Kiai Cholil Nafis Ajak Umat Muhasabah Setiap Pergantian Waktu
Setelah muhasabah maka kegiatan yang baik ditingkatkan.
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH Muhammad Cholil Nafis mengajak masyarakat untuk muhasabah dalam setiap pergantian waktu. Hal tersebut disampaikan di acara Dzikir Akbar Malam Tahun Baru 2025 di Masjid Agung At-Tin yang digelar Majelis Az-Zikra, Pesantren Az-Zikra dan Republika pada Selasa (31/12/2024).
Kiai Cholil mengatakan, tahun itu waktu, baik Masehi maupun Hijriyah itu sama-sama waktu dari Allah SWT. Makanya setiap pergantian waktu, seperti pergantian tahun, bulan dan hari, seseorang harus muhasabah terhadap apa yang telah dilakukan.
"Muhasabah, mana yang lebih banyak dari perbuatan-perbuatan itu yang mendekatkan diri kepada Allah, yang memberi manfaat kepada orang lain, di saat yang sama juga kita muhasab terhadap resolusi rencana-rencana yang mau dilaksanakan," kata Kiai Cholil kepada Republika di Masjid Agung At-Tin, Selasa (31/12/2024) malam.
Kiai Cholil mengatakan, setelah muhasabah maka kegiatan yang baik ditingkatkan, dan yang tidak baik ditinggalkan. Ukuran baik itu pertama diukur dari ketentuan-ketentuan yang Allah berikan lewat Rasulullah SAW, para sahabatnya dan para ulama. Kedua dari orang-orang yang akan menerima manfaat dari perbuatan diri ini.
"Karena kita diperintahkan bergaul itu untuk memberikan manfaat kepada yang lain. Nah selagi kita bisa bermanfaat kita lanjutkan. Kita kadang-kadang salah pergantian waktu dilakukan dengan hura-hura, dilakukan apalagi dengan maksiat," ujar Kiai Cholil.
Kiai Cholil menambahkan, masyarakat harus diberikan alternatif pilihan untuk ikut kegiatan zikir pada malam pergantian tahun. Malam ini bertepatan dengan 1 Rajab yang termasuk bulan suci.
"Dengan memperbanyak zikir kita kepada Allah SWT, mudah-mudahan awal yang baik perjalanannya juga baik, biasanya kalau awal perjalanannya baik itu juga akhirnya juga baik, karena akhirnya itu tidak tiba-tiba, ia dari proses," ujarnya.
Kiai Cholil menegaskan, jadi orang yang khusnul khotimah pun karena hidupnya juga baik. Oleh karena itu mengajak masyarakat mengisi kegiatan yang baik agar proses perjalanan waktunya penuh hal baik.
Di tempat yang sama, Pimpinan Yayasan Majelis Az-Zikra, KH Muhammad Abdul Syukur Yusuf mengajak masyarakat untuk mengisi hati dengan zikir dan merasakan manfaat dari zikir.
Kiai Syukur mengatakan, zikir itu perintah Allah SWT. Dalam zikir membangun ketaatan, perenungan dan perubahan. Namun, zikir dilakukan bukan karena akhir tahun, tapi zikir dilakukan dalam keadaan berdiri, duduk dan berbaring tetap berzikir, dalam keadaan apa saja dan di mana saja tetap berzikir.
"Kalau ikut apa yang dilakukan Rasulullah SAW, zikir setiap saat, jadi yang kita ingin adalah bahwa kita terus berzikir," kata Kiai Syukur kepada Republika di Masjid Agung At-Tin, Selasa (31/12/2024) malam.
Kiai Syukur mengajak dirinya sendiri, keluarga dan masyarakat untuk berzikir setiap saat atau sesering mungkin. Insya Allah dengan berzikir akan ada ketenangan dan semangat melakukan sesuatu yang lebih baik.
Ia mengungkapkan, dulu ada kisah jamaah yang ikut zikir di Masjid At-Tin, jamaah tersebut seorang istri yang rajin berzikir tapi suaminya belum rajin.
"Anehnya, suaminya mengantarkan istrinya untuk ikut zikir di Masjid At-Tin, tapi suaminya malah janjian dengan wanita lain di luar sana," ujar Kiai Syukur.
Setelah suami itu melakukan agendanya dengan wanita lain, suami tersebut menjemput istrinya di Masjid At-Tin yang sedang berzikir. Dikira oleh suaminya acara zikir sudah selesai, tapi ternyata belum selesai acara zikirnya.
"Allahu Akbar, dia (sang suami) mendengar lantunan zikir, sehingga tergugah hatinya kemudian tobat dan meninggalkan maksiat," ujar Kiai Syukur.
Kiai Syukur berharap dengan acara Zikir Akbar ini, orang-orang yang punya kesalahan menyadari kesalahannya dan memperbaikinya. Orang-orang yang berdosa mohon ampun Allah SWT. Kemudian menata hari esok untuk lebih baik lagi.
Pimpinan Yayasan Majelis Az-Zikra ini juga mengingatkan bahwa sumber dari segalanya adalah hati, maka isilah hati dengan zikir. Bagaimana orang berpikir, bertindak dan melakukan sesuatu itu dari hatinya.
"Ketika hatinya bersih dan tawadhu kepada Allah, harapannya buah pikirannya, buah amalnya adalah yang berdasarkan dari hati," jelas Kiai Syukur.
Kiai Syukur mengatakan, sebenarnya orang yang maksiat bertentangan dengan hatinya. Orang yang korupsi, mencuri dan melakukan aneka maksiat pasti bertentangan dengan hatinya.
"Maka ketika hati dijaga kebersihannya, kebeningannya, harapannya, orang mengikuti hatinya itu," kata Kiai Syukur.
Kiai Syukur mengatakan, tujuannya mengundang para kiai dan ulama dalam acara Zikir Akbar karena umat butuh figur yang membimbing. Sebab tidak bisa umat tanpa guru, maka selalu mendekatlah kepada guru.
Pengaruh lingkungan juga sangat penting. Sehingga katakanlah dengan berkumpul, berjamaah, seperti dalam acara Zikir Akbar maka saling mengingatkan dan menguatkan. Bahkan boleh jadi ada kenalan, silaturahim, akhirnya tukar pengalaman, saling mendoakan, dan Insya Allah ada sinergi-sinergi positif.
"Jadi kami sangat berharap bahwa kita ini sebagai umat butuh pembimbing," ujarnya.
Kiai Syukur mengingatkan, walaupun hari ini lewat media sosial orang bisa mencari ilmu dan bisa mendapatkan sesuatu. Tapi dengan bertemu langsung, datang langsung menatap wajah guru atau ulama, mendengar tutur petuahnya, kemudian melihat apa yang para ulama lakukan, itu lebih terasa.
"Pelajaran saya dari almarhum Kiai Haji Muhammad Arifin Ilham, dulu ketika saya datang kepada beliau, saya bilang ustaz, saya ingin berguru. Kalimat pertama beliau apa? Sudah antum lihat saja abang, apa yang antum lihat, yang antum dengar baik, ikuti. Tapi yang tidak, tinggalkan," ujar Kiai Syukur.
Kiai Syukur menegaskan, hari ini umat membutuhkan figur-figur teladan. Masyarakat butuh sosok untuk diteladani.