Beragamnya Guru-Guru Imam Syafii
Imam Syafi'i dikenal karena dedikasinya menuntut ilmu dari banyak guru.
REPUBLIKA.CO.ID,Imam Syafi’i, salah satu imam besar dalam dunia Islam, dikenal tidak hanya cemerlang dalam ilmu fikih tetapi juga karena dedikasinya dalam menuntut ilmu dari banyak guru. Dari berbagai wilayah, beliau berguru kepada ulama-ulama besar yang membentuk dasar keilmuan dan akhlaknya. Berikut beberapa guru yang memiliki pengaruh besar dalam perjalanan intelektual Imam Syafi’i.
Wilayah Hijaz
Di Hijaz, Imam Syafi’i berguru kepada beberapa ulama terkemuka. Salah satunya adalah Sufyan bin Uyainah, seorang ahli hadis terkemuka yang lahir di Kufah pada tahun 107 H dan wafat di Makkah tahun 198 H. Sufyan bin Uyainah diakui sebagai rujukan utama dalam hadis dan tafsir. Imam Syafi’i memuji gurunya ini sebagai sosok yang paling matang dalam berfatwa dan paling fasih menjelaskan hadis.
Guru lainnya adalah Muslim bin Khalid az-Zanji, seorang mufti kota Makkah yang lebih banyak berfokus pada fikih. Karena kecerdasannya, Imam Syafi’i mendapatkan izin berfatwa dari Muslim bin Khalid saat masih berusia 15 tahun. Selain itu, Imam Syafi’i juga belajar kepada Imam Malik bin Anas, pendiri mazhab Maliki, yang dikenal sebagai pemimpin ilmu di Madinah. Imam Malik memberikan pengaruh besar pada pemahaman fikih Imam Syafi’i.
Wilayah Irak
Ketika di Irak, Imam Syafi’i memperluas ilmunya dengan belajar kepada Muhammad bin al-Hasan asy-Syaibani, seorang ulama besar mazhab Hanafi. Asy-Syaibani dikenal sebagai murid Imam Abu Hanifah dan penulis karya-karya utama mazhab Hanafi.
Imam Syafi’i juga belajar kepada Waki’ bin al-Jarrah, seorang ahli hadis yang terkenal dengan kedalaman ilmunya. Kepada gurunya ini, Imam Syafi’i pernah mengeluh tentang lemahnya hafalan dan mendapatkan nasihat untuk meninggalkan maksiat karena ilmu adalah cahaya Allah.
Guru lainnya termasuk Abdul Wahab bin Abdul Majid ats-Tsaqofi, seorang ahli hadis yang juga menjadi rujukan bagi Imam Ahmad bin Hanbal, serta Ismail bin Ibrahim al-Bashri, ulama hadis terkenal yang hidup di Kufah.
Keberagaman latar belakang para gurunya ini memberikan Imam Syafi’i landasan keilmuan yang luas, mencakup fikih, hadis, dan tafsir. Dengan warisan ilmu dari gurunya, Imam Syafi’i berhasil mengembangkan mazhab Syafi’i yang menjadi salah satu rujukan utama dalam fikih Islam hingga saat ini.