Miftah Mundur dari Utusan Presiden, Ini Kata Muhammadiyah
Dengan mundurnya Miftah, diharapkan persoalan terkait olok-olok ini bisa selesai.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Anwar Abbas menyatakan keputusan Miftah Maulana untuk mundur dari jabatan Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Umat Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan merupakan langkah patut dihormati.
"Hal yang dilakukan oleh Gus Miftah ini tentu patut kita hormati. Mudah-mudahan dengan telah adanya keputusan mundur dari Gus Miftah dari jabatannya, masalah ini akan bisa berakhir dengan baik," ujar Anwar Abbas saat dihubungi dari Jakarta, Jumat.
Sebelumnya, Miftah Maulana menyatakan mundur dari jabatannya sebagai Utusan Khusus Presiden. Keputusan tersebut diambil setelah ucapan Miftah yang dinilai oleh sebagian kalangan sebagai merendahkan tukang es di acara pengajian menuai kritik publik.
Anwar Abbas mengatakan sebagai seorang dai yang sudah berpengalaman dan banyak menghadapi dinamika, Miftah Maulana tentu lebih paham apa yang terbaik bagi dirinya dan publik, terutama di tengah tekanan dan kritik yang begitu besar.
Menurutnya, Miftah memilih mundur untuk menghindari dampak yang lebih luas, terutama agar Presiden Prabowo Subianto tidak terseret oleh polemik yang muncul.
"Oleh karena itu sebagai ungkapan rasa cinta dan hormatnya kepada Presiden Prabowo maka Gus Miftah lebih memilih mundur dari jabatannya di pemerintahan," kata dia.
Anwar berharap dengan mundurnya Miftah dari jabatannya, permasalahan ini dapat diselesaikan dengan baik dan tidak berlarut-larut.
Sebelumnya, Istana Kepresidenan menghormati keputusan pendakwah Miftah Maulana Habiburrahman yang akrab disapa Gus Miftah yang mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Utusan Khusus Presiden.
"Kita hormati keputusan beliau," kata Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi.
Hasan belum mendapat informasi apakah Miftah akan diganti karena keputusan itu merupakan hak prerogatif Presiden Prabowo Subianto.
Sementara pendakwah Miftah Maulana berkukuh mempertahankan karakter dakwahnya kendati bakal lebih berhati-hati dalam memilih diksi.
"Karakter itu tetap akan saya pertahankan cuman dengan pemilihan kata dan diksi yang mungkin lebih berhati-hati," ujar Miftah.*