Bank Indonesia Sampaikan Perkembangan Indikator Stabilitas Nilai Rupiah Hingga 15 November
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup pada level (bid) Rp 15.850 per dolar AS.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) merilis perkembangan indikator stabilitas nilai tukar rupiah pada 11—15 November 2024. Data dihimpun berdasarkan kondisi perekonomian global dan domestik terkini.
BI mencatat pada perdagangan Kamis (14/11/2024), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup pada level (bid) Rp 15.850 per dolar AS. Adapun yiel surat berharga negara (SBN) 10 tahun naik ke 6,93 persen.
Sedangkan indeks dolar (DXY/indeks yang menunjukkan pergerakan dolar terhadap enam mata uang negara utama lainnya mencakup euro, yen Jepang, poundsterling Inggris, dolar Kanada, krona Swedia, dan franc Swiss) menguat ke level 106,67. Dan yield US treasury (UST) note 10 tahun turun ke level 4,435 persen.
“Pada pagi hari Jumat, 15 November 2024, rupiah dibuka pada level (bid) Rp 15.880 per dolar AS. Yield SBN 10 tahun naik ke 6,94 persen,” kata Kepala Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso dalam keterangan resmi, dikutip Sabtu (16/11/2024).
Terkait aliran modal asing, premi credit default swap (CDS) Indonesia 5 tahun per 14 November 2024 sebesar 70,24 bps, naik dibanding dengan 8 November 2024 yang sebesar 67,96 bps.
“Berdasarkan data transaksi 11-14 November 2024, nonresiden tercatat jual neto sebesar Rp 7,42 triliun, terdiri dari jual neto sebesar Rp 4,12 triliun di pasar saham, beli neto sebesar Rp 0,35 triliun di pasar SBN, dan jual neto sebesar Rp 3,65 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI),” terangnya.
Menurut catatan BI, sepanjang 2024, berdasarkan data setelmen sampai dengan 14 November 2024, nonresiden tercatat beli neto sebesar Rp 30,88 triliun di pasar saham, Rp 37,29 triliun di pasar SBN dan Rp 192,98 triliun di SRBI.
Denny melanjutkan, pada semester II/2024, nonresiden tercatat beli neto sebesar Rp 30,54 triliun di pasar saham, Rp 71,24 triliun di pasar SBN dan Rp 62,63 triliun di SRBI.
“Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia,” ujar dia.