Dorong Segera Solusi 2 Negara, Presiden China: Palestina Berhak Merdeka
China mendukung kemerdekaan Palestina sepenuhnya
REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL - Implementasi solusi dua negara, termasuk pembentukan negara Palestina yang merdeka dan berdaulat penuh berdasarkan perbatasan 1967 beserta Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya, adalah "fundamental" bagi perdamaian di Palestina, kata Presiden China Xi Jinping.
Xi menekankan kepentingan mendesak untuk menghentikan perang serta dan meredakan ketegangan di kawasan dengan sepenuhnya melaksanakan resolusi Dewan Keamanan PBB yang relevan, menurut pernyataan Dewan Negara China, Rabu (27/11/2024).
Pemimpin China itu kembali menegaskan dukungan negaranya pada hak-hak "sah" rakyat Palestina, termasuk hak atas kenegaraan, eksistensi, dan hak untuk kembali ke tanah mereka.
Dia juga menyerukan keanggotaan penuh Palestina di Perserikatan Bangsa-Bangsa serta penyelenggaraan konferensi perdamaian internasional yang inklusif dan efektif.
China, lanjut Xi, akan terus bekerja sama dengan komunitas internasional untuk mengakhiri perang serta memberikan bantuan kemanusiaan ke Gaza melalui Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA).
China juga akan terus mendorong upaya menuju resolusi yang "komprehensif, adil, dan langgeng" berdasarkan kerangka solusi dua negara, ujarnya.
Sementara itu, Kelompok G7 pada Selasa (26/11/2024) mengeluarkan seruan tegas bagi penghentian kekerasan, yang terus meningkat di Timur Tengah, serta memperingatkan dampak serius dari konflik yang berkepanjangan terhadap kemanusiaan dan geopolitik.
Dalam pernyataannya, G7 menegaskan pentingnya gencatan senjata segera, khususnya di Jalur Gaza dan sepanjang Garis Biru di Lebanon. Kelompok tersebut juga menyerukan kepatuhan pada hukum internasional dan peningkatan bantuan kemanusiaan.
G7 menyampaikan keprihatinan mendalam atas kekerasan yang semakin intensif di Gaza, Tepi Barat yang diduduki, dan sepanjang Garis Biru. Kelompok itu menyoroti dampak buruk terhadap warga sipil dan infrastruktur penting.
BACA JUGA: Serangan Hizbullah Paling Besar Paksa Jutaan Warga Israel Sembunyi, Ini Kata Pakar Militer
Pernyataan tersebut juga menyoroti krisis pengungsian di Lebanon karena semakin banyak orang telantar dan pengungsi mencari perlindungan akibat konflik antara Israel dan Hizbullah.
G7 mendesak semua pihak untuk menghormati hukum humaniter internasional dan memprioritaskan kembalinya para pengungsi secara aman ke tempat mereka berasal.
Dalam konteks kekerasan itu, kelompok G7 mengecam serangan terhadap Pasukan Interim PBB di Lebanon (UNIFIL) yang telah melukai sejumlah penjaga perdamaian serta merusak fasilitas. G7 menyerukan penguatan peran UNIFIL dan Angkatan Bersenjata Lebanon untuk menjaga stabilitas.
Kelompok ini juga menyatakan dukungan kuat untuk Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), yang dianggapnya memiliki peran penting dalam menyediakan bantuan dan layanan di Gaza, Tepi Barat, serta Yerusalem Timur.
G7 mendesak pemerintah Israel untuk memenuhi kewajiban internasional yang melekat padanya dengan memastikan akses kemanusiaan terhalang dan penyediaan layanan dasar bagi warga sipil tidak terhalang.
Kritik terhadap kekerasan di Tepi Barat
Kekerasan yang meningkat di Tepi Barat mendapat kritik tajam dari G7. Mereka yang mengecam ekspansi pemukiman Israel, kekerasan oleh pemukim, serta tindakan-tindakan lain yang mengancam kelangsungan solusi dua negara.
Kelompok ini juga mendesak Israel untuk menyalurkan pendapatan pajak yang ditahan dan mengambil langkah-langkah untuk menstabilkan ekonomi Palestina.
Dalam komitmennya terhadap proses perdamaian Timur Tengah, G7 menekankan pentingnya menyatukan Jalur Gaza dan Tepi Barat di bawah otoritas Palestina. Mereka menyerukan upaya internasional baru untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan tercapainya perdamaian yang dinegosiasikan dan berkelanjutan antara Israel dan Palestina.
Di tengah krisis kemanusiaan yang memburuk, G7 mendesak semua pihak untuk memprioritaskan dialog dan diplomasi, dan menegaskan bahwa resolusi politik adalah satu-satunya jalan menuju perdamaian yang berkelanjutan di kawasan tersebut.
BACA JUGA: Munculnya Api Besar di Tanah Hijaz Tanda Kiamat, Apakah Sudah Terjadi?
Serangan mematikan Israel di Gaza terus berlanjut sejak kelompok perjuangan Palestina, Hamas, menyerbu Israel pada 7 Oktober 2023. Israel kemudian melancarkan serentetan pembalasan hingga menyebabkan lebih dari 44.200 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, kehilangan nyawa.
Gempuran Israel telah memaksa hampir seluruh populasi Gaza mengungsi. Blokade yang dilakukan Israel telah menyebabkan kekurangan parah pada makanan, air bersih, dan obat-obatan hingga mendorong penduduk ke ambang kelaparan.
Di Mahkamah Internasional, Israel menghadapi gugatan genosida atas perang brutal yang dilancarkannya di Gaza.