Bolehkah Dai Melontarkan Kata Gobl*k Saat Ceramah? Ini Kata Komisi Dakwah MUI

MUI mengimbau semua dai di tanah air untuk mengedepankan bahasa yang sopan.

Republika/Thoudy Badai
Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ahmad Zubaidi
Rep: Fuji EP Red: A.Syalaby Ichsan

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Viralnya ceramah Miftah Maulana Habiburokhman karena melontarkan kata gobl'ok kepada seorang pedagang es teh menuai polemik. Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ahmad Zubaidi pun mengungkapkan, bagaimana sebenarnya aturan dalam Islam saat seorang dai mengeluarkan kata-kata hinaan kepada jamaah saat berceramah.

Baca Juga


Menurut Kiai Zubaidi, pada dasarnya umat Islam tidak dibolehkan berkata-kata yang kasar, berkata-kata yang jorok dan keji, serta berkata-kata yang merendahkan orang lain dalam konteks apapun itu.

"Baik dalam konteks candaan apalagi dalam konteks dakwah (jangan berkata-kata kasar, keji, jorok dan merendahkan) karena dakwah harus mengedepankan bahasa-bahasa yang halus, yang sopan, yang mendidik," kata Kiai Zubaidi kepada Republika, Rabu (4/12/2024).

Kiai Zubaidi menegaskan, jangan sampai kata-kata pendakwah justru menjadi contoh yang buruk. Menurut dia, ketika seorang pendakwah berkata-kata buruk tentu akan ditiru oleh masyarakat khususnya anak-anak kecil yang belum paham. 

"Nanti anak-anak akan meniru itu (kata-kata buruk yang dilontarkan pendakwah) karena dianggapnya bahwa pendakwahnya saja berkata kasar, berkata-kata yang jorok dan berkata-kata yang menghina, maka nanti seolah itu ada permisivisme, ada pembolehan," ujar Kiai Zubaidi.

 

Menurut dia,  Rasulullah SAW pun melarang perkataan buruk. Untuk itu, seorang dai seharusnya bersikap dan berperilaku bijaksana. Selaiaknya pendakwah itu memberikan motivasi dan harus memberikan semangat di dalam bekerja, dan dalam mencari kesuksesan.

"Seumpamanya ingin bercanda, dengan bercandaan yang lebih baik lagi dan yang lebih mendidik lagi, candaan itu tidak harus isinya dengan kata-kata yang tidak senonoh, kasar, jorok atau berbau hinaan," tegas Kiai Zubaidi.

Kiai Zubaidi mengatakan, candaan yang dikemas dalam kecerdasan akan menghasilkan sesuatu yang bagus. Bercanda dengan baik biasanya digunakan untuk membuat strategi supaya dakwah tidak membosankan, tapi kontennya tetap yang baik dan mendidik.

"Saya kira imbauan saya kepada para dai di seluruh Tanah Air untuk senantiasa dalam berdakwah itu mengedepankan bahasa-bahasa yang sopan, yang santun, mendidik dan menjauhi kata-kata kotor dan jorok, hindari kata-kata yang ada penghinaan apapun konteksnya supaya dakwah kita ini bisa berjalan dengan baik dan tentu para dai kita tetap diapresiasi oleh masyarakat kita," kata dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler