Pilkada 2024 dan Kisah Gubernur Miskin 

Kepentingan rakyat adalah segalanya bagi gubernur.

AP / Marco Ugarte
Gubernur miskin ini hanya memiliki pelana kuda, pedang, dan perisai di rumahnya (ilustrasi).
Rep: Fuji Eka Permana Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pemilihan kepala daerah (Pilkada) 2024 digelar hari ini, Rabu 27 November 2024. Masyarakat akan memilih bupati, walikota dan gubernur di wilayah mereka. 

Baca Juga


Bupati, walikota dan gubernur terpilih akan menjadi pemimpin rakyat dan penguasa di wilayahnya. Bicara mengenai pemimpin dan penguasa, teringat kisah gubernur Muslim yang memilih jalan hidup sederhana bahkan miskin meski dengan kekuasaannya bisa memiliki banyak harta. Sebab, kepentingan rakyatnya adalah segalanya bagi gubernur Muslim ini. 

Gubernur Muslim ini sangat takut terhadap Allah SWT yang akan meminta pertanggungjawaban di akhirat kelak kepadanya. Karena itu, ia tidak mau jatuh cinta terhadap dunia, tidak mau tenggelam dalam asiknya kemewahan, dan tidak mau memanfaatkan kursi kekuasaan untuk kepentingan dirinya dan keluarganya. 

Gubernur Muslim yang miskin ini bernama Abu Ubaidah Amir bin Abdullah bin al-Jarrah Radhiyallahu anhu, ia adalah sahabat Nabi Muhammad SAW. Abu Ubaidah adalah Muhajirin dari kaum Quraisy Makkah yang termasuk paling awal memeluk agama Islam. 

Abu Ubaidah adalah seorang sahabat yang terpercaya dan dicintai Nabi Muhammad SAW. Abu Ubaidah mengikuti setiap pertempuran dalam membela Islam, dia juga menjadi panglima perang yang sangat memperhatikan keselamatan tentaranya.

 

Dikisahkan Hisyam bin ‘Urwah saat Abu Ubaidah menjabat sebagai Gubernur Syam. Suatu ketika Umar bin Khattab yang menjadi Khalifah mendatangi negeri Syam. Kedatangannya tersebut disambut oleh para pemimpin dan pejabat negara. 

Khalifah Umar bertanya, "Di manakah saudaraku?" Mereka menjawab, "Siapakah dia?"

Umar menjawab lagi, "Abu Ubaidah." Lalu mereka menjawab, "Dia akan datang kepadamu sekarang."

Dalam waktu yang tidak lama, datanglah Abu Ubaidah sambil menaiki seekor unta yang hidungnya diikat oleh tali. Dia mengucapkan salam kepada Umar bin Khattab, kemudian berkata kepada orang-orang, "Tinggalkanlah kami."

Maka Umar bin Khattab berjalan bersama Abu Ubaidah hingga tiba di rumahnya. Ternyata di dalam rumah Abu Ubaidah tersebut, Umar bin Khattab tidak mendapati barang apapun kecuali pedang, perisai, dan pelana kuda. 

 

Maka, Umar bin Khattab yang menjabat sebagai Khalifah berkata, "Mengapa kamu tidak mengumpulkan harta?"

Abu Ubaidah menjawab, "Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya barang-barang ini yang bisa mengantarkan kami ke akhirat dengan selamat."

Dikutip dari buku 150 Kisah Umar bin Khattab yang ditulis Ahmad Abdul Al Al-Thahthawi yang disunting, diterjemahkan dan diterbitkan kembali PT Mizan Pustaka, 2016. Dari kisah tersebut, dapat diambil pelajaran bahwa Abu Ubaidah tidak memanfaatkan jabatannya sebagai Gubernur Syam untuk mengumpulkan harta dunia. Sebagai pejabat atau gubernur, hartanya tidak bertambah banyak.

Dalam riwayat lain, Abu Ubaidah berkata kepada Umar bin Khattab, "Untuk apakah kau datang ke rumahku? Sesungguhnya aku takut kau tak kuasa menahan air matamu begitu mengetahui keadaanku nanti.”

Sebab Umar bin Khattab mendapati rumah Abu Ubaidah sebagai Gubernur Syam kosong melompong, tanpa perabotan mewah. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler