Mahmoud Abbas Minta Senjata dari AS untuk Perangi Pejuang Jenin

Kepala keamanan Mahmoud Abbas keberatan atas aksi di Jenin.

EPA-EFE/JAAFAR ASHTIYEH
Mahmoud Abbas dan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken
Red: A.Syalaby Ichsan

REPUBLIKA.CO.ID, TEPI BARAT -- Presiden Amerika Serikat Joe Biden meminta Israel menyetujui bantuan militer AS kepada pasukan keamanan Otoritas Palestina, demikian kata pejabat Palestina, AS dan Israel kepada Axios yang dikutip Republika, Senin (16/12/2024).

Operasi keamanan yang dilakukan Otoritas Palestina untuk mendapatkan kembali kendali di kota Jenin dan kamp pengungsiannya dari para pejuang menjadi operasi terbesar yang dilakukan oleh pasukan keamanan Palestina selama bertahun-tahun.

Pejabat Palestina dan Israel mengatakan operasi tersebut difokuskan pada kelompok bersenjata lokal yang mencakup militan yang berafiliasi dengan Jihad Islam Palestina (PIJ) dan Hamas."Operasi ini adalah momen yang menentukan bagi Otoritas Palestina," kata seorang pejabat Palestina.

Pejabat Palestina dan AS mengatakan kepemimpinan Palestina meluncurkan operasi tersebut karena takut para pejuang yang semakin berani setelah pemberontak bersenjata menguasai Suriah — dapat mencoba menggulingkan Otoritas Palestina.

Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas memerintahkan para kepala dinas keamanan Palestina untuk melancarkan operasi di Jenin dan mengambil alih kamp pengungsi. Pejabat Palestina dan pejabat AS mengatakan bahwa setelah beberapa kepala keamanannya menyatakan keberatan, Abbas memberi tahu mereka bahwa siapa pun yang tidak mematuhi perintahnya akan dipecat.

Situasi keamanan di Jenin telah memburuk selama berbulan-bulan karena kendali Otoritas Palestina secara bertahap melemah. Para pejuang tetap bertahan dan melawan kebiadaban penjajah Israel yang terus menyasar warga sipil dan menduduki desa-desa di Tepi Barat. 

Pekan lalu, pasukan keamanan Palestina mencoba menangkap beberapa militan PIJ dan Hamas yang mencuri kendaraan pasukan keamanan Palestina dan menggunakannya untuk parade bersenjata melalui kamp pengungsi. Dilansir dari Palestine Chronicle, penyitaan senjata tersebut dilakukan setelah pihak PA menahan pejuang atas nama Ibrahim Tubasi dan Imad Abu al-Haija.

Upaya penangkapan gagal setelah kekerasan pecah antara pejuang dan pasukan keamanan Palestina. Sehari kemudian, pejuang meledakkan bom mobil di dekat kantor polisi di Jenin, melukai tiga polisi Palestina dan dua warga sipil.

 

 

 

Sabtu menjadi puncak dari apa yang disebut operasi Otoritas Palestina ‘Melindungi Tanah Air’. Operasi tersebut berujung pada tewasnya Yazid Ja’ayseh, pemimpin Batalyon Jenin, dan seorang anak berusia 13 tahun. Operasi dilakukan selama 72 jam terakhir.

Pejabat Palestina dan AS mengatakan para pembantu Abbas memberi pengarahan kepada pemerintahan Biden dan penasihat Presiden terpilih Trump sebelum operasi. Koordinator keamanan AS Jenderal Mike Fenzel bertemu dengan para kepala keamanan Palestina sebelum operasi untuk membahas perencanaan mereka, kata pejabat Palestina.

Pejabat tersebut mengatakan Otoritas Palestina memberi Fenzel daftar peralatan dan amunisi yang sangat dibutuhkan pasukan keamanan Palestina.  Sementara itu, Israel perlu menyetujui bantuan militer apa pun kepada PA.

Pejabat Palestina itu mengatakan militan di Jenin, yang ia klaim didanai oleh Iran, memiliki persenjataan dan perlengkapan yang lebih baik daripada pasukan keamanan Palestina."Jika pasukan keamanan Palestina memiliki persenjataan yang cukup, operasi itu pasti sudah berakhir," kata pejabat itu.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler