)

Forum keluarga yang anggota keluarganya masih menjadi sandera Hamas, mengeluarkan pernyataan keprihatinan mereka atas pemecatan Gallant. Mereka menilai, langkah pemecatan Gallant sebagai aksi sabotase berlanjut terhadap upaya negosiasi pembebasan sandera.

Forum keluarga sandera mendesak Menteri Pertahanan yang baru untuk, "berkomitmen secara eksplisit untuk mengakhiri perang dan terlibat dalam perjanjian komprehensif demi pemulangan segera semua sandera."

Mereka menggambarkan pemecatan Gallant sebagai sebuah refleksi menyedihkan dari cacatnya prioritas pemerintahan Netanyahu. Padahal, menurut mereka, Israel sudah berhasil mencapai tujuan utama perang di Gaza, seperti pelengseran kepemimpinan Hamas, penghancuran infrastruktur militer musuh, memblok Koridor Philadepi, dan membunuh pemimpin Hamas. Sehingga, menurut mereka, sekaranglah saatnya untuk, "membuat kesepakatan komprehensif soal pembebasan sandera dan mengakhiri perang."

Forum Bisnis Israel, yang terdiri atas 200 pebisnis termasuk Harel Wiesel, Liora Ofer, Dana Azrieli, dan lainnya, juga mengeluarkan pernyataan bersama, tak lama setelah pemecatan Gallant. Mereka menulis, "Pemecatan seorang menteri pertahanan dan menunjuk menteri lain yang tanpa pengalaman keamanan di tengah perang sangat jelas tak berlasan. Ini adalah langkah bahaya yang membahayakan Israel di tengah perang panjang. Ini adalah pukulan telak kepada rakyat dan hadiah untuk para musuh."

"Seorang perdana menteri yang lebih mementingkan keselamatan karier politiknya daripada keselamatan negara tidak berhak tetap menjabat di posisinya," lanjut pernyataan Forum Bisnis Israel.

Israel melawan PBB - (Republika)

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler