Curi Tanah Suriah, Netanyahu: Kami akan Duduki Dataran Tinggi Golan Selamanya

Netanyahu telah memerintahkan pasukan Zionis untuk bergerak ke Zona Penyangga.

AP Photo/Pamela Smith
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu
Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa Dataran Tinggi Golan, yang diduduki Israel selama hampir 60 tahun, akan tetap menjadi bagian dari Israel 'selamanya'. Hal itu disampaikan Netanyahu di tengah meningkatnya kritik terhadap pengambilalihan Israel atas zona penyangga yang sebelumnya didemiliterisasi di wilayah yang dikuasai Suriah.

Baca Juga


Berbicara dalam konferensi pers di Yerusalem, Netanyahu mengatakan kendali Israel atas dataran tinggi itu untuk memastikan keamanan dan kedaulatan Israel. "Golan akan menjadi bagian dari Negara Israel untuk selamanya," ujarnya. 

Selama akhir pekan, Netanyahu memerintahkan pasukan Zionis untuk bergerak ke zona penyangga yang dipatroli PBB. Mereka juga menyerang wilayah Suriah yang diklaim sebagai depot senjata rezim dengan serangan udara. Langkah tersebut diambil selepas kemenangan mengejutkan pemberontak Suriah atas Bashar al-Assad.

PBB mengatakan pada Senin bahwa tindakan tersebut merupakan pelanggaran perjanjian pelepasan diri tahun 1974 antara Israel dan Suriah.

"Tidak boleh ada pasukan atau aktivitas militer di wilayah pemisahan. Dan Israel dan Suriah harus terus menegakkan ketentuan perjanjian tahun 1974 itu, dan menjaga stabilitas di Golan,” kata Stéphane Dujarric, juru bicara sekretaris jenderal PBB, António Guterres.

 

Sebagian besar dataran tinggi Golan telah diduduki oleh Israel sejak 1967. Dataran tinggi tersebut dianeksasi sepenuhnya pada 1981, sebuah tindakan yang tidak diakui oleh sebagian besar masyarakat internasional.

Menteri Luar Negeri Israel, Gideon Saar, mengatakan serangan udara tersebut dilakukan untuk mencegah senjata jatuh ke tangan mereka yang mungkin ingin menyakiti Israel dan warganya.

"Itulah sebabnya kami menyerang sistem persenjataan strategis, misal, senjata kimia yang tersisa, atau rudal dan roket jarak jauh agar tidak jatuh ke tangan para ekstremis," katanya.

Assad secara luas diyakini masih memiliki sejumlah besar senjata kimia.

Pengerahan pasukan Israel ke wilayah Suriah segera disambut dengan kekhawatiran di antara warga Suriah dan lainnya bahwa Israel akan berusaha untuk menduduki atau mencaplok wilayah tersebut secara permanen.

Yordania, yang bertetangga dengan Golan dan merupakan mitra utama Israel di wilayah tersebut, menggambarkan pengerahan pasukan Israel sebagai pelanggaran hukum internasional.

"Kami mengutuk fakta bahwa Israel telah memasuki wilayah Suriah dan mengambil alih kendali zona penyangga," kata menteri luar negeri Yordania, Ayman Safadi, kepada parlemen.

Kementerian luar negeri Arab Saudi mengutuk tindakan tersebut sebagai tindakan sabotase.

"Perebutan zona penyangga di Dataran Tinggi Golan ... menegaskan pelanggaran berkelanjutan Israel terhadap aturan hukum internasional, dan tekadnya untuk menyabotase peluang Suriah dalam memulihkan keamanan, stabilitas, dan integritas teritorialnya."

Seorang juru bicara departemen luar negeri AS mengatakan serangan itu hanya bersifat 'sementara', tetapi tidak memberikan jadwal penarikan pasukan.

Sumber-sumber militer Suriah mengatakan kepada Reuters bahwa semalam, Israel menyerang konvoi Hizbullah yang terdiri dari 150 kendaraan lapis baja di rute yang terkenal untuk mengangkut senjata dan material dari Suriah ke Lebanon, tempat kelompok Syiah itu bermarkas.

Syrian Observatory for Human Rights yang berbasis di Inggris mengatakan Israel juga telah menargetkan beberapa lokasi di pesisir dan selatan Suriah pada malam sebelumnya. Gambar-gambar yang diverifikasi dari bandara militer Mezzeh, di pinggiran Damaskus, menunjukkan helikopter dan jet yang hancur.

Sejak perang saudara Suriah meletus pada tahun 2011, Israel telah melakukan ratusan serangan udara di negara itu, terutama menargetkan tentara Suriah dan kelompok-kelompok sekutu yang didukung Iran. Israel jarang mengomentari tindakan di Suriah tetapi telah berulang kali mengatakan tidak akan membiarkan Iran mempertahankan pijakannya di sana.

Sejak serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023, Israel telah bertempur di dua front: Jalur Gaza dan Lebanon selatan. Israel telah menggempur kelompok Palestina dan Hizbullah, sekutu utama Iran, tetapi sumber keamanan yang dikutip di media Israel pada Senin mengatakan bahwa badan intelijen negara itu tidak siap menghadapi perkembangan dramatis di Suriah selama dua minggu terakhir. Israel dilaporkan telah mempertimbangkan untuk mendekati rezim di Damaskus.

Pada Ahad, Israel juga memperkuat pertahanan udaranya di Golan dan mengerahkan pasukan darat ke wilayah Suriah untuk pertama kalinya dalam 50 tahun untuk membantu pasukan PBB menangkis serangan pemberontak terhadap pos PBB di dekat desa Druze, Khader.

Dua brigade tambahan kini telah dikerahkan dan pasukan dikirim ke zona penyangga untuk menjauhkan pelaku bersenjata dan arus pengungsi potensial, kata Pasukan Pertahanan Israel (IDF).

Tentara IDF menguasai posisi tentara Suriah di Gunung Hermon dan di provinsi Quneitra setelah pasukan Assad meninggalkan pos mereka pada Sabtu.

Militer Israel juga mengatakan bahwa perintah telah dikeluarkan untuk menggunakan tembakan pencegah terhadap segala upaya untuk melanggar pagar pembatas perbatasan, memerintahkan penduduk lima desa Druze di Suriah untuk tinggal di rumah sampai pemberitahuan lebih lanjut.

Sehari sebelumnya, Netanyahu mengatakan bahwa ia telah memerintahkan IDF untuk dikerahkan ke zona penyangga, yang didemiliterisasi pada tahun 1974 setelah perang Yom Kippur.

Dalam pidato video dalam bahasa Inggris, ia menggambarkan langkah tersebut sebagai langkah sementara dan terbatas sebagai respons terhadap peristiwa dramatis di Suriah selama dua pekan terakhir.

"Perjanjian ini telah runtuh... Tentara Suriah meninggalkan posisi mereka," katanya tentang pakta pelepasan tahun 1974. "Kami tidak akan membiarkan pasukan musuh membangun diri di perbatasan kami."

Meskipun kejatuhan Assad telah dirayakan secara luas di seluruh dunia setelah 13 tahun perang saudara yang brutal dan lebih dari 60 tahun pemerintahan Ba'ath, kepergiannya yang tiba-tiba telah membuat masa depan Suriah tidak pasti.

Aktor-aktor regional telah berjuang keras untuk melindungi kepentingan mereka di negara yang terpecah belah itu. Selain tindakan Israel, pemberontak yang didukung Turki telah melancarkan serangan terhadap pasukan pimpinan Kurdi yang didukung AS di perbatasan utara dengan Turki, dan AS telah melancarkan puluhan serangan udara terhadap target-target ISIS di padang pasir Suriah yang luas.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler