Mengasihi Perempuan
Islam menghormati dan melindungi kaum perempuan
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- "Yang terbaik di antara kamu adalah yang paling baik pada perempuan." Demikian hadis Rasulullah SAW, seperti diriwayatkan Ibnu Majah.
Dalam bahasa Arab, perempuan disebut juga "hurmah" atau ciptaan yang mulia, terhormat. Dalam konotasi lain, berarti 'makhluk yang harus dilindungi.'
Pada zaman jahiliyah, perempuan dianggap sebagai benda yang diwarisi. Kehormatannya seperti tiada harganya. Dan ketika Islam datang, perempuan dimuliakan oleh Islam.
Bahkan, mereka dalam Islam berhak menerima hak waris. Memang, satu di antara beberapa fungsi diutusnya Nabi Muhammad SAW ialah mengangkat derajat perempuan ke tingkat yang luhur dan tinggi.
Hak yang paling besar yang diperoleh perempuan setelah datangnya Islam ialah naiknya kedudukan perempuan, sehingga sama dengan laki-laki (QS Al-Ahzab: 35). Bahkan, dalam beberapa hal perempuan diangkat sedemikian tingginya, yang menunjukkan kemuliaannya.
Di dalam Alquran, kita temukan surah khusus "An Nisaa," dan tidak kita temukan surah "Ar Rijal" (laki-laki). Dalam hadis Nabi SAW, juga banyak sekali wejangan beliau yang memerintahkan untuk menghormati dan melindungi perempuan. Beliau juga menganjurkan untuk lebih memperhatikan anak perempuan.
Kekuatan suatu bangsa, dan kejayaan satu negara terletak pada kaum hawa ini. Ada satu ungkapan yang diperdebatkan oleh ulama, apakah ungkapan itu termasuk hadis nabi atau bukan, yang artinya: ''Perempuan adalah tiang negara, jika perempuan itu baik maka negara akan kuat, tetapi jika perempuan rusak, maka hancurlah negara itu.''
Dari ungkapan itu, kita dapat memahami betapa pentingnya menjaga kesucian perempuan.
Rasulullah saw memberikan tuntunan kepada umatnya tentang keluhuran dan kesucian yang luar biasa pada wanita, sehingga kaum Muslimin wajib menjaganya. Tuntunan itu disampaikan Rasulullah SAW dalam ungkapan yang sangat lembut sekali: "Menyentuh bara api lebih baik daripada menyentuh perempuan."
Kata-kata menyentuh perempuan bukan berarti jabat tangan atau memegang, tetapi menyentuh di sini berarti berzina atau memperkosa. Rasulullah SAW melihat bahaya memperkosa perempuan lebih besar daripada memegang bara api.
Bahaya yang paling menonjol ialah hancurnya nilai-nilai dan sendi kehidupan serta sendi keimanan, yang telah meletakkan manusia pada derajat yang tinggi.
Selain itu, perkosaan juga membuat dunia internasional akan memandang pelakunya sebagai bangsa yang tidak beradab, tidak bermoral, dan tidak berbudaya.
Dan karena berita kasus perkosaan di Indonesia ini begitu gencar, secara tidak langsung umat Islam pun terkena tudingan dan getahnya sebagai umat yang jumlahnya mayoritas. Citra Islam pun menjadi ikut tercemar.
Inilah yang pernah diungkapkan oleh pemikir Islam Muhammad Abduh. Dia pernah berkata, "Cahaya Islam itu pudar oleh akhlak umat Islam."
Rasulullah SAW telah mengajarkan kepada kita bahwa kemakmuran suatu bangsa -- salah satunya -- ditentukan oleh kemampuan bangsa itu menjaga kesucian keturunan dengan nikah dan menjauhi perzinaan, apalagi perkosaan.