Sejarah Islam di Amerika
Umat Islam menjadi bagian dari sejarah panjang Amerika Serikat.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kaum Muslim di Amerika Serikat (AS) saat ini termasuk kelompok minoritas. Namun, persebaran Islam di Benua Amerika ternyata memiliki sejarah yang panjang.
Profesor Barry Fell, misalnya, menjelaskan bahwa kehadiran Muslim di Benua Amerika sudah terlacak sejak sekitar abad ketujuh Masehi. Dalam Saga America (1980), akademisi Universitas Harvard ini menyajikan beragam bukti ilmiah. Ia menyimpulkan, orang Islam dari pantai barat dan utara Afrika telah mendarat di Amerika tiga abad sebelum Christopher Columbus sampai, pada 1492.
Di Amerika, kaum Muslim sejak abad ke-11 sudah mendirikan banyak sekolah, masjid, dan pusat masyarakat di daerah-daerah yang kini dikenal sebagai Nevada, Colorado, New Mexico, dan Indiana. Bukti lainnya, sedikitnya ada 565 nama kota atau wilayah di AS dan Kanada yang memiliki akar kata bahasa Arab.
Misalnya, Mecca, Medina, Cairo, atau Mahomet (Muhammad). Demikian pula dengan Laut Karibia (qarib, bahasa Arab) dan Kuba (Quba).
Menurut Dr Ivan Van Sertima, Dr TB Irving, dan Adib Rashad, Islam pertama kali hadir di AS melalui kaum Muslim berkulit hitam Afrika. Mereka datang ke Amerika 180 tahun sebelum Columbus. Tentu saja mereka membawa kewajiban Islam, termasuk puasa.
Dalam buku Islam, Black Nationalism and Slavery, Adib Rashad mencatat, "Penjelajah dan saudagar Muslim Afrika di bawah arahan Khalifah Mansa Abubakari Muhammad ... menjelajahi banyak bagian Amerika, termasuk apa yang sekarang dikenal sebagai Amerika Serikat."
Rashad juga menyatakan, kaum Muslim Afrika "berdagang, menyebarkan Islam, menikahi dan mengIslamkan pribumi Amerika."
Sepanjang abad ke-17 hingga abad ke-18, praktik perbudakan berlangsung di seluruh koloni Eropa di Amerika. Banyak pula orang-orang Muslim kulit hitam yang jatuh ke dalam perbudakan.
Secara keseluruhan, budak-budak Muslim itu dilarang menjalankan ibadah Islam, semisal puasa pada bulan Ramadhan. Lecutan cemeti menjadi hukuman bagi Muslimin tersebut yang diketahui sedang berpuasa atau mengajarkan Islam.
Akan tetapi ada juga pemilik budak yang toleran terhadap para budak Muslim dan memperbolehkan mereka menjalankan rukun Islam.
Dikisahkan, Sali-Bul Ali adalah seorang budak di sebuah perkebunan. James Coupor, si pemilik budak tersebut menuturkan, sebagaimana dinukil dalam buku Slave Religion, "Ia pengikut Muhammad yang setia. Ia berpantang minum minuman keras dan menjalankan berbagai jenis puasa, terutama puasa Ramadhan."
Sebagian budak Muslim di Amerika tersebut berasal dari kerajaan-kerajaan kuno Afrika. Pangeran Abdul Rahman menelusuri asal usulnya ke Kesultanan Moor yang terkenal karena berhasil menaklukkan dan memajukan Spanyol.
Salih Bilai adalah anggota komunitas Foulah di Sudan, yang terkenal sebagai keturunan raja-raja Gembala Mesir. Leluhur Job Ben Solomon konon dapat ditelusuri hingga ke Sulaiman dan Ibrahim AS.
Dalam perkembangan selanjutnya, banyak imigram Muslim dari Asia berusaha membawa Islam ke negeri Amerika, terutama usai Perang Saudara (Civil War) 1861-1865. Gerakan Ahmadiyah, yang didirikan di India, masuk ke Amerika Serikat pada 1921. Mereka menarik banyak warga kulit hitam pengikut Sekte Garveyite dengan menawarkan suatu solusi bagi masalah orang Negro. Penyanyi Dakota Station adalah salah satu dari banyak pemusik berkulit hitam terkenal yang diislamkan oleh Ahmadiyah.
Syekh Al-haj Dooud Ahmet Faisal yang berlatar belakang Karibia dan Maroko, kemudian mendirikan Pusat Dakwah Islam Amerika pada 1928 di State St. 143, Brooklyn. Seperti halnya Ahmadiyah, sang syekh mengajarkan Alquran, kehidupan Nabi Muhammad, kelima rukun Islam, termasuk puasa Ramadhan.
Pada awal abad ke-20, Nobel Drew Ali mendirikan Kuil Ilmu Pengetahuan Moor. Inilah organisasi Islam pertama yang terdaftar secara resmi di Amerika Serikat. Drew Ali pada akhirnya menginspirasi berdirinya Nation of Islam (NoI).
Seperti Ali, Wallace D Fard tiba di Detroit pada 4 Juli 1930 dengan ajaran yang jauh menyimpang dari ajaran Islam. Selanjutnya Fard hilang setelah polisi Detroit menahannya. Ajudan kepercayaannya, Elijah Muhammad, menjadi pemimpin NoI.
Elijah mengajarkan bahwa dirinya, bukan Nabi Muhammad SAW, adalah utusan Allah yang terakhir. Ia melecehkan bagian-bagian Alquran. Juga, dirinya memerintahkan para pengikutnya untuk berpuasa Ramadhan pada bulan Desember, berlawanan dengan cara kaum Muslim sedunia.
Elijah mengangkat Malcolm X sebagai juru bicaranya. Belakangan, Malcolm berpisah jalan dengan Elijah dan kembali menjalankan praktik-praktik keislaman secara benar.
Pada 1975, Imam Warith D Mohammad, anak Elijah, mengambil alih kepemimpinan NoI sejak ayahnya meninggal. Seperti Malcolm, Warith menolak ajaran ayahnya, dan membawa NoI kepada Alquran dan Sunnah secara holistik.
Saat ini, Islam adalah agama terbesar ketiga di Amerika Serikat, yakni setelah Kristen (67 persen) dan Yahudi (2,4 persen). Menurut survei pada 2020, sekira 4,4 juta penduduk AS atau 1,34 persen dari total populasi adalah Muslim.